27. Tentang Saranjana dan Ritual

104 14 0
                                    

.
.
Happy Reading!
.
.















Eric dan Yeonjun berjalan tenang dalam kegelapan malam di Kota Saranjana ini. Keduanya saling terdiam untuk beberapa saat. Fokus pada senter ditangan dan juga jalan yang mereka lalui. Sebenarnya Eric kurang yakin dengan tujuannya, tapi tidak ada salahnya untuk mencoba bukan?

Kali ini mereka berusaha mencari sesuatu yang mungkin dapat memberikan informasi mengenai ritual yang akan Hyunsuk lakukan di hari Rabu. Entah nanti sebuah rumah atau sebuah buku kecil yang akan mereka dapatkan, yang penting bisa berguna bagi mereka.

"Ric, jujur sama gue. Lu ga cape apa?" tanya Yeonjun memecah keheningan yang terjadi diantara mereka.

Eric tersenyum tipis, "Kak, pernah ada yang bilang ke gue tentang satu hal," balasnya singkat.

"Apa?"

"Lu harus tetap semangat. Hari ini mungkin buruk buat lu, tapi besok akan lebih buruk lagi. Dan ya, itu kenyataannya sekarang," jelas Eric yang fokus mengarahkan cahaya senternya ke tanah untuk menerangi langkahnya.

"Agak lain memang lu ini."

"Oiya, menurut lu gimana tentang semua ini, Ric?" tanya Yeonjun yang mengikuti langkah Eric dari belakang.

"Seru, sih Kak—"

"Seru kepala lu segitiga?! Gue hampir mati rasanya, anjir!" —batin Yeonjun.

"—bisa akrab sama kalian, terus belajar juga arti kehidupan, ketakutan, keberanian, pertemanan, dan pengkhianatan tentunya. Dari sini gue belajar semua itu, ya walaupun momentumnya ga pas banget, Kak," lanjut Eric.

"Lumayan, Ric. Ini ajang setoran nyawa. Gue bahkan udah berkali-kali ngerasain kalau nyawa gue terbang melayang-layang. Tapi semua berubah sejak ketemu lu, kaya ada vibes positifnya gitu. Yang awalnya kita semua pasrah, pas lu datang kita malah semangat buat balikin keadaan," jelas Yeonjun.

"Jangan gitu lah, Kak. Gue ngerasa kaya malaikat jadinya," sahut Eric yang dibalas kekehan kecil oleh Yeonjun.

"Ini kalian udah libur sekolah, kan? Gue ga tahu apa-apa sejak ditahan disini. Puji Tuhan kita hilang disini itu ujian akhir semester gasal udah kelar, jadi tinggal pengayaan doang. Tapi tetap aja gue takut kalau semisal gue kena remidial," ucap Yeonjun mengecil diakhir dan menunduk.

"Udah libur, Kak. Waktu liburan cuma dua minggu. Kemungkinan kita kejebak disini sampai hari Rabu itu berakhir. Ga akan terasa liburannya. Masalah remidial ga usah khawatir, nanti susulan bisa. Tapi, waktu itu di pengumuman yang ditempel di mading sekolah, kayanya kelas dua belas ga ada yang remidial lagi deh," jawab Eric mengingat.

"Hahaha, Puji Tuhan kalau ga ada yang remidial!" seru Yeonjun kegirangan.







Kini keduanya kembali fokus menyusuri jalan yang mereka tempuh. Beberapa tanaman merambat cukup membuat mereka agak kesulitan dalam melangkah. Sampai akhirnya mereka menemukan sebuah rumah yang agak aneh.

Rumah itu sebenarnya seperti rumah biasa, tapi ada hal yang membuatnya berbeda dengan rumah lainnya. Aneh, begitu pikir mereka berdua.

"Menurut lu apa rumah ini terlihat aneh, Ric?" Yeonjun bertanya sambil memperhatikan sebuah rumah yang kelihatan terang dihadapan mereka.

Eric berdeham panjang, "bukannya jelas, Kak? Rumah ini selain aneh juga kelihatan mencurigakan," balas Eric yang juga ikut mengamati rumah itu.

"Kenapa cuma rumah ini yang terang? Dan bedanya penerangan disini malah pakai lilin? Kalau dibandingin sama rumah Felix tadi, dia pakai lampu biasa, kan?" tanya Yeonjun beralih menatap Eric.

Saranjana: The Lost CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang