26. Sisa Waktu

105 17 0
                                    

.
.
Happy Reading!
.
.











Malam telah berlalu begitu saja tanpa memberikan apapun yang berarti, hanya kebingungan dan kesedihan. Mereka yang tersisa memikirkan kelanjutan dari semua ini. Keadaan Changbin dan Jaemin yang belum kembali, serta bagaimana cara mereka menyelamatkan diri sendiri.

Keenam pemuda tampan itu sudah bangun dari tidurnya, atau bahkan bisa dikatakan kalau mereka tidak tidur semalaman untuk memikirkan banyak hal.

Sunwoo menatap sedih pada alat musik yang sempat Jaemin beli sebelumnya. Kebetulan terakhir disimpan dalam ransel miliknya. Dia terus memandangi kalimba itu dan berharap Jaemin segera kembali bersama squad mereka.

"Arashya! Lu jangan kaya orang putus asa gitu dong, gue jadi takut lihatnya!" seru Eric yang sedari tadi memperhatikan Sunwoo dan membuat yang lainnya juga fokus pada orang yang disebut.

"Gue tahu segala hal tentang Arkana Sunwoo Arashya, orang yang suka tawuran, bahkan ga pernah absen dengan kegiatan itu, sahabatnya Kak Gabriel Juyeon Ajisaka. Tapi, gue ga pernah tahu sisi Sunwoo yang kaya gini, ketakutan, sedih, putus asa, macam-macam lah pokoknya," sahut Yohan yang beranjak dari kegiatan rebahannya dilantai dan menatap Sunwoo keheranan.

Sunwoo sedikit berdecak, "ck, Kak Yohan jangan mulai deh. Tiap orang juga punya kelemahan dan dark side masing-masing. Ga tahu kenapa hari ini gue kaya kehilangan aja gitu, setelah Nana ga bareng kita disini," jawabnya, kemudian memasukkan kembali kalimba itu ke dalam ranselnya dan mengikuti Yohan untuk berdiri.

Yang lain hanya menyimak percakapan mereka berdua sambil ikut beranjak. Jeno menatap dingin pada Sunwoo, "tenang.. Disini yang kehilangan bukan lu doang, yang lain juga sama. Kita ngerasa kehilangan Jaemin dan kakak-kakak ini ngerasa kehilangan Kak Changbin," katanya sambil menepuk pundak Sunwoo berkali-kali.

Sunwoo hanya mengangguk dan beralih menatap Eric yang hanya diam. "Sekarang rencana lu gimana, Ric? Ini udah pagi," tanyanya.

Yang ditanya malah menatap balik ke Yohan dan Mark. "Kak, gue yakin lu lebih bijak dalam urusan ini. Apa baiknya kita berpencar lagi? Banyak hal yang harus kita tahu. Kita harus selidiki dan pastikan kalau Felix ga berkhianat sama kita. Disamping itu, kita harus cari Nana dan Kak Changbin. Jangan lupakan juga tentang ritualnya, gue rasa kita harus cari tahu tentang pelaksanaannya," tanya Eric panjang lebar.

Yeonjun tiba-tiba menyikut lengan Jeno disebelahnya dan berbisik, "adik lu dikasih makan apa sih sama bunda? Aktif banget, padahal kita udah kehabisan tenaga, bahkan ada saatnya gue ngerasa kalau nyawa gue udah mau melayang, beda banget sama dia," ucapnya pelan.

"Eric itu beda, Kak. Beda juga dari gue yang notabenenya kembaran dia," balas Jeno dingin.

Yohan dan Mark tampak berpikir sejenak. Mereka saling pandang serta berkomunikasi lewat pikiran sebelum menyetujui ide Eric.

"Gue setuju, tapi mencarnya bagi tiga," ucap Mark.

Yohan menghela nafasnya, "gue yang bagi. Gue bakal pergi sama Sunwoo untuk cari Changbin dan Jaemin. Jeno sama Mark pergi buat selidiki Felix, dan -"

Yohan menggantung kalimatnya, kemudian Eric mengangkat tangannya dengan semangat. "Gue sama Kak Yeonjun bakal pergi buat cari informasi dan pelajari tentang ritualnya."

Yohan hanya tersenyum tipis dan mengangguk. "Ga salah kayanya gue kirim Eric buat cari tahu tentang ritual terkutuk itu," gumamnya pelan dan hanya bisa didengar oleh Mark yang berdiri disampingnya.

Tak lama setelahnya, mereka langsung meninggalkan rumah tinggal Felix dan mulai menjalankan tugas yang telah dihibahkan pada masing-masing orang. Jam baru menunjukkan pukul lima pagi. Diluar sana masih gelap, namun mereka tetap bersikeras untuk pergi saat ini juga untuk menghindari kemungkinan buruk yang terjadi.

Saranjana: The Lost CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang