3. Seperti Psikopat, Kami Langka

211 39 4
                                    

Sir Steven sedang menjelaskan materi di depan sedangkan aku sangat mengantuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sir Steven sedang menjelaskan materi di depan sedangkan aku sangat mengantuk. Aku tidak mampu berkonsentrasi di kelas saat ini. Entah apa yang Yesseh lakukan semalaman, karena aku bangun dengan kondisi tubuh yang lemas dan mengantuk. Hingga saat ini efeknya tak kunjung hilang, tak biasanya dia begadang.

Kelas sedang hidup dengan suasana tanya jawab, aku berdoa semoga keberuntungan ada di pihakku agar Sir Steven tidak menunjukku. Nyawaku rasanya sedang menyangkut di antara dua alam.

"Kau." Sir Steven menunjuk ke arah sini. "Yang memakai gamis kuning," ucapnya dengan bahasa Inggris yang fasih.

Bukannya keberuntungan, aku malah mendapat kesialan. Beliau benar-benar menunjukku, hanya aku yang sedang mengenakan gamis dengan warna kuning lembut di kelas ini.

"Siapa namamu?"

Itu adalah pertanyaan yang paling kubenci setiap berada di urusan formal. Aku tak bisa berkutik dan harus pasrah menyebutkan nama yang sama dengan yang terdaftar di kampus ini. "Yessica Mayasari."

Beliau melontarkan sebuah pertanyaan yang tidak bisa kujawab. Aku bahkan tak mengerti apa maksud dari soalnya. Suaranya saja terdengar samar, pandanganku juga sangat rabun. Ada orang lain yang sedang co-fronting bersamaku, dia yang menjawab pertanyaan itu sehingga Sir Steven merasa puas.

"Bang?" Aku memastikan siapa yang sedang berada di belakangku.

"Iya, Baby Girl."

Ternyata benar Yesseh, seharusnya tak perlu lagi kupastikan dari bagaimana cara dia yang tadi sedikit tidak sopan. "Makasih," ucapku. Nanti saja aku menodong pertanggung jawabannya karena telah melanggar jadwal tidur system yang dia buat sendiri.

"Apa pun untukmu."

Kami berdua hanya bercakap menggunakan komunikasi internal, kalau berbicara menggunakan suara saat ini, aku bisa dikira orang gila yang sedang berbicara pada jin. Sebelum dia pergi, dia memintaku untuk mencari sebuah buku di perpustakaan nanti. Aku mengangguk sebagai tanda mengiyakan permintaannya.

Aku sudah tak sabar ingin sampai di rumah dan menyembuhkan kleyengan ini dengan tidur siang brutal bangun sampai Asar. Berhubung Yesseh memintaku mencari buku, rencana tidurku itu buyar. Sir Steven mengakhiri kelas, aku langsung keluar menuju ke perpustakaan. Lebih cepat aku mendapatkan buku itu, lebih cepat juga aku pulang.

"Yessi!"

Seorang gadis memanggil sontak membuatku berbalik untuk melihat siapa dia.

"Hai." Aku menyapanya sambil tersenyum saat dia sudah berdiri tepat di hadapanku. Jujur saja aku lupa namanya, yang pasti dia berada di kelas yang sama denganku. Aku mengenalnya. Mengenal wajahnya, sama seperti orang-orang yang hanya sebatas mengenal wajahku.

"Mau ke mana?" tanyanya.

"Ke perpustakaan. Ikut?" Aku kembali melangkahkan kaki. Aku tidak memiliki permusuhan pada siapa pun, aku juga tidak bisa mengubah inti kepribadianku yang memang suka berteman pada siapa saja, aku akan merasa tidak kalau mengabaikan seseorang.

Yesseh: Y System's CoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang