01. Truth or Dare

334 25 9
                                    

.

Happy Reading, guys!
(disarankan baca pakai font Times New Roman, yaa)

.

.

Hari ini adalah hari Sabtu yang sedikit berawan. Sudah dua kali turun hujan sejak pagi tadi. Kini jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang.

Bel istirahat kedua berbunyi dan menggema di setiap koridor kelas. Para siswa nampak berhamburan keluar kelas. Ada yang menuju kantin, ada yang menghabiskan istirahat di perpustakaan, ada yang ke toilet, ada juga yang duduk dibangku taman, serta jangan lupakan beberapa pemuda gabut yang memutuskan untuk kumpul dibelakang ruang kelas XI MIPA-2.

Sebelumnya semua saling tatap satu sama lain, sampai seorang pemuda blasteran Indo-Australia yang berambut pirang itu membuka suara, "kenapa lu semua diam? Katanya gabut," ucapnya dengan suara rendahnya itu. Christian Felixiano Alexander namanya.

Yang lain saling tatap lagi, kemudian fokus kepada Felix. "Apaan lu pada natap gue? Ngefans lu?" Felix bergedik sedikit ngeri karena teman-temannya itu menatap aneh ke arahnya.

"Najis banget gue ngefans sama lu, heh!" Kali ini Narendra Jaemin Nasution yang bersuara menanggapi pertanyaan Felix.

"Main truth or dare aja gimana?" Ajak Jaemin setelahnya.

Delapan pemuda lainnya hanya mengangguk menyetujui ajakan Jaemin untuk bermain truth or dare itu. Disana terdapat sembilan orang pemuda yang menunggu permainan dimulai. Ada Felix, Jaemin, si kembar Elthan Jeno Devandra dan Althan Eric Devandra, Arkana Sunwoo Arashya, Haechan Chandra Adhitama, Hyunjin Abraham, Renjana Putra Juantara yang kerap dipanggil Renjun, dan satu lagi pemuda mirip tupai, yaitu Handika Jisung Pradana.

Renjun beranjak dari duduknya mengambil botol kaca yang digunakan sebagai vas bunga hidup dimeja guru dan berjalan kembali menuju teman-temannya yang telah menunggu permainan untuk dimulai.

"Yang mutar botolnya duluan siapa?" tanya Haechan sambil menatap temannya satu persatu.

"Hyunjin aja udah." Sunwoo berucap melirik ke arah Hyunjin yang terus menatap botol kaca tersebut.

Akhirnya Hyunjin mengangguk dan meraih botol yang diletakkan dilantai itu, lalu mulai memutarnya. Entah sial atau bagaimana, Hyunjin yang memutar botol, namun Hyunjin pula yang ditunjuk oleh botolnya.

"Emang nasib lu agak jelek, Jin," ucap Jeno sambil sedikit tertawa melihat ekspresi kesal Hyunjin. Jisung segera mengambil kesempatan untuk mengerjai Hyunjin yang kebetulan duduk disebelahnya.

"Gue yang kasih pertanyaan, ya?" tanya Jisung yang dibalas anggukan oleh teman-temannya.

"Oke, jadi lu pilih truth or dare?" lanjut Jisung sambil menaik-turunkan alisnya tengil.

Hyunjin hanya memutar bola matanya malas, "gue pilih dare, laki harus berani tantangan!" Hyunjin menjawab dan Jisung akhirnya heboh karena senang.

"Gue kerjain lu, Abraham,"—batin Jisung.

"Gue mau lu ajak si Yeji bareng sama lu pas pulang nanti, anterin dia sampai rumahnya!" Jisung berkata dengan santainya tanpa memperdulikan Hyunjin yang sedang melotot tak percaya akan dare yang diberikan teman seperjuangannya itu. Tapi karena ini pilihannya di awal, maka dia harus melakukannya walau sedikit 'terpaksa'.

Hyunjin pun berjalan ke bangku Yeji Agatha yang duduk sendiri sambil mendengarkan lagu dari earphone kesayangannya. Hyunjin dengan segera mengatakan tujuannya mendatangi Yeji, dan tak disangka bahwa gadis itu mengiyakan Hyunjin.

Jisung yang melihat itu berdecak sebal.
"Bisa-bisanya si Yeji langsung mau, padahal gue pengen liat si Hyunjin itu melas-melas."—batinnya lagi.

Hyunjin akhirnya kembali ke tempat mereka bermain dan menyunggingkan senyumnya meledek Jisung. Permainan pun dilanjutkan. Kali ini Jeno yang tertunjuk.

"Truth or dare?" Haechan dengan antusias, ia juga berniat untuk mengerjai temannya yang satu ini.

"Truth," jawab Jeno singkat yang membuat Haechan kecewa.

"Kenapa? Kaget lu gue milih truth?" lanjutnya menatap Haechan dengan wajah sedih yang dibuat-buat.

Eric hanya terkekeh geli melihat kembarannya yang sangat peka kalau dirinya akan dijahili oleh Haechan yang akhlaknya hilang itu.

"Truth, kan? Hmm.." Haechan menopang dagunya berpura-pura berpikir dan hal itu membuat emosi Jeno meningkat.

Jeno berdecak kesal kemudian menatap sinis ke arah Haechan, "lu kalau mau gue tonjok bilang aja, ga usah kode-kodean gitu," ucapnya.

Haechan memutar bola matanya malas, "jujur sama gue, siapa orang yang lu ga suka di sekolah ini? Alasannya apa?" tanyanya.

"Lu ga berani jujur, kan? Karena lu pasti ga suka sama gue," celetuk Hyunjin yang berujung mendapatkan pukulan dibelakang kepalanya dan Sunwoo sebagai pelaku pemukulan.

"Hyunjin ternyata bego banget ya," kata Renjun sambil memandangi Hyunjin dan Jeno bergantian. Renjun memijit pangkal hidungnya pelan. Tak habis pikir dengan perkataan Hyunjin itu.

"Ya kalau Jeno ga suka sama lu, kenapa Jeno harus temenan sama lu? Aneh banget lagian," sambungnya.

"Ya kan namanya juga nebak, Njun," balas Hyunjin pelan.

Jeno kembali berdecak, "jujur, bukannya gue ga suka sama tu orang. Gue cuma ngerasa risih aja sama dia, Yunseong Bian Sagara. Lempeng banget mukanya, anjir! Pernah gue senyum pas lewat depan dia, ga dibalas senyum juga. Ga tahu dah pokoknya gue aneh aja sama muka lempengnya," ujar Jeno.

"Yailah, Jen. Itu udah settingan dari pabriknya, ga bisa diubah," ucap Sunwoo pelan sambil mengambil ponsel Eric yang tergeletak disebelahnya.

Berbanding terbalik, Eric kini malah mengambil ponsel Sunwoo dan memainkan game yang ada didalamnya. Sempat ia menoleh pada kembarannya itu, "iya, sama halnya kaya lu kalau lagi badmood. Lebih serem daripada Ayah. Gue yang badmood aja ga kaya gitu," kata Eric yang terfokus pada game ditangannya.

Kali ini Jeno yang memutarkan botolnya, dan itu menunjuk kepada Felix.

"Truth or dare?" tanya Renjun yang kebetulan duduk disebelah Felix.

"Dare? Iya, dare aja" balas Felix sambil menatap ke langit-langit kelas.

Renjun dengan senang hati memberi dare pada Felix, "oke, besok bawain kita brownies yang lu buat, ya! Yang kaya lu kasih ke Eric..."

"Jadi teman emang pilih kasih banget, masa Eric doang yang dikasih," sela Haechan.

"Bahkan gue yang kembarannya Eric pun ga dapat makan tuh brownies. Jangankan makan deh, nyentuh aja gue ga dikasih sama tu anak," sambung Jeno sambil menunjuk Eric dengan dagunya.

Felix pun mengiyakan dare tersebut. Setelahnya, permainan kembali berlanjut. Renjun yang menerima dare yang mengharuskannya menemani Hyunjin untuk latihan basket sepulang sekolah nanti.

Lalu, Haechan yang jujur tentang perasannya dan mengatakan siapa orang yang dia suka. Jisung yang ditantang untuk SKSD dan berkenalan dengan lima orang anak kelas X. Dan, Sunwoo yang ditantang untuk vakum dari kegiatan tawurannya.

Jaemin yang mendapat dare harus memuji salah satu kakak kelas yang lewat didepan kelas mereka. Serta, Eric diminta untuk jujur tentang kebiasaan menyebalkan yang sering Jeno lakukan dirumah.

Dengan berbunyinya bel masuk, maka berakhirlah permainan aneh yang mereka sebut 'truth or dare' itu. Mereka kemudian melanjutkan aktivitas pembelajaran di jam terakhir.





















halo... haloo..
semoga suka ya sama cerita gue🥰
thanks banget buat yang udah baca..


Alarice Erica
5/3/23

Saranjana: The Lost CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang