18. Tempat Terkutuk Yang Nyata

111 15 0
                                    

.
.
Happy Reading!
Disarankan baca pakai Font Serif ya
.
.


Perlahan tapi pasti mereka menyusuri jalan yang dipinggirnya dipenuhi tumbuhan merambat itu untuk mencari dimana jejak-jejak kaki yang mereka temukan akan berakhir. Mereka menyesal telah mengabaikan fakta bahwa ini semua adalah hal aneh.

Bagaimana bisa ada hutan di dekat pantai? Kemudian ada sebuah lorong yang dipenuhi kios souvenir didekat hutan atau bahkan tepatnya masih di dalam hutan, namun belum sampai ke bagian terdalam.

Sungguh Jaemin menyesali rasa keingintahuannya tadi. Hal tak terduga datang dari Eric yang malah menenangkan Jaemin dan memintanya untuk menikmati momen ini. Karena katanya ini adalah sebuah permainan yang harus mereka menangkan, walaupun keadaan bisa tidak berpihak pada mereka. Jaemin jadi benar-benar takut sekarang. Begitu juga dengan Jeno.

Eric dan Sunwoo berjalan didepan sambil mengamati jejak kaki yang ditinggalkan itu. Sampai akhirnya mereka mencapai akhir. Jejak kaki itu menghilang begitu saja, dan digantikan dengan guratan garis lurus ditanah.

Aneh..” —batin Sunwoo.

Jeno dan Jaemin berhenti menatap ke tanah dan mendongak. Setelahnya mereka menyadari bahwa mereka telah sampai disebuah tempat aneh yang belum pernah mereka datangi bahkan tidak pernah mereka bayangkan sebelum-sebelumnya. Wajah tampan keduanya menjadi pucat pasi ketika mengamati tempat yang begitu asing itu.

Sunwoo menoleh dan menghela nafasnya kasar, “sekarang kita tersesat. We in the lost city right now!” Dia berseru dengan nada sedikit pasrah.

“Jadi permainannya mengharuskan kita pergi ke sini?” Eric memijit pelipis kanan dan kirinya merasakan pening yang teramat. Sekarang dia ingat apa maksud dari surat yang ditemukan diatas meja makan yang menyebut tentang sebuah buku di perpustakaan itu.

“Lu pada yakin? Kita tersesat secara tidak sengaja atau memang direncanakan?” tanya Jaemin sambil memegangi lututnya yang agak gemetar karena lelah berjalan jauh.

“Menurut gue, memang direncanakan sih.” sahut Jeno yang mendekat ke arah Sunwoo didepan, diikuti oleh Eric dan Jaemin.

“Kita ada dimana sekarang?” tanya Eric ingin memastikan.

“Lu tahu itu, Ric. Ini kota Saranjana,” balas Sunwoo sambil mengusap wajahnya secara kasar. Perasaannya benar-benar tak terkendali. Rasa panik dan ketakutan terbesarnya terngiang-ngiang dikepalanya.

Jeno terkejut dan menenangkan Sunwoo disebelahnya, “Saranjana? Tanah yang diberikan dan dihilangkan?” tanyanya.

“Secara harafiah gitu, Jen. Tapi, kalau memang benar seperti itu, apa maksud dari tanah yang diberikan? Dan dihilangkan?” Jaemin bertanya sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sedikit berpikir mengenai arti dari tempat itu.

“Tapi lu yakin ini Saranjana, Rash? Jujur, gue ga tahu pasti karena gue ga baca bukunya serius kaya lu. Gue cuma baca cover depan doang,” tanya Eric sambil menunjukkan senyum lugunya.

Sunwoo mengangguk dan merasa sangat yakin, “gue yakin ini Saranjana!” serunya tegas, “cuma Saranjana yang arsitekturnya kaya gini. Menyerupai kota, terletak ditengah hutan, pintu atau akses masuk utamanya adalah gapura besar berwarna hitam, yang dilengkapi pohon beringin dibagian kanan dan kirinya,” jelas Sunwoo berusaha mengingat deskripsi tempat asing ini.

“Penggambaran lu persis dengan kenyataan disini, jadinya? Ini tempat terkutuk yang nyata?” tanya Jeno yang kini mengalihkan perhatiannya kembali pada jejak yang mereka ikuti sampai tempat ini.

Saranjana: The Lost CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang