27. Yang Seperti Aku

115 25 9
                                    

Yesseh melepas hoodie zipper-nya dan menaruh itu ke sandaran sebelum menduduki kursinya. Dia sedang memakai kaos lengan panjang saat ini. "Apa?" tanyanya pada Bang Rudra yang menatapnya sejak dia membuka hoodie-nya tadi. "Ganteng, kan?"

"Gantengan Bang Yohan."

"Kegantenganku tertutup jilbab." Yesseh tak pernah mau kalah ganteng dengan abangnya sendiri.

"Mau bahas apa hari ini?" Kayana menyelipkan rambut ke kedua kupingnya.

"Bahas masa depan aja, Kay," usul Bang Rudra.

Yesseh tak terlalu tertarik dan memutuskan untuk menjadi pendengar di sesi pertama. Bang Reyndra mengatakan sebelum sharing mengenai masa depan, dia ingin mengeluhkan masalahnya terlebih dahulu. Aku penasaran dengan apa yang ingin dia keluhkan, wajahnya sama sekali tak memperlihatkan kalau dia sedang memiliki beban.

"Aku dipecat." Tawanya meledak.

Yesseh dan dia tertawa serentak.

"Karena DID."

Tawa mereka berdua semakin kencang. Yesseh sampai mengangkat kedua tangannya karena merasa tak kuat dengan kelucuan ini. Yesseh menutupi sisi kiri wajahnya dengan tangan kiri masih dengan tubuh yang berguncang.

"Sinting nih orang dua."

Mereka berdua makin tertawa sambil menoleh ke Bang Rudra karena mendengar perkataannya barusan.

Bang Reyndra menunjuk-nunjuk Bang Rudra dengan telunjuknya. "Itu."

"Itu." Dia tak bisa menyempurnakan kata-katanya.

Setelah beberapa saat, akhirnya tawa mereka berdua reda. Keduanya menetralkan pernapasan dan kembali ke settingan pabriknya.

"Yes?"

"Hm?"

"Kalau kau kehilangan teman karena DID, bagaimana?"

"Dengan senang hati kutinggalkan."

"Dipecat dari pekerjaan?"

"Kucari uang lewat jalan lain dan kubuka lapangan pekerjaan."

"Dikeluarkan dari perusahaan?"

"Akan kudirikan perusahaanku sendiri."

"Untuk yang satu itu, ngomongnya emang mudah."

"Untuk sekedar bicara saja kau tak berani?" Yesseh menatap laki-laki di hadapannya yang serba hitam seperti dirinya itu dengan tatapan tajamnya. "Wajar kalau kau tak bisa apa-apa."

"Sob," Bang Rudra menepuk pundak orang yang duduk tepat sebelah kirinya, "itu tadi sebuah pujian."

"Sekarang zaman digital, Reyn, berbekal kebodohanpun orang bisa dapat uang." Yesseh meminum kopinya, kali ini dia memesan minuman yang sama seperti milik Bang Reyndra. "Kau punya banyak potensi."

"Gagallah lebih cepat. Kasihan kegagalan dan keberhasilanmu kalau mereka menunggu terlalu lama," sambungnya lagi.

"Terima kasih."

"Terima kasih?" Dia menyeringai. "Untuk apa?"

"Ilmunya."

"Untuk perusahaan, aku bercanda, tidak akan ada Y System Company atau PT. Sembilan Ganda karena aku tidak berniat memimpin yang lain selain Y System dan diriku sendiri. Aku akan melakukan apa pun di tahun-tahun pertama untuk mendapatkan uang setelah itu langsung membalik keadaan dan membiarkan uang yang bekerja untukku. Ada banyak produk yang bisa dijual di dunia, tidak harus menjual tubuh." Dia memberi tanda kutip untuk kata tubuh. "Dunia terlalu singkat, aku tidak ingin terikat dengan uang, aku hanya ingin bermain-main dan bersenang-senang dan melakukan apa yang aku dan tubuhku sukai."

Yesseh: Y System's CoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang