11. Minggu Tenang

123 29 0
                                    

"Besok kita mulai masuk minggu tenang." Bang Rudra memutar-mutar gelas kopinya menggunakan kedua telapak tangannya.

"Udah siap ngadepin ujian?" Kayana bertanya sambil tetap sibuk dengan buku-bukunya.

"Siap atau tidak, yang namanya ujian tetap harus dihadapi."

Yesseh menyunggingkan senyumnya mendengar ucapan Bang Reyndra. "Kau tetap harus menyiapkan amunisi."

"Amunisimu siap?"

"Belum." Dia tertawa.

"Hidupmu tanpa beban, ya, Yes." Bang Rudra menyedot kopinya. "Bahkan santai amat ngaku SSA."

"Kenapa memangnya?"

"Gak apa-apa."

"Kalian hanya akan menemukanku di barisan orang-orang yang memiliki kelainan pada seksualitasnya, takkan kalian temukan aku di barisan yang lain."

Bang Rudra menanyakan maksud ucapan Yesseh pada Bang Reyndra, karena katanya hanya Bang Reyndralah yang paham makna dari tiap perkataan yang Yesseh keluarkan. Bang Reyndra menyuruhnya untuk berpikir sendiri.

"Gak mau balik normal?"

"Balik itu kalau sesuatu punya asal. Kalau asalku memang begini, mau diapakan? Aku suka ini." Dia tersenyum ke arah seseorang yang katanya akan selalu mengerti maksud dari perkataannya.

Orang itu hanya melihat Yesseh datar. Entah apa yang dia pikirkan.

"Paham, Reyn?" tanya Bang Rudra menoleh pada orang yang sedang Yesseh tatap itu.

"Paham." Satu kata dan anggukan yang mantap itu menandakan tak ada keraguan dalam dirinya.

"Kabar baiknya sekarang sudah sangat mudah." Yesseh menyesap kopinya dan menjilat bibir bawahnya. "Aku tak perlu menyusup ke toilet wanita untuk melihat cewek dengan dalaman. Aku hanya perlu membuka sosial media. Bahkan, sekarang mereka sangat berani berkeliaran di jalan-jalan."

"Itu kabar baik atau kabar buruk untukmu?" tanya Bang Reyndra dengan tatapan yang sangat datar.

"Kabar buruk." Dia kesal karena laki-laki yang duduk di hadapannya ini ternyata sangat paham ke mana arah pembicaraannya. "Untukku dan untuk semua pihak."

"Lagian kenapa Yesseh harus nyusup?" tanya Kayana heran sehingga dia benar-benar mengalihkan perhatiannya dari buku. "Yesseh kan wanita."

"Lah?" Sekarang dia melemparkan pandangannya ke atas. "Iya, ya?"

Aku memijat keningku karena dia lupa gendernya lagi. Sekarang dia melemparkan pandangannya ke bawah meja dan senyum-senyum sendiri karena sedang memikirkan apa yang ada di pikiran laki-laki.

Dia berpikir mungkin pikiran mereka lebih parah dari pikirannya. Karena Yesseh sangat tahu, meski dia gadis tak normal tetap saja dia memiliki hormon yang berbeda dengan laki-laki yang sangat normal. "Aku akan bertanya pada Yohan," batinnya.

"Kenapa sih, Yes, senyum-senyum?" tanya Kayana lagi.

"Kalau aku sedang melamun, berarti hanya ada tiga kemungkinan. Berbicara pada diriku sendiri-"

Yesseh: Y System's CoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang