30. Hadiah Kelulusan Adrian

100 26 22
                                    

Sedari tadi aku menggulir dan mengetikkan berbagai kata kunci di sebuah marketplace berlogo hijau, tapi belum juga kutemukan apa yang kucari. Sebenarnya aku bahkan belum tahu ingin mencari apa.

"Untuk Adrian?" tanya Bang Yohan.

"Iya, Bang."

Tak mungkin kuberikan dia buket bunga. Itu tidak terlalu berguna dan tidak akan berkesan untuknya, dia bisa dapatkan itu dari orang lain. Aku ingin memberikan sesuatu yang hanya akan dia dapatkan dariku.

Setelah berulang-ulang mengubah kata kunci di pencarian, akhirnya aku menemukan sesuatu. "Ini aja gimana, Bang?"

Bang Yohan menyetujui dan mengatakan bahwa memberikan itu adalah ide yang bagus. "Pasti dia suka."

"Yang 3D bagus, Kak." Yanish memberikan usul karena melihat Kakaknya ini bingung memilih.

"Yang ini, Nish?" Aku menghentikan jempolku dari kegiatan menggulir untuk melihat produk yang disarankan oleh Yanish.

"Akrilik itu?" tanya Bang Yohan.

"Bukan, Bang." Aku kembali mengecek deskripsi dan foto-foto produk ini. "Jangan yang ada lampu."

"Kenapa?" tanya Bang Yohan lagi.

"Nanti kalau lampunya rusak, gimana?"

Mereka berdua tertawa mendengar overthingking-ku.

"Ih, masuk akal lah." Aku membela diri.

"Coba cari yang lain, Kak." Yanish menyarankan untuk mencari yang tak butuh listrik, kabel, baterai atau apapun.

"Ini?" Aku menahan layarnya dengan jempolku dan menunjukkan produk serupa tanpa lampu pada mereka berdua.

"Nah, bagus ini." Bang Yohan setuju.

"Harganya bagus juga," sambung Yanish.

"Ini aja," aku tak keberatan dengan harganya, "bawahnya apa tu?" Aku melihat bagian detail produk. "Pre order tujuh hari?" Aku berpikir tujuh hari itu belum waktu ekspedisinya.

"Coba chat penjualnya, Dek."

Aku menyetujui saran Bang Yohan dan langsung mengirimkan pesan ke akun penjualnya. Sembari menunggu balasan, aku sengaja melihat ongkirnya.

"Pengiriman dari Jaksel ongkirnya 165." Yanish tertawa.

"Berat itu, Dek." Aku memperlihatkan ongkir yang tercoret. "Udah dipotong juga, aslinya 205."

Aku harap-harap cemas menanti jawaban yang tak kunjung tiba. Wisuda mereka tinggal tujuh hari lagi. Aku ingin memberikan itu tepat di hari spesialnya di tanggal 13 Mei nanti. Meski bukan Bang Adrian yang akan mengikuti ceremonial. Aku bisa memberikannya di hari yang sama, kemungkinan dia tetap akan fronting.

Ada balasan dari penjualnya. "Hari ini dikebut dan bisa langsung jadi." Penjualnya mengatakan kemungkinan itu bisa dia lakukan hanya kalau aku bersedia membayar lebih karena mereka juga punya antrian pesanan yang lain.

Tanpa pikir panjang aku langsung memberinya kepastian. "Saya akan membayar lebih."

"Silakan order dan kirimkan gambar dan tulisan custom-nya sekarang."

Aku memintanya untuk menunggu sebentar karena tulisan dan gambarnya belum ada. Aku langsung mencari referensi untuk tulisannya. Aku tak tahu tulisan macam apa yang harus kuletakkan di sana.

Bang Yohan ikut memberikan usulan tulisan apa yang harus diukir di bagian bawah. Yanish mengusulkan untuk memberi logo universitas di sebelah kanan atas.

"Kalau gambar yang paling gede?"

"Yang ada tulisan universitas, Kak."

"Tugu kampus kalian juga boleh."

"Betul." Aku memutuskan untuk memberikan gambar tugu kampus untuk bagian gambar custom yang paling besar.

Aku mengirimkan detail pesananku pada penjualnya dan berterima kasih pada abang dan adekku yang ikut membantu. Aku harap-harap cemas, semoga barang itu bisa sampai tepat waktu. Aku berbaring karena merasa lega sampai benar-benar tertidur.

Aku bangun lagi dan melihat Yanish sedang membukakan pintu untuk seseorang. Ternyata tamu kami adalah seorang gadis. Gadis itu menatap Yanish sedikit lama dan melihat kalungnya.

"Immanuel?"

"Yanish, Kak."

"Oh, ya." Dia sedikit salah tingkah karena salah menyebut panggilan. "Halo, Yanish."

"Kak Sakura, kan?" Yanish membukakan kedua daun pintu ini lebar-lebar.

"Kenapa dibuka semua?"

Azan berkumandang dan mereka berdua berhenti berbicara sampai azannya selesai.

"Kak Yesseh selalu ngajarin untuk menghormati diri sendiri dan lawan jenis." Yanish mengambil kursi di belakang. "Duduklah, Kak. Mau kubuatkan teh atau kopi?"

"Aku hanya sebentar." Sakura menolak tawaran itu.

"Mau salat sekarang, Kak? Kuambilkan mukenah."

"Gak, Krist. Aku juga Katolik."

"Kakak mau panggil aku dengan nama jadinya?"

Ketiga nama Yanish memang semuanya cocok digunakan panggilan.

"Yanish aja, deh." Sakura meletakkan kantong putih yang dia bawa di tangan kanannya. "Yohan bilang kalau Yessa suka coret-coret." Ternyata Sakura membawakan cat air untuk Yessa dan langsung pamit pulang.

Yanish mengantarnya ke depan. "Kak, kata Kak Yesseh, 'makasih udah ngasih Yessa mainan'."

Sakura tersenyum dan mengangguk. "Sama-sama."

Malam ini, Yessa sedang asyik mencampurkan berbagai cat dan langsung sumringah melihat warna cat yang bertabrakan itu berubah menjadi warna yang baru. Dia bahkan mencoret-coret di keramik putih lantai ini dan menjadikan itu sebagai media canvasnya.

Sekarang aku paham kenapa tadi sore Yesseh menyebutnya sebagai mainan.

***

Minggu, 2 April 2023

Semua platform, klik link di bio.

Yesseh: Y System's CoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang