75. 11:11

80 21 12
                                    

Mereka berdua berjalan beriringan di sisi jembatan.

"Selama dua hari ini aku berkunjung ke rumah Bang Yaoshan."

Yesseh selalu tersenyum mendengarkan Bang Reyndra yang sedari tadi mengocehkan banyak hal.

"Sejak kapan dia jadi abangmu?"

"Sejak dia jadi keluargamu. Karena dia sudah menjadi anggota keluarga, aku datang menemuinya untuk meminta restunya juga."

"Terima kasih."

"Terima kasih untuk apa?"

"Karena berani menemuinya tanpa kuminta."

"Dia orang baik, kenapa aku harus takut?"

Yesseh terkekeh.

"Kemampuan memasaknya ternyata jauh lebih baik daripada aku." Dia sedikit cemberut.

"Kenapa kau cemberut?" Yesseh meledeknya. "Kau lebih baik dalam hal menggoreng kroket kentang."

Bang Reyndra tertawa lebar hingga Yesseh bisa melihat lesung di pipi kirinya dan matanya yang hampir menghilang.

"Rourou juga sangat lucu, dia mengangkat tangannya meminta digendong olehku."

Rourou, bayi mungil itu ternyata sudah memiliki tipe yang tinggi sejak dini.

"Kita belum salat Isya." Dia mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu.

Yesseh terus memandanginya dengan penuh kelembutan, karena dia adalah wanita yang benar-benar mencintai seseorang yang ada di hadapannya. "Kau cari apa?" tanyanya lembut.

"Masjid." Dia mengangkat kepalanya untuk menjawab Yesseh dan kembali berkutat dengan ponselnya. "Mungkin ada di dekat sini."

Yesseh mengeluarkan downward smile-nya karena ekspresinya tadi terlihat sangat polos di matanya. Yesseh sengaja tetap membiarkannya berusaha.

Bang Reyndra mengarahkan layar ponselnya yang sedang menampilkan Google Maps. "Kuketik masjid, tidak muncul. Kuketik mosque juga tidak muncul," gerutunya. "Bagaimana cara mencarinya agar masjidnya muncul?"

Yesseh tersenyum. "Hanya ada empat masjid di Guangzhou, dua ada di distrik kita. Masjid Huaisheng, masjid tertua di China yang dibangun oleh Saad bin Abi Waqqash karena Guangzhou merupakan kota tempat lahirnya islam di China. Masjid Xianxian, makam Saad bin Abi Waqqash ada di sini. Untuk dua sisanya, aku tidak tahu."

Bang Reyndra menyimak sambil mengeluarkan ekspresi polos. "Jadi, kita pulang?"

"Iya, kita pulang. Kalau mau jalan-jalan, lain kali saja, ya," ujarnya lembut. "Kita akan keluar setelah Isya, saat itu akan kugenggam tanganmu agar kau tidak hilang dan kubelikan kau es krim."

Pria itu terkekeh dan mengangguk.

"Oke?" tanya Yesseh meledeknya.

"Huum." Dia mengangguk dua kali. "Oke."

"Kau sangat lucu." Yesseh memberhentikan taksi yang lewat dan meminta sopirnya mengantar mereka ke Masjid Huaisheng karena masjid itu lebih dekat dengan apartemen Polaris.

"Sebenarnya di China bisa ditemukan musala, tapi kita akan pulang terlalu malam."

"Apa kau sudah mengantuk?"

Yesseh menggeleng. "Aku tidak mau kau tidur terlalu larut karena besok kau akan menghadapiku lagi."

"Aku akan menang."

"Aku yang akan menang." Yesseh merapatkan kedua tangannya ke perut karena sedikit kedinginan. "Sebenarnya kapan kau sampai di Guangzhou?"

"Tanggal 27 Mei."

Yesseh: Y System's CoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang