21. Upacara Penyerahan

130 11 0
                                    

Suara-suara itu mulai memasuki telingaku. Nyanyian mereka mulai terdengar mengalun dan semua mulai memejamkan mata. Tapi aku tidak. Mataku tetap awas memandangi sekitar. Aku butuh Lu Han disampingku setidaknya untuk menenangkanku kalau aku akan baik-baik saja dan aku akan bertemu keluargaku lagi dan aku bisa kembali ke Jeonju lagi.

Nyanyian itu tidak lama berhenti, sinar bulan makin terang kemudian aku mendengar suara langkah kaki berkumpul di tegah aula beberapa orang berdiri ditengah dan membalut tubuh mereka dengan kain dan berdiri tepat dimana sinar bulan menembus aula. Mereka menengadahkan kepala mereka dan aku baru sadar kalau orang-orang yang berdiri ditengah kami itu adalah Kai dan teman-temannya. Mereka menyinari wajah mereka sendiri kearah bulan, hal itu membuat cahaya bulan seperti memantul kearah wajah mereka. Aku hanya terdiam dan takjub melihatnya. Aku rasa jika aku menceritakan semua kepada Ibu dan Ayahku mereka pasti tidak akan percaya dengan apa yang aku katakan. Karena semua ini juga terlihat tidak masuk akal. Seperti sekolah Vampir ini misalnya mereka tidak akan percaya anak mereka bersekolah di sekolah terbahaya di dunia.

Ketika aku sibuk memandangi mereka dari balik punggung orang-orang didepanku, aku melihat Taemin berdiri diseberang memakai jubah berwarna merah bersama beberapa orang yang memakai pakaian yang sama. Taemin dan beberapa orang itu memakai jubah yang berbeda diantara Vampir dan anak Immortal yang lain. Dia tidak sadar aku memandanginya, wajahnya yang lebih terihat melamun dari pada memperhatikan. Aku jadi ingat motor yang ia berikan padaku, motor itu telah selesai di perbaiki dan sekarang aku tidak tahu apa yang bisa aku lakukan dengan motor itu, apa aku kembalikan? Bertemu dengannya saja aku tidak mau.

Aku sudah terlanjur membenci Taemin sekarang, tapi entah mengapa aku merasa ini adalah hal yang salah. Aku masih ingin berteman dengannya, membantunya menyiram tanaman di depan rumahnya saat aku sedang suntuk di rumah, atau mengendarai motor pemberiannya dan pergi mengelili Seoul bersamanya. Awalnya aku merasa ini merupakan rasa bersalah tapi mungkin ini adalah rasa butuh teman.

Mengenai teman, siswi yang berdiri tidak jauh dariku juga sempat aku anggap teman. Gadis berambut lurus kaku dengan kaca mata ber-frame putih adalah teman sekelasku. Dia anak teladan dan mungkin satu-satunya anak yang disukai guru di Shinwa. Dan yang terpenting aku sempat percaya padanya. Aku senang yang aku temui bukan Hanyoung atau Seungjae setidaknya masih ada yang bisa aku percayai ketika aku kembali ke sekolah nanti. Oh God, kenapa begitu banyak orang yang berhianat padaku? Kenapa aku harus terjebak disini, disituasi ini dan di tempat ini?

Aku harus menjauhkan Hana dari teman-temanku yang lain. Ini bukan saatnya aku dilindungi lagi, ini saatnya aku melindungi orang lain.

Dan saat namaku dipanggil "Anabelle Walker, naiklah" panggil raja.

Saat itu juga aku merasa tidak gentar, rasa takutku hilang dan berubah menjadi keangkuhan untuk orang-orang yang kini mencari sosokku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi ketika aku memunculkan diriku, apa pria disampingku akan langsung menusukku? Atau Hana teman sekelasku ini akan menarikku dan melemparku? Sungguh aku tidak perduli, jika memang takdirku begitu. Tapi jika malam ini aku lolos dan masih hidup mungkin tujuannya bukan untuk menjadi budak Vampir, tapi menjadi ratu mereka. Aku akan lakukan apapun yang aku ingin lakukan aku akan melindungi para manusia dari mereka. Kalau perlu akanku bersihkan Museum dari pijakan kaki mereka. Ini memang niat yang besar dan aku terlalu mengangkuhkan diri, tapi saat ini hanya itu yang bisa ku lakukan dari pada mencoba berlari dan berlindung di rumah Ibuku dimana untuk saat ini tidak ada seorang pun yang mengenalku.

Aku menengadahkan kepalaku yang masih tertutup tudung jubah kemudian melangkah kedepan. Ruangan itu begitu sunyi sekarang. Dengan melewati cahaya bulan aku seperti memiliki kekuatan yang sama seperti anak Immortal yang lain. Sugesti dikepalaku sangat mempengaruhi tingkat rasa takutku jadi aku berusaha seolah diriku menjadi kuat walau kakiku masih gemetar dan degup jantungku mengencang. Anak Immortal memberiku jalan. Semua orang di ruangan ini melihatku tapi aku tidak mendengar satu langkahpun bergerak untuk menerjangku. Aku melangkah dengan stabil diatas tangga. Raja menyambutku seperti tuan rumah yang menyambut tamunya.

Anabelle & The Golden Compass Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang