6. Baik-baik saja

790 96 6
                                    

Dia selingkuh.

Awalnya, itu yang Osamu pikirkan tentang Atsumu belakangan ini.

"Atsumu hampir kehilangan nyawanya jika saja tidak segera di bawa ke mari."

Tetapi Osamu rasa, pemikirannya akan hal itu salah.

"Jadi.... Dia baik-baik aja, dok?" raut wajah Osamu yang biasanya datar itu kini terlihat sangat panik akibat mendengar perkataan dokter yang ada di hadapannya.

Dokter itu mengangguk. "Ya, dia baik-baik saja."

Osamu merasa lega mendengar itu. Dia menyenderkan punggungnya pada kursi yang ia duduki.

Syukurlah, Atsumu baik-baik saja.

"Bayinya juga baik-baik saja."

Huh.... Syukurlah jika bayinya baik-baik sa—TUNGGU.

ADA YANG ANEH DI SINI!

Rasa lega Osamu seketika hilang dan di gantikan oleh rasa terkejutnya. Bahkan mulutnya sampai terbuka lebar akibat terkejut dengan perkataan sang dokter.

Dia berhenti menyenderkan punggungnya dan menatap dokter itu lekat.

"Maaf dokter. Bisa di ulangi lagi?" mohon Osamu, takut ia salah mendengar apa yang dokter ini katakan.

Dokter itu mengangguk. "Pasien baik-baik saja, begitu pula bayinya."

"Oh ya, karena takut terjadi sesuatu terhadap bayinya. Pasien akan di rawat inap, ya."

Oke....

Osamu rasa dia tidak salah mendengar di sini.

Atsumu.

HAMIL?!

"Dok, ini beneran?" tanya Osamu untuk memastikan.

Dokter itu mengangguk. "Ya, benar. Usia kandungannya masih 3 minggu. Mohon di jaga, ya. Sangat rawan keguguran."

Osamu bingung.

Dia tidak tahu harus apa.

Senang? Itu sudah pasti, dia sangat senang akan hal ini.

Sedih? Itu juga, karena ucapannya yang kasar kemarin. Dia hampir kehilangan Atsumu beserta bayinya.

Dengan tatapan linglung dan perasaan terkejut yang masih menyelimuti dirinya dia menganggukkan kepalanya dan bangkit dari duduknya. Berniat menuju ke ruang rawat Atsumu untuk minta maaf atas perlakuannya.

"Saya permisi." Osamu berkata sambil sedikit membungkukkan badannya dan keluar dari sana.

Jadi....

Bagaimana dia harus meminta maaf?

•••••

Kelopak mata yang sedari tadi terus tertutup rapat dan menyembunyikan netra coklat tua yang indah itu perlahan mulai terbuka kembali dan menampilkan netra coklat yang lesu dan kosong.

Namun, tak lama setelahnya kelopak mata itu kembali tertutup akibat sang pemilik yang meringis pelan.

"Pusing...." rintihnya sambil memegang kepalanya sendiri.

Setelah merasa rasa pusing sudah tidak menghantuinya. Dia melepaskan tangannya dan membuka kembali kelopak matanya.

Korneanya bergerak ke sana ke sini mencari tahu di mana keberadaannya saat ini. Ruangan bernuansa putih yang sangat bersih, sepi dan terasa dingin.

Kantong infus yang tersangkut rapih pada tempatnya.

Perban putih yang membungkus rapih pergelangan tangan kanannya.

Serta baju biru muda yang ada di tubuhnya.

"Rumah sakit, ya?" Atsumu bergumam ketika menatap baju yang di kenakannya.

Tetapi....

Kenapa dia bisa di sini?

Terlebih...

KENAPA BAJU YANG IA GUNAKAN INI BERUBAH?!

Atsumu bergidik memikirkan itu. Siapa yang mengganti bajunya? Perawat? Laki-laki atau perempuan? Tetapi itu tidak penting. Mau itu laki-laki atau perempuan, Osamu pasti akan marah jika mengetahui ini. Osamu kan sangat tidak suka ketika miliknya di lihat oleh orang lain.

Ah... Atsumu tahu.

Apa jangan-jangan, Osamu yang mengganti pakaiannya?

Err.... Tapi itu sedikit tidak mungkin.

Tatapan Atsumu menjadi semakin lesu, semangat dalam dirinya seketika menghilang dan kembali bergumam.

"Gak mungkin, aku sama Osamu kan lagi berantem."

Atsumu berkata lirih memikirkan hal itu.

Ah... Dia ingat kenapa dia bisa ada di rumah sakit.

Terakhir kali dia ingat, dia meminum obat nyamuk yang ada di dalam botol kaleng itu dan sebelum sempat tepar, dia juga mengambil cutter yang ada di meja nakas dan melukai pergelangan tangan kanannya.

Berharap bahwa urat nadinya akan putus dan dia mati.

Atsumu menggerakkan tangan kanannya mengingat hal itu. Dia menatap lesu tangannya yang di balut perban itu.

Huh.... Kenapa dia tidak mati?

Padahal dia yakin dia telah menusuk tangannya itu cukup dalam.

Tetapi.... Mengapa dia masih hidup.

WAJAR! ITU KARENA KAU MENUSUK YANG KANAN, BUKAN YANG KIRI, MIYA ATSUMU YANG TERHORMAT!!

"Harusnya aku mati aja."

"Kenapa aku masih selamat?"

"Aku selamat juga gak guna."

"Samu mau pisah sama aku, dia bakalan ninggalin aku."

"Aku...." Atsumu menuntun tangan kirinya untuk meraih jarum infusnya.

"Mau mati aja."

SRAKK

Dia mencabut jarum infus itu dengan kuat, membuatnya meringis pelan dan menghasilkan darah di sana.

Atsumu mengelap darah itu menggunakan baju yang ia kenakan. Perlahan dia mulai menggerakkan badannya untuk turun dari ranjang.

"Rooftop kayaknya bagus buat aku mati." Atsumu berkata dengan lirih sambil terus berjalan keluar dari kamarnya.

Sweet Life • Osaatsu[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang