14. Sabotase

105 14 5
                                    

.
.
Happy Reading!
.
.








Perjalanan panjang mereka yang melelahkan akhirnya membuahkan hasil. Sekarang mereka telah sampai di villa yang lokasinya tak jauh dengan pantai. Kebetulan villa ini merupakan milik keluarga Sunwoo. Lagipula si Hyunsuk itu aneh, hanya memberikan tiket pesawat untuk berlibur ke tempat ini tanpa difasilitasi hal lainnya seperti rumah tinggal. Untungnya mereka mempunyai ATM berjalan.

Itu membuat mereka kembali mengingat momen-momen damai sebelum kejadian aneh ini datang ke kehidupan mereka. Kala itu, Sunwoo masih setia dengan hobinya yaitu tawuran. Entah bagaimana tapi singkat cerita, Sunwoo sedang berjalan sendirian di lapangan sepak bola dan didatangi oleh sekelompok pemuda yang Jaemin tidak kenal. Tanpa ada aba-aba apapun, mereka langsung menyerang Sunwoo disana.

Jaemin yang melihatnya langsung panik, dan berlari menghampiri kerumunan itu. "WOI WOI!! Itu Sunwoo kenapa? Kok dikeroyok?! HEH SINI MAJU LU, jangan sakitin ATM berjalan gue!" teriaknya dan langsung memukuli satu persatu dari mereka, lalu membuat sisanya berlari kalang kabut. Sungguh kejadian yang aneh, pikirnya.

Kini mereka sedang berada diruang tengah, hendak memilih kamar mana yang akan mereka gunakan untuk beristirahat. Tapi Eric menghentikannya.

"Mending pakai satu kamar aja, gue curiga ada yang bakal terjadi. Kan ga lucu kita tidur nanti malam, terus besok pagi nemuin yang punya villa udah bersimbah darah gitu," ucapnya dengan tawa keras dan diikuti oleh yang lainnya.

Sunwoo berdecih kesal, "cih, jadi lu nyumpahin gue mati gitu?" katanya sambil memandang sinis ke arah tiga temannya itu.

"Lu biasanya juga sering setoran nyawa, Woo. Lagian heran gue, bisa-bisanya ni anak join tawuran tiap hari." Jeno berkata sambil berkacak pinggang melihat Sunwoo yang sekarang tengah merebahkan dirinya di sofa panjang yang ada diruang tengah itu.

"Dan ya, anehnya lagi ni anak ga mati-mati," sambung Jaemin sambil mengusap wajahnya yang terlihat lelah.

"Maksud lu? Lu pengen gue mati, gitu? Namanya juga hobi, kan." Sunwoo tak memperdulikan reaksi teman-temannya dan memilih untuk memejamkan matanya sebentar.

"Lu ga lagi main perosotan, kenapa bisa akhlak lu merosot gitu, sih?" tanya Jaemin sambil sedikit berteriak dan membuat Eric refleks menutup telinganya. Sialnya dia sedang mengeluarkan beberapa cemilan dari tasnya yang benar-benar ada disebelah Jaemin.

"Julidnya bisa libur dulu ga, Na?" tanya Eric sambil memukul pelan pundak Jaemin. Namun, bukan Jaemin namanya jika tanpa drama. Anak itu langsung berpura-pura jatuh telungkup dilantai setelah dipukul pelan oleh Eric.

"Drama kingnya MIPA-2 lagi akting nih," sahut Jeno yang sekarang mengambil tempat duduk disebelah Sunwoo.

"Dramanya si pecinta wanita yang satu ini memang berlebihan banget!" seru Sunwoo yang tetap memejamkan matanya.

Sekarang sudah senja, harusnya mereka segera membereskan semua barang yang mereka bawa. Tapi, mereka berempat lebih memilih istirahat sebentar diruang tengah sambil memakan cemilan yang mereka bawa sebelumnya.

"Gue kan anak Biologi sejati, jadi julukan gue ya pecinta alam, lah. Bukan pecinta wanita, anjir. Ngawur banget mulut lu!" Jaemin berteriak, tidak terima dengan julukan yang dilontarkan oleh Sunwoo padanya.

"Nyenyenye, ribut amat. Makan aja kenapa dah! Ngomong-ngomong tentang pencinta alam nih, lu bukan anak pramuka juga, Na," ucap Eric menatap kesal pada kedua temannya itu.

Saranjana: The Lost CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang