55. Permintaan

75 21 17
                                    

"November nanti udah masuk musim dingin." Yesseh melipat mukenanya dan meletakkannya di atas nakas. Dia bersiap-siap karena akan berkunjung untuk mengganggu seluruh penghuni yang ada di rumah putih itu.

"Seminggu lagi, ya, Ayang?"

"Iya, Sayang." Dia memakai jaket favoritnya dan bersiap turun ke bawah. "Gak ada alasan untuk malas mandi." Dia memencet tombol lift.

"HIIIH." Aku memberengut karena sama sekali tidak terlintas pikiran ke sana.

"Iya, lah, gak terlintas. Wong udah jadi rutinitas." Dia mengambil dan menaiki sepedanya.

Aku mengepalkan tinjuku padanya.

"Adorable." Dia mengayuh pedalnya dengan semangat.

Sepanjang jalan kami mengocehkan hal apa saja yang kira-kira akan kami hadapi di musim dingin nanti. Musimnya belum tiba, tapi sudah berhasil membuat tubuhku menggigil. Ini akan menjadi musim dingin pertama yang kami hadapi.

Yesseh memarkirkan sepedanya dan melenggang masuk. Aku sampai tak ingat kapan terakhir kali dia memencet bel rumah ini. Dia hanya akan memencet bel kalau dia datang ke sini untuk menganggu CEO yang sangat sibuk itu di pagi-pagi buta.

Sepertinya ayahnya Rourou yang belum beristri itu baru saja selesai memandikan bayinya. Yesseh langsung bermain dengan Rourou yang masih telanjang, ada Lao Ma di sampingnya.

"Minggir dulu, biar dia pakai baju."

Yesseh menatapnya dengan kesal lalu menyingkir.

"Sudah?" tanyanya tak sabar.

"Hm."

Dia kembali bermain.

"Kalau kau seperti ini, aku benar-benar percaya kalau kau adalah wanita."

Yesseh kembali berbalik dan mendongakkan kepalanya pada lawan bicaranya yang sedang berdiri itu karena kesal. "Meski aku babak belur dihantam kelainan, tentu saja aku tak pernah untuk merubah kodratku."

"Kenapa kau tak mengadopsi anak?"

"Aku takut tak bisa mengurus anak itu dengan baik. Aku belum siap." Yesseh kembali bergelut dengan Rourou. "Aku masih sering kalah dengan alam bawah sadarku. Insting membunuhku, aku tidak tahu bagaimana cara mematikannya."

"Sepertinya itu hanya ketakutanmu."

"Aku tak bisa ikut menghancurkan mental seorang anak, Yaoshan."

Bang Yaoshan berjongkok untuk membetulkan baju Rourou yang sedikit terbuka. "Baiklah, aku paham. Kau bisa mengadopsi satu kalau kau sudah siap."

"Sebenarnya aku ingin dua, kembar kalau bisa, tapi mungkin aku akan kerepotan. Menurutmu aku adopsi laki-laki dulu atau perempuan dulu?"

"Bukannya seharusnya mereka tidak bisa satu rumah? Apa itu namanya?" Dia menyatukan kedua alisnya berpikir.

"Mahram?"

"Iya," dia menunjuk-nunjuk, "itu."

"Mereka bisa jadi mahram susuan." Yesseh menghela napasnya. "Aku sudah mencari tahu apakah gadis boleh menggunakan suntik hormon untuk mengeluarkan asi agar bisa menjadikan kami semua mahram susuan."

Bang Yaoshan melongo, Yesseh tertawa karena tahu lawan bicaranya tidak paham.

"Aku akan mengajari mereka dance, Yessi mengajari mereka menulis karya, Yohan mengajari mereka skate, kami akan berbagi peran sampai anak itu menemukan passion-nya sendiri."

Lao Ma ikut mengajak Yesseh mengobrol.
Yesseh cemberut dan mengadu pada Bang Yaoshan. "Aku tak enak padanya, aku tak bisa menggunakan ASL."

"Aku bisa ajari kalau kau mau." Dia mulai menggunakan tangannya dan membentuk isyarat kalimat delapan huruf.

Yesseh terkekeh. "Kalau yang itu aku sudah tahu."

Laki-laki itu langsung menunduk dan memegang belakang lehernya. "Kau mau kopi?" tanyanya salah tingkah.

"Hm." Yesseh mengangguk.

Bang Yaoshan ke belakang. Yesseh mencoba mengobrol dengan Lao Ma menggunakan isyarat versinya sendiri. Dia menggunakan wajahnya, tangannya, berusaha dengan segenap jiwa dan raga.

Rourou merengek mengangkat tangannya meminta digendong, Yesseh mengambilnya dan membawanya ikut main bersama Lao Ma.

Bang Yaoshan meletakkan kopi di meja yang berada sedikit jauh dari mereka dan datang menghampiri. "Kapan terakhir kali kau mengurus bayi?"

"Adikku yang bungsu, dia lahir tahun 2007, waktu itu dia sangat mungil, sekarang postur badannya melebihiku. Orang selalu mengira akulah adiknya." Dia mendudukkan Rourou di pahanya. "Setelah itu aku tak pernah mengurus bayi lagi."

"Kenapa?" Yesseh menatapnya penuh selidik. "Apa yang ingin kau katakan?"

Dia menggeleng.

"Kau yakin?" Yesseh mengernyitkan keningnya. "Kau pikir aku gadis lugu yang mudah kau bodohi?"

"Boleh aku minta sesuatu?"

"Jangan mahal-mahal, uangku sedikit."

"Bisakah kau tidak pergi dariku?"

Yesseh mulai sadar kalau ternyata sejak kemarin-kemarin, pria ini benar-benar serius.

"Bisakah kau tetap tinggal?" tanyanya dengan nada suara yang rendah.

"Maaf, Yaoshan." Yesseh memberikan Rourou pada Lao Ma. "Sebenarnya aku menginginkan seseorang."

"Siapa dia?" tanyanya pelan. Tidak ada nada intimidasi di sana.

Yesseh menarik napasnya yang sudah sangat terasa berat, dia menghembuskannya lagi. "Kau akan langsung tahu hanya dengan melihat caraku menatapnya."

***

Senin, 1 Mei 2023

Semua platform, klik link di bio.

Yesseh: Y System's CoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang