24. Sekaranglah Waktunya

152 11 0
                                    

Aku mendongak ketika suara pintu terbuka. Taemin muncul dengan kaus lusuh dan celana pendek selutut, wajahnya terlihat was was saat aku berdiri dan melepaskan lutut dari dekapan tanganku. Aku menatap Taemin dengan garang berharap dia melihat ancaman dari mataku.

Tapi wajahnya terlihat biasa saja, ramah seperti biasa, menyejukan seperti biasa. Oh tidak Ana, tidak! Tidak! Jangan lihat matanya.

"Hi Ana" sapanya, suaranya benar-benar enak didengar, ya Tuhan. Bagaimana aku bisa sanggup menghadapi Taemin?

"Dimana-Juno?" aku berbicara penuh penakanan sembari menyadarkan diri untuk tidak menurunkan nada suaraku dan untuk tidak bersikap ramah pada Taemin.

"Di... di dalam" Taemin menyadari wajahku yang penuh amarah. Wajah polosnya terlihat begitu mempesona, seolah membuat amarahku memudar meski aku masih terus membentengi diri untuk tidak bersikap ramah padanya.

Aku mendorongnya dengan tenaga yang cukup kuat, ia terlihat seperti mengalah dan pura-pura terhuyung padahal dia bisa saja menahan dorongan tanganku.

"Juno!" Panggilku keras. Sekali panggil Juno berlari kecil keluar dari sebuah ruangan. Dia menatapku dengan penuh penasaran dari jauh. Wajahnya terlihat tidak pucat, ia juga masih bisa berlari tadi.

Lega melihat Juno masih baik-baik saja tapi aku tetap harus menanyakan keadaannya nanti. Dan yang terpenting sekarang adalah aku harus membawanya keluar dari rumah ini. Segera.

Aku menghampiri Juno dan menarik lengannya "Ayo pulang!" ucapku sedikit membetak, Juno terlihat terkejut tapi tidak lebih terkejut dari pada aku tadi. Mengetahui Juno disini bersama Taemin membut jantungku hampir lepas.

"Noona, ada apa?"

"Aku sudah memperingatkanmu, kan? Jangan bermain dengannya"

"Tapi Taemin hyung temanku" wajahnya terlihat sedih, berbeda saat aku memperingatkannya tadi pagi, Juno lebih terlihat memohon dibanding membantah.

"Kau bisa cari teman yang lain" aku kembali menarik tangannya.

"Ana" aku bergeming, panggilan itu membuat kakiku tiba-tiba berhenti.

"Jangan seperti ini kasihan Juno" suara Taemin benar-benar lembut, seperti suara malaikat. Aku bahkan ingin sekali menatap wajahnya tapi segera aku urungkan.

"Aku tidak akan pernah menyakitinya" suaranya meyakinkanku. Ya, aku tahu bodohnya aku mengakui itu, aku tidak pernah merasakan bahaya jika bersama Taemin. Tapi ada sesuatu dihatiku yang terasa sakit saat melihat Taemin. Mungkin rasa amarah yang belum hilang, mungkin rasa kecewa yang tidak akan pernah sembuh. Harusnya dari awal aku tidak berteman dengan Taemin, setidaknya ketika semua ini terjadi aku tidak bisa menyalahkannya.

Juno menatapku dan Taemin bingung. Bagaimanapun juga aku tidak bisa menceritakannya pada Juno, aku tidak akan melibatkannya dalam masalah ini.

"Noona?" Panggilan Juno membuatku sadar bahwa aku masih harus mebawanya pergi dari rumah ini. Rumah yang memberi rasa nyaman sebagai perangkapnya.

"Akukan sudah bilang janga main disana lagi!" Bentakku ketika kami sudah sampai di rumah Ibuku.

"Kalau Noona sedang ada masalah dengannya kenapa aku juga ikut terbawa?" Keluh Juno dengan amarah.

Napas Juno terdengar tidak teratur, mungkin aku terlalu cepat berjalan sambil menarik tangannya.

"Noona hanya ingin melindungimu" suaraku merendah, dan aku tahu ada yang salah dari kata-kataku tadi.

"Noona ingin melindungiku dari orang yang selalu menyelamatkanku?" Wajah polos Juno berubah menjadi heran "padahal sebelum Noona datang, Taemin hyung yang selalu menjagaku" Juno memandangku dengan sangat bingung, alisnya mengkerut dan bibirnya terkantup. Aku terdiam memandang lurus kematanya, rasanya bukan seperti berbincang dengan anak sepuluh tahun.

Anabelle & The Golden Compass Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang