28. Pendamping Wisuda

110 26 2
                                    

Bang Rudra mengangkat mukanya dan langsung melihat ke arah sahabat di sebelahnya itu. "Reyn." Dia menggoncang-goncangkan bahu laki-laki yang masih membeku sedari tadi sambil menanyakan apakah dia baik-baik saja.

Laki-laki berkaos hitam itu berdiri dan pergi tanpa pamit.

"Toilet?" Bang Rudra sedikit berteriak. "Ikut."

"Kirain cewek doang yang suka berjamaah ke toilet." Yesseh bergeleng pelan.

"Rudra itu, paling dia mau lanjut ngeledek."

Yesseh mengatakan bahwa tak ada yang salah dengan ucapannya. "Sometimes, he's like a baby."

Kayana tertawa sambil bergeleng.

Saat ini aku sangat ingin meletakkan bongkahan es di tangan Yesseh untuk melihat apa reaksinya. Kuharap dia tidak akan mengatakan bahwa suhu es batu itu sangat panas.

Tak lama kemudian, mereka berdua kembali. Separuh rambut bang Reyndra terlihat basah. Sahabat di sebelahnya yang mengenakan kaos krem itu masih saja mengulum senyum.

Mereka berdua kembali ke posisi duduk yang sebelumnya, laki-laki yang baru saja Yesseh sebut bayi itu sepertinya sangat kesal dan tidak terima, dia kembali menatap Yesseh dengan sinis.

Yesseh tak mau kalah, dia juga menatapnya dengan menekan gigi taring kanannya menggunakan ujung lidah.

Bang Reyndra menunjuknya. "Kau benar-benar bisa membunuhku."

Bahu Yesseh sedikit berguncang.

"Dengan lawakanmu."

Bahunya makin berguncang.

Aku akui, kadang mereka berdua memang lucu sekali.

Bang Reyndra mencubit air yang ada di ujung poninya yang sangat basah itu. "Yesseh."

Kalimatnya terjeda. Bang Rudra nampak tidak sabar menunggu sahabatnya itu menyelesaikan apa yang ingin dia sampaikan.

"Jadilah pendamping ... "

Yesseh mengulum senyumnya karena pria di hadapannya itu susah sekali menyelesaikan kalimatnya.

"Wisudaku." Dia menunduk dan ucapannya hampir tak terdengar.

Gadis yang kapucinonya sudah hampir habis ini tertawa karena hanya sekadar untuk menyampaikan tiga kata itu saja Bang Reyndra membuang waktu hampir satu menit.

"Dia?" Yesseh menatap Kayana yang duduk di sebelahnya.

"Reyndra maunya---"

Bang Rudra tiba-tiba mengaduh dan mengelus pahanya. "Kayana juga wisuda."

Yesseh menyalakan data seluler dan mengetik di pencarian. "Apa itu pendamping wisuda dan tugasnya."

Dia membaca sebuah artikel. "Ini," dia menunjukkan layarnya ke arah Bang Rudra, "katanya pendamping juga bisa dari sesama wisudawan."

Bang Rudra dan Kayana memberikan alasan-alasan lain.

"Empat jam?" Yesseh masih sibuk dengan artikel-artikel terkait.

Aku sangat yakin Yesseh akan menolak permintaan itu. Seorang Yesseh tak akan mau membuang waktu empat jamnya yang sangat berharga hanya untuk duduk berdiam diri di sebuah ruangan yang penuh keramaian, panas, dan pengap.

"Kapan wisudanya?"

"Senin depan." Bang Rudra dan Kayana menjawab serentak dengan semangat.

"Oke." Yesseh mengangguk.

"HAH?!" teriakku.

"Aku yang akan menjadi pendamping wisudamu." Dia menunjuk calon wisudawan di hadapannya itu.

"TIDAK. INI PASTI BUKAN YESSEH. DIA PASTI SUDAH BUKAN YESSEHKU." Aku membatin dan tidak percaya.

Bukannya berterima kasih, Bang Reyndra malah langsung membalik badannya sehingga yang bisa Yesseh lihat hanyalah punggungnya.

Aku masih tak percaya Yesseh menuruti permintaan itu, terlebih lagi Bang Reyndra adalah laki-laki. Hari ini Yesseh juga sangat aneh. Pertama, dia tidak memesan kopi pahit seperti biasa. Kedua, adalah hal yang satu ini.

Mereka memutuskan pergi untuk membeli keperluan wisuda. Yesseh langsung memakai kembali hoodie dan mengenakan kupluknya saat Bang Rudra bertanya apakah Yesseh mau ikut bersama mereka atau tidak.

Mereka pergi ke mal untuk mencari jas.

Tiga sekawan itu sedang memilih jas yang cocok untuk Bang Rudra. Yesseh hanya duduk memerhatikan mereka. Lebih tepatnya, matanya hanya menatap ke satu orang.

"Gak beli, Reyn?" tanya Bang Rudra karena sedari tadi kedua sahabatnya hanya sibuk memilihkan jas untuknya saja.

"Udah lama dibeliin sama abang tercinta." Bang Reyndra menempelkan jas pilihannya di dada Bang Rudra.

Yesseh ikut tersenyum saat melihat dia tadi tersenyum saat menyebut abang tercintanya. Kadang mereka tertawa kalau apa yang Bang Rudra coba ternyata tidak cocok dengan penampilannya. Yesseh juga ikut tertawa setiap orang yang dia perhatikan itu menampilkan lesung pipinya.

Tawa Yesseh langsung hilang saat dia menoleh ke samping karena melihat ada dua orang gadis yang nampak saling dorong-dorongan. Aku ingat salah satu di antara mereka, itu gadis yang kemaren aku lihat di hall badminton.

Yesseh menundukkan kepalanya dan mulai menyipitkan matanya, dia memegang belakang lehernya agak lama dan mengangkat kepalanya lagi. Dia berdiri dan menarik ritsleting hoodienya dalam satu hentakan yang sangat kuat hingga pengaitnya terpelanting.

Gadis itu juga menurunkan kupluk hoodienya hingga jilbab hitam yang dia pakai terlihat. Dia berjalan untuk menutupi mereka bertiga dari pandangan kedua gadis itu.

"Iya, Bang, mereka pasti tahu kalau kamu cewek," batinku.

Jilbab hitam segiempat yang menjulur sampai dadanya itu sekarang sudah terekspos. Dia menyapa mereka dengan menyeringai dan mengangkat dagunya sekali.

"Yes," Bang Reyndra muncul di hadapan Yesseh dengan atasan jas yang sudah dia coba, "cocok?"

Yesseh tersenyum dan sedikit menyentuh lapel jasnya. "Bagus." Dia mengangguk.

Bang Reyndra langsung berbalik. Yesseh langsung melihat ke arah dua gadis tadi dan mengeluarkan senyum miring lalu bergerak ingin menghampiri keduanya.

Kedua gadis itu awalnya saling sikut dan langsung kabur saat jarak Yesseh sudah hampir mendekati mereka.

"Woy," teriak Bang Rudra, "Reyndra diapain?"

Rahang Yesseh mengeras mendengar tuduhan Bang Rudra itu. "Memangnya dia kuapakan?" Yesseh ingin melihat yang bersangkutan.

"Jangan mendekat." Bang Rudra seolah ingin melindungi Bang Reyndra dari gadis satu ini.

Rahang Yesseh makin mengeras dan semakin bergerak maju ke arahnya. Bang Rudra tiba-tiba lari sembunyi di balik orang yang tadi dia coba lindungi.

"Kenapa gak diambil?" tanya Bang Rudra saat Bang Reyndra kembali menggantungkan jas yang tadi dia pakai.

"Mahal." Dia mengatakan tak terlalu ingin membelinya karena memang sudah punya.

"Tapi ..., tadi katanya suka banget."

"Gak penting juga, Rud." Dia merangkul pundak sahabatnya itu. "Masih banyak kebutuhan lain."

Mereka beralih menuju kasir untuk membayar jas yang menjadi pilihan Bang Rudra.

Yesseh menghampiri jas yang Bang Reyndra sukai tadi dan melihat hang tag-nya. Dia menghafalnya semua informasi yang tertulis di sana.

***

Sabtu, 1 April 2023

Semua platform, klik link di bio.

Yesseh: Y System's CoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang