00. Prologue

693 34 3
                                    


Niat hati ingin menghabiskan waktu liburan di sebuah pantai indah dilengkapi dengan pasir putih yang terletak di dekat desa terpencil. Namun, entah kemalangan atau kesialan apa yang menimpa mereka berempat ditempat itu.

Berawal dari mereka yang berjalan menyusuri pantai dengan air biru itu sedikit diselingi canda tawa untuk melepas penat, hingga akhirnya Narendra Jaemin Nasution tertarik dengan banyak pohon yang letaknya tak jauh dari sana.

Sebagai anak Biologi sejati, akhirnya ia melangkah menuju ke arah pepohonan itu dan mendapati hutan lebat yang tak kalah indah dari pantai tempat mereka berlibur. Tiga lainnya hanya mengikuti langkah Jaemin yang mulai mendekati hutan.

Mereka berempat tidak mencurigai apapun, hanya berjalan dan menyusuri hutan itu, hingga menemukan sebuah lorong yang tidak begitu sempit dan tidak begitu luas juga. Awalnya mereka biasa saja sebab lorong tersebut terlihat ramai karena terdapat beberapa toko souvenir. Alhasil, mereka tak terlalu memperdulikannya, lalu berjalan kembali menyusuri lorong tersebut.

Tapi, setelah mereka sampai di ujung lorong, Althan Eric Devandra merasakan hal janggal dan memutuskan menoleh ke belakang. Elthan Jeno Devandra menatap aneh saudara kembarnya yang hanya beda lima menit darinya itu kini terlihat sedikit pucat.

Jeno mengikuti arah pandang Eric dan mendapati bahwa lorong itu benar-benar sepi sekarang hanya dalam hitungan sepersekian menit. Arkana Sunwoo Arashya yang menyadarinya, lalu menatap intens sekelilingnya kemudian membuang nafasnya kasar.

"We in the lost city right now!" Sunwoo sedikit berteriak yang kemudian membuat ketiga orang lainnya terlihat lemas.

"Kita ada di tempat terkutuk," lanjutnya.

"Lu tau dari mana?" tanya Jaemin yang memegangi pelipisnya merasakan kepalanya pusing yang teramat. Dia menyesali perbuatannya tadi.

"Andaikata gue ga ikutin rasa kepo gue, gue pasti ga akan berakhir disini dengan miris dan tragis. Iya kalau gue sendiri sih gapapa, lah ini gue terjebak sama si bayi Eric dan juga anak pejabat pemerintahan si Sunwoo." —batin Jaemin.

"Are you sure, Sunwoo? Ini kota apa? Saranjana itu?" Eric bertanya sambil memandangi Sunwoo yang nampak sedikit frustasi. Sedangkan, Sunwoo yang ditanyakan hanya mengangguk ringan menanggapi pertanyaan itu.

"Lu bener, Ric. Cuma Saranjana yang punya detail kaya gini. Gapura besar warna hitam, diapit beringin kembar dibagian kanan dan kirinya." Jelas Sunwoo dengan suara lirihnya. Sedikit tak menyangka bahwa ia akan benar-benar melihat kota itu.

"Saranjana? Saranjana itu artinya tanah yang diberikan dan dihilangkan, bukan?" Jeno bertanya sembari menghela nafasnya kasar dan mulai memandangi temannya satu persatu.

"Kita bakal kembali dengan selamat!" Setelah Eric dan Sunwoo mengatakan hal itu bersamaan, yang lainnya merasa sedikit lega. Karena mereka percaya penuh dengan kedua orang ini. Eric dengan pemikirannya yang jenius dan sulit ditebak. Dilengkapi oleh Sunwoo yang memiliki segala cara untuk mewujudkan pemikiran saudara kembar Jeno ini.

"Iya, kali ini gue dukung prinsip lu, Arkana Sunwoo Arashya." Jaemin berucap lantang dan menoleh ke arah Jeno yang masih memandangi mereka dalam diam.

"Halalkan segara cara pokoknya," ucap Jeno yang diiringi oleh tawa keempat pemuda tersesat itu.




















































Halo guys, gue balik nulis lagi setelah sekian lama..

Happy reading yaaa, semoga pada suka nantinya sama cerita ini.

edited: btw ada yang tau onewe ga?





-Alarice Erica V.

2/3/23

Saranjana: The Lost CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang