28. Rencana Terakhir

99 17 0
                                    

.
.
Happy Reading!
.
.
















"Tahu apa, Kak?" tanya Eric yang tersentak.

"Hyunsuk lahir bulan April. Kemungkinan itu yang dimaksud buku ini. Dia pasti masih percaya sama keyakinan ini, kalau yang lahir bulan April akan diberkati. Lanjut dulu, Ric," balas Yeonjun yang segera diangguki Eric.

Dia kembali fokus untuk membaca. Eric sekarang agak kesulitan membaca karena tintanya sudah mulai pudar dan warna kertas yang membuatnya agak kontras.








"Do this ritual if you are one of our descendants born in April. Then, you will be blessed forever. "

"Those of you who were born in April, must be serious about this ritual. There are several requirements that you must fulfill."








"Wah, Kak! Ada syarat-syarat yang harus dia penuhi ternyata," sambung Eric kaget setelah membacanya.

Yeonjun tak bergeming, hanya mengisyaratkan Eric agar melanjutkan bacaannya. Sedangkan, dirinya hanya menyimak sambil memikirkan sesuatu.




"You must sacrifice them on the night of the full moon which occurs on Wednesday."





Kini Eric dan Yeonjun sama-sama terkejut. Yeonjun paham betul maksud kalimat yang baru saja dibacakan oleh Eric.

"Dua hari lagi? Gue baru ingat itu malam bulan purnama. Ga, Ric! Gue ga mau mati hanya untuk jadi tumbal supaya dia diberkati." Yeonjun sedikit berteriak. Sorot matanya menunjukkan ketakutan dan Eric tahu itu.


"Please do the ritual in this dirt field under the full moon light. We as your ancestors will bless you if you succeed in the ritual. Ritualnya bakal dilakukan dilapangan tanah Saranjana, dibawah sinar bulan purnama. Kalau dia berhasil maka leluhurnya akan memberkati," lanjut Eric.

"Sumpah sih ini konyol banget kalau kata gue, Ric! Ga ada leluhur yang bakal berkati kita kalau caranya kaya gini. Tuhan dan mereka para leluhur akan ngasih kita berkat kalau kita jadi orang yang baik dan selalu taat beragama. Itu yang sering gue dengar dari pendeta tua di Gereja!" bentak Yeonjun tak percaya.

"Gue juga ngerasa ini kaya dibuat-buat banget, Kak. Gue harus baca dulu sampai akhir kalau kita mau tahu gimana jalannya ritual itu," sambung Eric.

Tangan kanannya kembali terulur untuk membalikkan halaman buku. Tangan kirinya sibuk merogoh ponsel yang dia letakkan disaku celananya. Dia mengeluarkan ponsel dan mengambil gambar beberapa halaman yang ada pada buku ritual itu.



"Place as many as eight peoples or in an even number to be sacrificed. Then, tie them to the big logs.  You have to make a pentagram pattern afterwards." Eric mengusap wajahnya secara kasar. Merasa sedikit tidak percaya dengan apa yang dia baca.



"Kak Yeonjun..." panggilnya lirih.

Yeonjun hanya berdeham sebagai balasan, dia kurang paham dengan apa yang baru saja Eric katakan. Kalimatnya sulit dia terjemahkan dalam otaknya dalam keadaan takut dan panik seperti ini.

"Dia perlu delapan orang sebagai tumbal atau boleh juga berapa orang pun asalkan jumlahnya genap," ucap Eric takut.

Yeonjun kini menjadi pucat, "itu bacanya udah selesai? Kita harus cari Yohan dan lainnya untuk ngasih info ini." Keringat dingin mulai membasahi keningnya secara teratur. Berkali-kali Yeonjun telah menyekanya dengan kasar, tapi tetap saja sia-sia.

Saranjana: The Lost CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang