10. Pemuda Dengan Perban

105 13 2
                                    

.
.
Happy Reading!
.
.









Mereka semua sekarang sudah ada di dalam kelas, bersiap untuk menerima pelajaran yang akan diberikan oleh guru pengajar hari ini. Ada beberapa jeda waktu sebelum guru pengajar datang ke kelas mereka.

Kesempatan itu benar-benar digunakan oleh keempat pemuda yang tadinya berkumpul di rooftop. Mereka mengedarkan pandangannya untuk menangkap siapa orang yang tangannya dililit oleh perban sesuai arahan Eric tadi. Mereka mulai mencarinya di kelas.

Jaemin menelisik satu persatu temannya yang duduk di bangku didepannya. Eric juga memperhatikan orang-orang yang duduk sejajar dengannya tapi belum menemukan apapun yang mencurigakan. Jeno yang duduk dengan Jaemin juga berbincang dengan Renjun didepannya sembari melirik kanan kiri untuk mencari orang yang terlilit perban tangannya.

Sunwoo yang duduk disebelah Eric berdecak sebal. Sebab ia juga belum menemukan orang dengan perban yang terlilit ditangannya di kelas mereka.

"Pstt.. Ric!" panggil Sunwoo agak berbisik.

"Kenapa?" balas Eric pelan.

"Lu yakin pelakunya ada di kelas kita? Gue rasa dia memang ga ada di kelas ini," sambungnya lagi dengan nada pasrah karena tidak menemukan apapun.

"Entahlah, who knows? Lu lihat lagi, Rash. Teliti satu persatu. Sadar? Dikelas ini bukan satu orang yang tangannya diperban, tapi ada dua orang," kata Eric sambil fokus ke depan dan mengamati guru pengajar dari jendela.

"Siapa?" tanya Sunwoo yang kini mengeluarkan buku-buku pelajaran dari dalam tasnya.

"Felix sama Hyunjin, coba lihat!" suruh Eric pada Sunwoo sembari menunjuk ke bangku tempat duduk Hyunjin dan Felix. Dengan cepat Sunwoo mengedarkan pandangannya dan menatap ke arah bangku yang ditunjuk Eric.

"Lix!" panggil Sunwoo agak keras yang membuat si pemilik nama menoleh ke arahnya yang ada di pojok kanan belakang nomor tiga.

Felix hanya menaikkan satu alisnya yang dapat diartikan dia sedang menanyakan "ada apa?" Sunwoo sedikit berdeham yang membuat Jeno dan Jaemin menoleh ke arahnya.

"Engga, cuma mau nanya doang. By the way, itu tangan lu kenapa diperban gitu?" tanyanya sambil menunjuk tangan Felix menggunakan dagunya.

Felix yang menyadari situasinya agak gelagapan, dan membuat Eric mengernyit keheranan. Ia menatap curiga pada Felix, begitu juga dengan Sunwoo, Jeno, dan Jaemin yang seperti menuntut jawaban padanya.

"Eh.. em, anu.." balasnya terbata-bata.

"Anu apa?" tanya Jeno menginterupsi.

"E-eh, ngga. Ini diperban gara-gara itu. Ah iya, gue kemarin buat kue gitu, kebetulan ada pakai pisau buat motongnya, jadi kena tangan gue deh," jelasnya sambil menatap nanar tangan kirinya yang dililit perban.

"Lu ga bohong, kan?" selidik Jaemin. Ia mendekat ke arah Felix dan mengulurkan tangannya kemudian menggenggam tangan Felix itu.

"Maksudnya bohong?" celetuk Renjun yang tatapannya mengarah pada Jaemin dan Felix.

"Ya, gue kira pisau kue ga setajam itu sampai bisa buat tangan orang sampai dililit perban gini," kata Jaemin dengan cengiran khasnya.

Felix menatapnya geram. Merasa dipermainkan, tapi disatu sisi ia agak ragu juga.

"Pisau kue memang ga setajam itu, Na. Tapi, kalau pisau yang lain kan bisa. Siapa tahu aja Felix bukan pakai pisau kue, iya kan, Lix?" tanya Sunwoo menyela, lalu dibalas anggukan singkat oleh Felix.

Saranjana: The Lost CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang