08. Pembobolan dan Pencurian

108 13 7
                                    

.
.
Happy Reading!
.
.








Rencana pertama oleh Arkana Sunwoo Arashya berjalan dengan lancar. Ya, walaupun dengan sedikit bantuan berupa pemaksaan yang dilakukan oleh Althan Eric Devandra itu. Kali ini rencana kedua hendak dijalankan.

Jaemin kini berada di dekat perpustakaan, menunggu seorang pemuda yang sedikit lebih pendek darinya disana. Ia juga sempat melirik ke arah kerumunan yang masih bergerombol di tempat Sunwoo berdebat dengan Soobin tadi.

Tak lama kemudian akhirnya Renjun datang menghampiri Jaemin. Dengan tergesa dan nafasnya yang sedikit tak beraturan.

"Gimana? Dapat kuncinya, Jun?" tanya Jaemin agak sumringah ketika Renjun datang.

"Sayangnya, gue ga dapat, Jaem. Padahal kemarin udah gue pastiin kalau itu kunci ada disana, tapi tadi gue cari ga ada," ucapnya sambil menetralkan nafasnya.

"Lah? Kok bisa?" Jaemin merasa agak aneh. Ia berpikir bahwa ruangan itu tidak akan dikunjungi setiap hari, harusnya kuncinya tetap tergantung di ruang guru sana, tapi kenapa kini tiba-tiba hilang begitu saja?

"Gimana, Na?" tanya Renjun yang sekarang menatap Jaemin dengan tatapan sedih. Padahal ia berharap bisa membantu Eric, karena telah mengetahui kalau ternyata teman-teman yang lainnya tidak bisa dipercaya lagi.

"Kalau lu tanya gue, gue punya dua jawaban," katanya sambil menunjukkan angka dua dengan jarinya.

"Pikiran gue bilang kalau mending ga usah, tapi hati gue sepenuhnya udah dikontrol sama Eric. Jadi mau ga mau gue harus tetap ke sana," ucap Jaemin final.

Dia langsung meraih pergelangan tangan Renjun dan menyeretnya untuk segera ikut pergi ke ruangan itu. Dan sampailah mereka kini di depan ruangan yang dituju.

Pintunya sangat berdebu. Jaemin berusaha untuk membuka pintu ruangan yang diatasnya bertuliskan 'Ruang Arsip'.

"Gue bilang juga apa, Jaem. Dikunci," kata Renjun sambil memikirkan cara untuk masuk kesana.

"Ribet lu, mending dobrak aja ga sih?" tanya Jaemin kembali.

Renjun menghela nafasnya kasar dan menyingkirkan Jaemin dari depan pintu, "lu bego apa gimana sih? Kalau lu dobrak, kemungkinan pintunya rusak dan lu bakal ketahuan mau maling disini," jawab Renjun sambil mengeluarkan sepotong kawat dari saku celananya.

Jaemin dalam diam memperhatikan Renjun yang sekarang tengah memasukkan kawat itu ke dalam lubang kunci, hanya memerlukan beberapa waktu dan akhirnya pintu itu bisa terbuka. Jaemin berdecak kagum melihat kemampuan membobol dari Renjun.

"Wih, lu mantan maling apa gimana, Jun?" tanyanya sambil memegang gagang pintu dan mulai masuk ke dalam.

Renjun tak menghiraukan pertanyaan Jaemin, lalu ikut masuk, serta tidak lupa menutup pintunya kembali.

"Buruan cari yang Eric suruh. Jangan lama-lama! Waktu kita ga banyak." Renjun mempertegas perkataannya. Tangannya membantu Jaemin untuk mencari arsip yang dia cari.

"Gue bingung ini cara carinya gimana?" tanya Jaemin yang masih setia melihat rak-rak besar didepannya. Ruangan ini benar-benar penuh dengan berkas.

"Coba lu cari sesuai dengan inisial nama depannya, ada ga?" Mereka kemudian menelisik semua berkas yang berawalan huruf 'H' dan tidak menemukan apapun.

"Apa diurut berdasarkan tahun masuk ya?" Jaemin mengetuk-ngetuk dagunya dengan telunjuk. Sedikit berpikir, kemudian kembali mencari berkas itu. Renjun mengangkat dua berkas ditangannya. Setelahnya, ia menyerahkan salah satu berkas itu pada Jaemin.

"Ini berkas yang Eric minta." Renjun menyodorkan berkas ditangan kanannya dan diterima dengan baik oleh Jaemin.

Jaemin memiringkan kepalanya dan bertanya, "kalau memang ini yang dia cari, terus yang di tangan lu apa, Jun?" Jaemin menunjuk berkas di tangan kiri Renjun.

Renjun hendak menjawab pertanyaan Jaemin, tapi ia urungkan niatnya itu, karena seketika pintu ruangan itu terbuka dan langsung ditutup kembali oleh sang pelaku.

"Gila!! Gue udah kaget kirain bakal ketahuan," ucap Jaemin sambil sedikit berteriak.

"Lu berdua juga bakal ketahuan, kalau aja gue ga nyuruh Jisung balik ke kelas. Tadi katanya dia dengar suara barang jatuh dari ruangan ini, dan gue tahu pelakunya itu lu, Narendra Jaemin Nasution."

Sang pelaku yang mengejutkan kedua pemuda ini menunjukkan senyum miringnya dan membuat Jaemin sedikit meringis mendengar kata-katanya. Syukur Jaemin dan Renjun tidak ketahuan mencuri berkas disini berkat orang ini, siapa lagi kalau bukan oknum yang memiliki ide untuk membobol dan mencuri berkas, yaitu Eric.

"So? Gimana? Apa yang kalian dapat?" tanya Eric menatap keduanya bergantian. Renjun dan Jaemin beradu tatap untuk sesaat. Dengan serempak mereka menyerahkan kedua berkas itu pada Eric.

Eric membacanya sekilas dan membalik semua halaman kedua berkas itu dengan cepat. Tak lupa juga difotonya. Kemudian, ia membuka telepon dan mengetik nomor yang hendak dihubungi. Eric mendekatkan ponsel ditelinganya. Tak lama setelahnya panggilan terhubung.

"Halo?"

"Iya, kenapa, Ric?"

"Cek e-mail lu, gue kirim sesuatu,"

"Kenapa harus di e-mail, sih?"

"Kenapa lu harus nanya, sih, Arashya?"

"Ck, yaudah! Kalau udah gue baca gimana?"

"Menurut lu gimana?"

"Menurut gue dihapus, sih..."

"...."

"Halo? Kenapa diam lu?"

"Jangan sampai gue punya pemikiran buat bunuh lu, Rash!"

"Iya ah.. Bayi memang ga bisa diajak bercanda!"

"Lu sih! Gue harap setelah lu baca e-mail itu, lu bisa hapalin semuanya, sekarang gue mau ketemu lu."

"Iya-iya. Buruan gih, nih si Jeno udah kaya ga ada nyawa nungguin lu!"




Pip!



Sambungan telpon diputus sepihak oleh Sunwoo. Eric disini hanya tertawa kecil membayangkan temannya itu dipukuli Jeno, maka dari itu sambungan telpon langsung diputus begitu saja.

Eric menyerahkan berkas itu kembali pada Renjun dan Jaemin. Mereka pun mengembalikannya pada tempat ditemukan tadi. Dengan segera mereka bertiga meninggalkan tempat berdebu itu.
















halo halo...
gue update!🪄
sejauh ini kebayang ga cerita ini tuh kaya apa?
maksud gue ini kan judulnya Saranjana, nah sejauh ini kalian udah kebayang ga Saranjana itu tempat apa?





Alarice Erica
16/3/23

Saranjana: The Lost CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang