04. Sesuatu Yang Hilang

151 15 10
                                    

.
.
happy reading
.
.










"Ngapain lu cari teman gue? Ada urusan apa lu?" Kali ini Jeno bangkit dari bangkunya dan berjalan mendekati orang itu.

"Ini urusan gue sama Hyunjin, kenapa lu ikut campur? By the way, lu ga ada sopan santun ya, ngomong sama kakak kelas?" balasnya sambil menunjukkan senyum miringnya. Pemuda itu bernama Hyunsuk Harshaya Pratama.

"Pengen banget disopanin kak?" Bukan, itu bukan Jeno. Tapi saudara kembarnya yang bicara. Anak itu tiba-tiba muncul dibelakang Jeno dibarengi Sunwoo disebelahnya.

"Kalau lu mau disopanin, ya lu harus sopan dulu, Kak," sambung Eric sambil menekankan bagian kata 'kak'.

Hyunsuk berdecih, "cih, kalian tahu apa, sih? Gue ke sini cuma nyari Hyunjin, kenapa lu pada sewot?" tanyanya sambil menunjuk satu persatu orang didepannya itu.

"Kenapa lu ga mau ngomong baik-baik aja? Lu kalau memang mau cari anak itu, ya silahkan aja! Kita ga ngelarang. Tapi attitude dipakai dong, bro. Lu siapa datang-datang nendang pintu kelas gue gitu, hah?!" Sunwoo menatap sinis kakak kelasnya itu.

"Kalau sampai lu ngerusak fasilitas kelas gue, gue bakal laporin lu ke kepala sekolah," celetuk Jisung yang ternyata juga tersulut emosinya.

Hyunjin yang duduk didepan Haechan hanya diam dan melihat, ia sedang mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Padahal rasanya ia tak pernah bermasalah dengan orang yang sedang teriak-teriak didepan pintu kelasnya itu.

"Haha, lu siapa nasihatin gue, hah?! Gue lahir lebih dulu daripada lu! Gue lebih senior daripada lu! Lu siapa? Anak pejabat?" tanyanya pada Sunwoo dengan senyum meremehkan.

Sunwoo tersenyum miring, "Ayah gue memang pejabat pemerintah kalau lu lupa. Tapi gue bukan tipikal yang pakai orang dalam kaya lu. Udah ga ada kemampuan, masih omong doang yang digedein. Bego jangan dipelihara!" balasnya.

Hyunsuk bertambah emosi, tangannya mengepal, wajahnya memerah menahan amarahnya agar tidak meledak pada saat itu juga. Sunwoo tertawa kecil melihat kakak kelasnya itu, lalu berniat untuk menyeretnya agar pergi meninggalkan kelasnya.

Hyunsuk sempat menepis tangan Sunwoo, dan menatap tajam ke arah Hyunjin yang linglung itu.

"Hyunjin Abraham! Gara-gara kakak lu, si Changbin Abraham itu, teman gue Yohannes Immanuel Sagara, Marka Albevan Deandra, dan Yeonjun Adrian Amalo hilang!" ia menekannya semua kata yang diucapkannya.

Hyunjin ditempatnya melotot tak percaya dengan apa yang dia dengar. Jeno, Jaemin, Eric, Sunwoo, dan lainnya beralih menatap Hyunjin.







BRAKK!







Hyunjin menggebrak mejanya, amarahnya telah mencapai puncak. Ia mendekati kakak kelasnya itu dengan tidak santai.

"Asal lu tahu, Kak Changbin juga hilang! Changbin, Yohan, sama Yeonjun ga akan hilang, jikalau teman jenius lu, si ketua osis Marka Abrian Samudra itu ga mewujudkan ide gilanya!"

Hyunjin emosi sampai-sampai ia menarik keras kerah baju Hyunsuk. Yang lainnya terkejut, baru kali ini mereka melihat Hyunjin semarah ini.

"Gue tahu, ga seharusnya gue nyalahin Kak Mark, karena Kak Changbin, Kak Yohan, dan Kak Yeonjun juga setuju buat ikut. Jadi ini bukan sepenuhnya salah Kak Mark..."

"Sekali lagi gue dengar lu nyalahin orang apalagi kakak gue, si Changbin, jangan harap hidup lu bisa tenang!" lanjutnya.

Kemudian ia melepaskan cengkramannya dan berjalan keluar dari kelas. Hyunsuk hanya menatap kepergian Hyunjin. Dia masih setia dengan senyum meremehkannya itu.

Sunwoo dengan segera mencengkram lengan Hyunsuk membawanya menjauh dari kelas.



.





.




.


"Lu dengar, kan kata Hyunjin tadi? Kalau lu ngulangin perbuatan lu lagi, lu bakal berhadapan sama gue, paham?!" Sunwoo yang kini berada di halaman belakang sekolah menatap sinis orang yang dia seret itu.

"Gue tanya lagi, lu tahu apa, sih?"

"Gue kasih tahu ya, Hyunjin cuma tahu setengah kisahnya. Ide buat pergi ke tempat itu, bukan sepenuhnya ide Marka. Changbin yang lebih dulu ceritain tempat itu dengan segala informasi yang dia dapat dari buku yang dia baca di perpustakaan. Dan akhirnya Mark, Yohan, dan Yeonjun menyetujui dan berniat buat pergi ke sana. Nyari pembuktian, katanya. Yang paling anehnya, mereka kesana dan ga kembali lagi sampai sekarang," lanjutnya.

Sunwoo sejenak diam mendengarkan penuturan Hyunsuk itu. "Terus kalau lu tahu, kenapa lu ga hilang juga? Logikanya kalau lu tahu semua rekam jejak mereka, kenapa lu ga ikutan sama mereka ke tempat itu?" tanyanya.

Hyunsuk menghela nafasnya kasar, "Changbin ceritain isi buku itu saat mereka jenguk gue di rumah sakit beberapa waktu lalu. Tapi dalam kondisi gue yang ga memungkinkan, gue ga terlalu fokus buat dengar kisahnya. Gue juga diajakin awalnya, tapi karena keadaan gue yang masih belum pulih waktu itu, jadi gue memutuskan buat ga ikut ke sana," balasnya meyakinkan Sunwoo.

"Terus lu ga ada niat buat cari mereka bertiga?" tanya Sunwoo lagi.

"Arkana Sunwoo Arashya, gue ga sebodoh itu mau ngorbanin diri gue. Dan ya, gue ga akan tetap diam. Ini tetap salah Changbin dan Hyunjin harus bertanggung jawab atas kesalahan kakaknya itu."

Setelahnya, Hyunsuk pergi dari sana tanpa memperdulikan Sunwoo lagi. Sunwoo diam ditempatnya berusaha memahami apa yang dia dengar dari penuturan Hyunsuk itu.

"Gue harus cerita ke Eric dan lainnya," —batin Sunwoo.


.



.



.



.



Sunwoo berjalan gontai memasuki kamarnya, berniat merebahkan diri setelah kejadian hari ini di sekolah. Aneh, begitu pikirnya. Kenapa bisa ada orang seperti Hyunsuk Harshaya Pratama?

Tiba-tiba datang, kemudian menendang pintu kelas, hey dimana sopan santun orang itu?

Malas memikirkan Hyunsuk yang tidak penting baginya itu, Sunwoo kemudian meraih ponselnya dan segera mengirimkan pesan digrup chat yang berisi dirinya, Jeno, Eric, dan Jaemin.




























halo halo
wah, gue baru bisa up sekarang gara-gara belakangan ini gue sempat sakit dan sampai sekarang pun masih
ternyata rasanya ga enak banget 🥲
semoga kalian sehat-sehat yaa!




Alarice Erica
10/3/23

Saranjana: The Lost CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang