03. Kerusuhan

163 18 5
                                    

.
.
happy reading guys!
.
.






Kali ini empat pemuda yang terdiri dari Jeno, Jaemin, Eric, dan Sunwoo berada didalam perpustakaan sekolah. Perpustakaan ini lumayan luas dan dilengkapi dengan fasilitas berupa buku yang juga cukup banyak.

Eric yang pertama kali melangkah masuk, mulai mengitari rak buku yang bertemakan 'Sejarah'. Sangat terlihat jika saat ini mereka kemari untuk mencari referensi guna membuat tugas kelompok pada mata pelajaran Sejarah Wajib. Mau tidak mau mereka harus mengerjakannya dengan sungguh-sungguh.

Sunwoo mengekori Eric yang masih berkeliling disana untuk mencari buku yang menarik menurutnya. Sedangkan, Jeno dan Jaemin mencari tempat baca dipojok belakang. Alasannya agar ketika mereka ribut maka tidak akan terlalu terdengar sampai pada resepsionis perpustakaan. Itu adalah pemikiran Jeno, sebuah tindakan antisipasi karena tahu bahwa saudara kembarnya itu tidak pernah tidak ribut kalau sedang membaca buku.

Eric melihat rak paling atas, sangat tinggi. Disana ada buku bersampul coklat yang kelihatan sedikit lusuh dan dibuat tertarik karenanya. Ia mendekati Sunwoo, lalu segera menarik tangannya untuk mengikuti langkahnya dan mengambilkan buku itu. Sunwoo sedikit mendongak melihat ke rak atas, kemudian sedikit berjinjit untuk menggapainya.

Setelahnya, ia menyerahkan buku tersebut pada Eric. Dengan gembira Eric pun menerimanya. Tak berselang lama, Sunwoo juga ikut mengambil beberapa buku yang sekiranya bisa dia dan teman-temannya jadikan sebagai referensi. Mereka akhirnya berjalan menuju pada Jeno dan Jaemin yang sudah menunggu.

"Lama amat lu berdua, habis ngapain?" celetuk Jeno yang menopang dagu dengan tangan kirinya setelah mendapati Eric duduk disebelahnya, dan Sunwoo duduk dihadapan Eric, disebelah Jaemin.

"Ya cari buku, lah," jawab Sunwoo yang memasang ekspresi datarnya.

"Siapa tau lu berdua aneh-aneh gitu, masa iya nyari buku gini doang lama?" sela Jaemin sembari mengambil salah satu buku dalam tumpukan yang dibawa Sunwoo tadi.

Eric masih fokus pada buku yang dia baca, "maksud lu aneh-aneh gimana, Na?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan.

Jaemin menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "ga tahu sih, gue kan ngasal", balasnya dengan cengiran khas Narendra Jaemin Nasution.

Hening sekejap. Yang terdengar hanya suara halaman buku yang dibalik. Sampai akhirnya Eric menutup bukunya dan menaruhnya dimeja, menarik perhatian ketiga pemuda lainnya yang kini menatapnya keheranan.

Eric menghela nafasnya pelan, "menurut kalian gimana?" tanyanya.

"Apa?" Jeno bertanya. Semuanya serius dan menunggu lanjutan pertanyaan dari Eric.

"Coba gue tanya, duluan ayam atau telur?" sambungnya.

Tiga orang yang ada disekitarnya ini menghela nafas kasar. Disana nampak Sunwoo sedang membatin.

"Ya Tuhan, sabar sabar. Orang sabar pasti kesal," —batinnya.

Begitu juga dengan Jaemin yang tersenyum dengan senyum yang dibuat-buat itu seakan mengatakan, "lu udah buang 20 detik waktu berharga gue."

Tolong ingatkan Jeno bahwa orang disebelahnya ini adalah saudara —adik kembarnya, kalau tidak pasti ini adalah hari terakhir Eric terlihat disekolah sebelum berakhir di bangsal rumah sakit.

"Wasting time, Ric", balas Jeno datar dan melanjutkan kegiatan membacanya yang sempat terjeda tadi.

"Kalau menurut lu sendiri gimana, Ric?" tanya Sunwoo setelahnya, tetap berusaha sabar untuk meladeni sahabat sejak kecilnya itu.

"Gue juga ga tahu, makanya nanya. Ya, siapa tahu ada yang punya argumen diluar nalar," kata Eric.

"Ric..", kali ini Jaemin memanggil Eric, namun hanya dibalas deheman singkat.

"Menurut gue nih, antara ayam atau telur, yang duluan itu Tuhan, karena Tuhan yang menciptakan ayam yang bisa bertelur dan kalaupun telur duluan, ga semua telur bakal netas jadi ayam. Buktinya telur bisa netas jadi buaya, kan?" balas Jaemin yang kemudian menatap temannya satu persatu.

"Contohnya ya kaya Jeno," lanjutnya dan mengalihkan pandangan ke arah lain. Jeno hanya berdecih kesal.

Semua terdiam dan kembali bergelut dengan pikiran masing-masing. Tak lama akhirnya pikiran mereka dibuyarkan dengan bunyi bel masuk yang ternyata lebih keras terdengar jika berada di perpustakaan.

Mereka mengembalikan buku-buku tadi ke tempatnya. Dan Sunwoo adalah orang terakhir mengembalikan bukunya ke rak. Eric melihat dan menyadarinya, lalu berinisiatif menanyakan.

"Kenapa, Rash?" tanyanya. Ya, Eric memanggil Sunwoo dengan nama belakangnya, yaitu Arashya.

Sunwoo yang tersentak kaget akhirnya menggeleng heboh, dengan tergesa-gesa ia menaruh buku itu, lalu berjalan cepat melewati Eric. Tentu saja Eric sedikit berlari kecil untuk mengejarnya.

"Itu ketakutan terbesar gue, Ric," jawabnya singkat. Eric tak bertanya lebih lanjut. Memilih untuk lebih mempercepat langkahnya menuju ke kelas yang ada diujung koridor lantai dua ini.




.




.





.




Mereka sampai di kelas dan duduk dibangku masing-masing. Penuh syukur karena guru pengajar belum ada di kelas.

Tiba-tiba, Renjun sang ketua kelas datang dari ruang guru dan masuk, setelahnya berdiri di depan kelas.

"Kenapa, Jun?" tanya Haechan sambil mengeluarkan buku pelajaran dari tasnya.

"Gurunya izin, jadi ga bisa ngajar. Hari ini jam kosong, ga ada tugas, dan ga ada juga guru yang gantiin jamnya kaya Bu Irene kemarin," jawabnya lengkap membuat seluruh isi kelas berteriak kesenangan.

"Eits, tapi jangan ribut ya," sambungnya dan diangguki oleh teman-temannya. Ia duduk dibangkunya dan merapikan bukunya yang masih ada diatas meja.

"Padahal gue udah keluarin buku pelajarannya," ucap Haechan dengan nada sedih dibuat-buat.

Hyunjin dengan senang hati mengulurkan tangannya menoyor kepala Haechan, "lu dikasih belajar ngeluh, dikasih free class juga ngeluh," cerocos Hyunjin.

Haechan berdecak sebal sambil mengelus kepalanya yang ditoyor Hyunjin. Selang beberapa lama,







BRAKK !







Pintu kelas dibuka dengan cara yang kasar dan tidak lazim, yaitu ditendang oleh seseorang. Hal itu jelas mengejutkan seluruh isi kelas. Suasana yang awalnya kondusif menjadi ramai akibat perbuatan orang itu.

"Woy!! Santai dong, anjir!" teriak Haechan yang masih memegangi dadanya, terkejut.

"Kenapa lu harus nendang pintu, hah?!" Renjun angkat bicara.

Masalahnya kalau fasilitas kelas itu rusak, pasti Renjun yang paling pertama terkena marah. Karena dia adalah ketua kelas. Dan apapun yang terjadi di kelas merupakan tanggungjawabnya.

"Bacot lu semua. Mana yang namanya Hyunjin Abraham, hah?!" tanya orang itu dengan sedikit berteriak.























halo... haloo
gue up lagi karena kebetulan hari ini gue free class,
kelas hari ini cuma 1 mata kuliah doang, evaluasi pendidikan 1
awal semester 4 emang banyak free kayanya deh wkwk.

btw, bisa tebak ga nih siapa orang yang nendang pintu kelas XI MIPA-2?
Kenapa dia nyari Hyunjin ya?
Ga tahu aja dia kalau XI MIPA-2 isinya geng tawuran semua wkwk





Alarice Erica
8/3/23

Saranjana: The Lost CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang