66. Yaoshan Bergabung ke Barisan

75 21 3
                                    

Yesseh kembali menyerahkan ponsel milik pria itu dan mereka berdua keluar dari ruangan karena sesi terapi melukis mereka sudah berakhir.

"Apa Lao Ma tahu kalau kau memiliki otak psikopat?"

"Dia juga tahu kau memiliki otak yang sama seperti milikku."
Yesseh terkekeh sedikit memajukan bibirnya sambil mengangguk kecil.

"Apa Reyndra tahu?"

"Ya, mereka semua tahu."

"Kau memberitahu mereka?" tanyanya tak percaya.

"Reyndra tahu sendiri, aku memberitahu Rudra dan Kayana dengan harapan mereka akan pergi dariku." Yesseh terkekeh. "Aku kecele."

"Seharusnya kau senang."

"Karena dulu aku lebih suka ada yang pergi daripada ada yang datang."

Bang Yaoshan tersenyum kecut. "Aku tidak pernah mendapat penerimaan seperti itu sebelumnya."

Yesseh sedang memikirkan kalimat apa yang bisa menghiburnya. "Kalau aku orang normal, kau menodongkan pisau di hadapanku, aku pasti akan takut. Aku tidak takut di hadapanmu karena syaraf yang mengatur rasa takut di otakku ini rusak."

"Siapa yang bilang aku menodongkan pisau ke arah mereka?" tanyanya kesal. Mereka berdua duduk di sofa yang tadi mereka tinggalkan. "Kau sangat buruk dalam menghibur."

Yesseh mengusap-usap belakang lehernya yang dilapisi jilbab sambil mengeluarkan cengiran. "Sepertinya kau lebih baik berinteraksi dengan anjing saja." Yesseh meminum kopinya yang sudah dingin. "Anjing bisa merasakan kesedihan tuannya."

Ternyata aura menyeramkan yang mereka keluarkan tidak lebih buruk dari aura yang kesedihan yang kurasakan saat ini.

"Anjing tidak akan melihat seperti apa bentukan otakmu, kecerdasanmu, kesuksesanmu, dan juga penampilanmu."

"Ayo, ke belakang."

"Terapi berkebun?" Yesseh berdiri dengan semangat dan berjalan di belakang pria itu.

Yesseh melihat halaman belakang yang terakhir kali dia kunjungi untuk membakar semua barangnya yang rusak kemaren.

"Apa kau hanya menanam tumbuhan di sini?"

"Mau jadi yang pertama selain tumbuhan yang kutanam di sini?"

Ini dia Bang Yaoshan yang kukenal, aku sangat bersyukur kembali dengan cepat.

"Dengan begitu kau takkan meninggalkanku."

"Apa kau bahagia hidup bersama tulang-tulangku?" Yesseh berpikir dan memandang kebun yang luas ini. Suara Bang Yaoshan yang mengajaknya berbicara menjadi samar-samar, dia sedang sibuk menghitung semua kesalahan yang dia punya, berapa kali dia menyakiti orang lain secara fisik dan berapa kali dia menyakiti orang lain dengan lidah tak bertulangnya dan juga melalui ketikannya.

"Hei." Bang Yaoshan mengibas-ngibaskan tangannya ke depan muka Yesseh.

"Sebentar," Yesseh sedikit kesal karena kegiatannya diganggu, "aku sedang berhitung." Dia kembali tenggelam dalam hitungannya.

Dia memonyongkan bibirnya. "Percuma saja," dia memandangi kebun yang luas ini sekali lagi, "kuburanku akan tetap menyempit karena amalku sedikit."

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Pria ini heran kenapa gadis di hadapannya sedari tadi berbicara sendiri.

"Aku menolak tawaranmu, tidak terlalu menggiurkan." Yesseh membelai daun tanaman yang aku tidak tahu namanya. "Aku masih belum mau dikunjungi oleh malaikat Munkar dan Nakir."

Bang Yaoshan hanya terkekeh dan mengambil celurit di tempat dia menyimpan semua peralatan berkebunnya.

Yesseh mendengar suara anjing menggonggong dan refleks menoleh ke sumber suara. "Ternyata kau benar-benar punya anjing. Apa ini baru?" Dia mendekat ke anjing yang dirantai itu. "Aku tak melihatnya waktu terakhir kali ke sini untuk membakar baju-bajuku yang rusak."

Yesseh: Y System's CoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang