11. Surat dan Tiket

118 14 1
                                    

.
.
Happy Reading!
.
.









Jaemin berjalan gontai menyusuri koridor kelas XI sendirian setelah berpisah dengan Eric dan Sunwoo dibelokkan pertama koridor karena arah tujuan yang berbeda. Kali ini, Jaemin bertugas untuk memeriksa keadaan Soobin yang entah sekarang bagaimana.

Dalam perjalannya itu, tak jarang Jaemin menyapa anak-anak yang melaluinya dan sedikit bercengkrama. Jaemin merasa aneh karena hari ini ada beberapa anak yang tangannya terlilit oleh perban. Maka dari itu, Jaemin juga menanyakan alasan kenapa tangan mereka diperban.

Banyak alasan yang Jaemin dapatkan, tapi ia tak terlalu memperdulikannya. Sebab dari beberapa anak itu, tidak ada sama sekali yang mencurigakan dan memang tidak ada hubungannya dengan kasus yang mereka tangani. Bahkan Jaemin sendiri tahu benar siapa-siapa saja teman Soobin, atau musuhnya. Itu semua juga diketahui oleh Jaemin karena relasinya.

"Banyak juga yang pakai perban, tapi sebagian besar juga perempuan. Entah kenapa gue bisa menyimpulkan kalau pelakunya adalah laki-laki," gumam Jaemin sambil tetap melanjutkan langkahnya.

Sekarang dia sudah ada tepat didepan kelas Soobin. Dengan segera Soobin menghampiri Jaemin yang bersandar diambang pintu.

"Gimana keadaan lu?" tanya Jaemin mengawali pembicaraan sambil menengok ke dalam kelas Soobin.

"Gue baik-baik aja, lu ngapain ke sini, Jaem?" tanya Soobin balik.

"Gue rasa lu tahu alasannya, Bin," balas Jaemin pelan sambil mengangguk ringan. Soobin menaikkan alisnya sebelah,

"Eric nyuruh lu ngecek gue?" tanyanya dan dibalas anggukan lagi oleh Jaemin.

"Ck, padahal gue bukan bayi yang harus selalu diawasi, but memang gue ga kenapa sih,"

Jaemin memutar bola matanya malas dan menyibak poninya ke belakang dengan elegan, "lu kaya ga tahu Eric itu gimana. Ya udah deh kalau memang lu ga kenapa, ya bagus," balas Jaemin sekenanya.

"By the way, Jaem. Lu udah tahu siapa pelaku yang dibilang Eric? Yang tangannya pakai perban itu." Soobin sedikit berbisik pada Jaemin karena merasa topik obrolan mereka sedikit sensitif dan agak berbahaya jika ada yang tidak sengaja mendengarnya.

"Jujur gue pusing, Bin. Perkiraan gue bakal gampang nemuin dia, tapi kenyataannya kaya gini. Bukan satu, dua, atau tiga orang yang tangannya pakai perban hari ini. Dan ga mungkin mereka semua pelaku, ya gila aja, kan?" tanya Jaemin yang dibalas anggukan oleh Soobin.

"Gue juga sama bingungnya, Jaem. Agak janggal aja sih mereka tiba-tiba ke sekolah dengan keadaan tangan dililit perban, ya walaupun alasannya beda-beda dan masuk akal. Gue jadi sedikit takut, gue kan ga tahu pasti siapa pelakunya."

Jaemin memegang kedua pundak Soobin, "gue takut juga. Gue takut lu malah dekat sama pelakunya dan dia bakal ngancam nyawa lu," balas Jaemin.

Soobin menelan salivanya dengan kasar, nampak ketakutan terpancar dari matanya. "Jaem, jangan gitu lah! Takut beneran ini gue," kata Soobin yang malah membuat Jaemin tertawa.

"Lu tenang aja, sekarang gue bakal balik ke Eric dulu. Lu jaga diri, kalau ada apa-apa jangan sungkan buat hubungin kita berempat. Oiya, untuk masalah pelaku itu, jangan terlalu dipikirin. Kasian jadi beban pikiran buat lu, karena gue yakin sebenernya Eric udah tahu siapa pelakunya," ucap Jaemin dan dia langsung pamit untuk menyusul Eric ke perpustakaan.




.



.



.



Saranjana: The Lost CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang