50. Teman Baru

87 21 11
                                    

Bang Yaoshan membuka pintu sesaat setelah Yesseh memencet belnya. Laki-laki itu sudah mengenakan setelan jas. Dia sudah sangat rapi dan wangi. "Ini hari kerja, Yesseh. Aku tidak bisa tanding catur denganmu."

Dia mengajak Yesseh masuk, tapi Yesseh menolaknya dan meminta berbicara di depan pintu saja. "Aku tidak datang untuk mengajakmu tanding catur."

"Lalu tanding apa lagi?" Dia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Kau datang pagi-pagi begini."
Dia berjalan ke belakang Yesseh. "Masuklah, kubuatkan kau kopi."

Yesseh menurut dan ikut ke dapur. "Ini hari pertama aku masuk kelas dance." Dia memberitahu tujuannya yang ingin meminta advice dari Bang Yaoshan.

"Kelas dance di mana?"

"Yang ada di distrik ini." Yesseh menunjuk ke arah belakang.

"Oh, yang di sana." Bang Yaoshan mengangguk. "Oh, ya, kau tinggal di mana?"

"Polaris."

"Distrik ini juga." Bang Yaoshan membawa kopi buatannya dan meletakkan gelas itu di meja di atas piring kecil yang menjadi tatakannya. "Kau sengaja mencari tempat yang dekat denganku?"

"Iya, biar mudah. Lokasi sini juga strategis."

Pantas saja aku melihat banyak sekali riwayat pencarian di Google Maps. Ternyata dia memang sudah memeriksa distrik ini, dia pergi dengan rencana yang matang.

"Kau naik apa?"

"Sepeda." Yesseh mengangkat gelas kopinya dan meminumnya sedikit karena masih panas. "Lebih praktis." Dia meletakkan gelas itu kembali ke atas tatakannya.

"Kau mau advice, ya?"

Yesseh mengangguk dan meraba dinding gelas yang panas itu dengan ujung-ujung jarinya.

"Sepertinya kau harus mulai melakukan sesuatu yang paling tidak kau sukai."

"Maksudmu, aku tak perlu lagi menahan diri dan langsung menujah semua orang yang membuatku marah?"

Bang Yaoshan memijat kedua pelipisnya. "Bukan yang itu, yang satunya."

"Hanya itu yang paling tidak kusukai."

"Kau harus memaksakan diri untuk bersosialisasi dan berteman."

"Meskipun aku tak bisa melakukannya dengan benar?"

Dia mengangguk. "Dipaksa saja dulu."

Yesseh menyipitkan matanya dan memikirkan saran yang dia terima. "Kucoba." Dia meminum kopinya lagi.

Bang Yaoshan duduk di seberangnya, meski jarak mereka lumayan jauh, tapi tak mengganggu komunikasi mereka.

"Bagaimana caramu akan memperkenalkan diri?"

"Bagusnya bagaimana?"

"Tanyakan kepada anggota system-mu apa mereka juga mau berkenalan dengan orang-orang di sana atau tidak."

"Aku sudah tahu jawabannya tanpa harus bertanya pada mereka." Gadis ini meminum kopinya hingga tandas dan berterima pada orang yang bersedia diganggu waktunya ini.

"Aku hanya ada rapat. Aku akan pulang cepat." Dia mengantar Yesseh ke depan. "Nanti ceritakan padaku bagaimana hasilnya."

Yesseh mengangguk dan menaruh kakinya ke pedal sepeda yang sudah dia naiki. Dia kembali ke apartemen.

"Baby Girl," dia menyalakan laptop, "ayo kita selesaikan novelmu."

"Ayo, Ayang."

"Dikte aja apa yang harus aku ketik." Dia mengetikkan kata sandi dan langsung membuka Libre Office, memencet CTRL+O dan langsung membuka file novelku yang berada di urutan teratas karena hanya file itu yang selalu kuotak-atik.

Yesseh: Y System's CoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang