25. Pengkhianatan?

100 19 0
                                    

.
.
Happy Reading!
Thanks for 1,01K views..
.
.
















Mereka berenam hening sejenak dalam
ruangan itu. Tidak ada yang bicara mendahului. Semuanya sibuk bergelut dengan pikiran masing-masing. Benar-benar kalut keadaan mereka sekarang. Memikirkan Changbin dan Jaemin yang bisa jadi ditangkap oleh Hyunjin sesuai kata Felix tadi.

"Ekhem, kita harus pergi dari sini sekarang. Gue yakin ada yang ga beres disini," ucap Eric memecah keheningan dan menjadi pusat perhatian kelima orang lainnya.

"Maksud lu gimana?" tanya Sunwoo memiringkan kepalanya bingung.

"Sebenarnya gue setengah-setengah, Ric. Agak ga percaya sama si Felix, tapi gue tepis karena tadi dia ceritain semua kisah Hyunjin, termasuk dirinya sendiri. Dan kita tahu kalau dia diancam," balas Yohan setengah berpikir.

"Kata gue sih jangan terlalu percaya sama orang baru, karena kemungkinan kepercayaan kota bakal dikhianati sama mereka," balas Yeonjun menatap semua orang dalam ruangan itu.

"Tapi lu percaya kita, Kak?" tanya Jeno iseng.

"Itu mah udah pasti. Gue percaya penuh sama kalian," jawab Yeonjun lagi.

"Kenapa lu percaya sama kita? Padahal bisa aja kita juga berkhianat kaya kata lu, Kak," sela Sunwoo.

Yeonjun menghela nafasnya, "kalau lu berkhianat, pasti lu sekarang bakal bawa kita ke si Hyunsuk itu. Tapi nyatanya lu malah ikutan lari-larian sama kita. Dan jika benar lu pengkhianat, sekarang gue tembak lu!" bentaknya sambil merogoh saku jaket dan mengeluarkan pistolnya lagi.

Sunwoo cengengesan dan menaikkan tangan kanannya membentuk simbol peace dengan telunjuk dan jari tengahnya. Sedangkan Eric yang memulai pembicaraan ini hanya menatap datar ke arah mereka berdua.

"Entah gimanapun, kita harus keluar dari rumah ini dan cari kak Changbin dan Jaemin. Gue yakin mereka beneran ditangkap sama Hyunjin kaya kata Felix tadi. Tapi kita masih punya kesempatan buat selamatin mereka, kan?" tanyanya menatap Yohan, Yeonjun, Mark, dan Jeno bergantian.

"Gue rasa itu agak sulit, tapi bukan hal yang mustahil," balas Jeno.

"Waktu kita ga banyak, Ric. Terhitung dua hari lagi," jawab Mark setelah berpikir sejenak.

Sunwoo kembali fokus melihat jam tangannya, "kita bakal pergi sekarang? Mengingat ini udah mau tengah malam, dan sebentar lagi juga udah mau hari Senin," ucapnya pelan.

Eric tampak berpikir keras. Yohan yang duduk disampingnya merasa tak tega melihatnya.

"Maaf, Ric. Karena kita lu harus kerja keras kaya gini ditempat terkutuk ini," ucapnya lirih sambil melirik Eric dan menepuk bahunya pelan.

"Ga usah sungkan, Kak. Gue rasa Eric malah senang. Ga rugi dia banyak nonton Sherlock Holmes sama baca buku-bukunya. Setidaknya bisa dia terapin isi buku itu sekarang," sela Sunwoo.

Eric menoleh dan tersenyum tipis, "no problem, Kak! Gue lebih merasa berguna saat gue bisa nolongin orang, dan ya orang itu adalah kalian. Lagipula gue ga nyaman sekolah ditempat yang ga jelas dan dihuni orang penuh konspirasi kaya mereka bertiga," balasnya.

"Eric benar, Kak. Ini udah kelewat batas. Untuk sekarang dia mau numbalin kalian yang notabenenya siswa di sekolah itu. Terus kita berempat juga. Terhitung delapan orang yang bakal jadi tumbal dia. Kalau kita ga berhentiin ini semua, entah berapa banyak lagi siswa yang bakal jadi tumbal dari sekolah yang sama? Gue ga mau kalau sampai harus kehilangan teman-teman gue. Ini aja Jaemin udah sama mereka. Kalau sampai itu Eric, jangan harap bisa hidup tenang tu orang. Bakal gue patahin tulang-tulangnya," tambah Jeno. Semua orang terkejut karena itu pertama kalinya Jeno bicara panjang lebar tentang masalah ini.

Saranjana: The Lost CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang