5. Terkunci

873 99 7
                                    

Biasanya, ketika Osamu baru saja pulang. Akan ada Atsumu yang menyambutnya bahkan menunggunya di ruang tamu.

Tetapi sekarang...

Rumah yang mereka berdua tempati itu sangat sepi, seperti tidak ada kehidupan di sana.

Osamu mengunci pintu rumahnya kembali dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Mencoba mencari sosok teman hidupnya itu, meskipun hasilnya nihil.

"Gak—ada?" Osamu bergumam pelan ketika tak mendapati Atsumu di sekitarnya.

Ada sedikit rasa kecewa di hatinya akan hal itu.

Namun, mencoba mengabaikannya. Osamu malah melangkahkan kakinya dan berjalan menuju kamar mereka yang ada di lantai dua.

Ya... Palingan Atsumu masih tertidur pulas di sana. Atau mungkin dia sedang berendam di dalam bath up sampai lupa waktu.

Osamu melangkahkan kakinya dengan tempo sedang. Hingga akhirnya ia tiba di depan pintu kamarnya.

Tak langsung membukanya. Osamu malah menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Kemudian tangannya ia gerakkan untuk meraih gagang pintu itu.

Tanpa permisi atau pun mengetuk pintu bercat putih itu. Osamu segera mendorongnya.

Biasanya, ketika di dorong pintu itu akan langsung terbuka, karena memang mereka berdua tak pernah mengunci pintu itu, ya kecuali jika malam tiba.

Tetapi kali ini....

Pintu itu tak kunjung terbuka ketika Osamu mendorongnya.

Alisnya terangkat satu seolah heran dengan apa yang terjadi di sini. Dia kembali mendorong pintu itu. Mencoba memastikan apakah pintu itu benar-benar terkunci atau tidak.

Dan benar saja.

Pintu itu terkunci.

Osamu berdecih sebal mengetahui itu. Dia segera mengetuk keras pintu itu agar Atsumu membukanya.

TOK

TOK

TOK

"Buka!" titah Osamu dengan nada sebalnya akibat Atsumu tak kunjung membuka dan tak membalas ucapannya.

TOK

TOK

TOK

TOK

"TSUMU! BUKA PINTUNYA!" kali ini, Osamu berteriak agar Atsumu mendengarnya.

Tetapi, sama seperti sebelumnya.

Tidak ada balasan dari dalam sana.

Osamu berhenti mengetuk pintu itu secara terus menerus. Dia berdecak pinggang sambil mencoba memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di dalam sana.

Masih tertidur? Mustahil, ini sudah pukul 14.00 mana mungkin Atsumu masih tertidur, paling lama dia kan tertidur hanya sampai pukul 12.00.

Mandi? Jika ia sedang mandi, harusnya dia melontarkan jawaban atau bahkan seharusnya dia misuh-misuh tidak jelas.

Sedang mengenakan baju? Oh ayolah, jika memang itu yang sedang di lakukannya, mengapa dia harus mengunci pintu?

Lalu... Apa yang sedang di lakukannya di dalam sana?

Osamu memejamkan matanya. Mencoba untuk memikirkan hal itu lebih dalam. Hingga suatu kemungkinan terbesit di otaknya.

Dia.

Sedang.

Selingkuh.

Didalam.

Sana.

Osamu kembali membuka matanya lebar-lebar memikirkan kemungkinan itu. Ini yang paling besar terjadi.

Sangat-sangat besar.

TOK

TOK

TOK

TOK

TOK

TOK

"ATSUMU! BUKA PINTUNYA! KAMU SELINGKUH, YA DI DALAM?!"

TOK

TOK

TOK

"ATSUMU! BUKA!"

TOK

TOK

TOK

Osamu terselimuti amarah akibat pemikirannya sendiri. Dan berkat hal itu akal sehatnya pun tidak bisa di gunakan dengan benar.

Atsumu selingkuh di sana.

Itu yang dia simpulkan dari situasi saat ini.

Osamu berhenti mengetuk pintu itu secara terus menerus. Dia mundur dua langkah dan menatap pintu itu dengan penuh amarah dan kekesalan. Dia mengambil ancang-ancang untuk menendang pintu itu.

"Kalo kamu beneran selingkuh di dalam sana, aku bakalan bunuh kamu Tsum."

BRAKKKK

Tepat setelah berkata seperti itu dia menendang pintu kamarnya, pintu yang tadinya terkunci bahkan tertutup rapat itu kini terbuka lebar akibat ulahnya.

Menyaksikan pintu yang sudah terbuka lebar itu membuat Osamu kembali melangkah masuk ke dalam kamar dengan tergesa-gesa.

Mencari di mana sosok omega pirang kesayangannya yang ia duga sedang berselingkuh.

Kornea dan kakinya tak berhenti bergerak untuk mencari keberadaan Atsumu. Hingga akhirnya netra dengan warna abu-abu itu menangkap seseorang yang terkapar lemah di lantai dengan darah yang bercucuran di tangan kanannya.

Tak hanya itu, mulutnya mengeluarkan busa cukup banyak. Serta badannya begitu pucat.

Ya, siapa lagi jika bukan Atsumu.

Osamu membulatkan matanya menyaksikan hal itu. Dengan cepat dia segera mendekat pada Atsumu dan mencoba untuk menyadarkannya.

"Tsum.... Tsum.... Bangun." Osamu berkata sambil menepuk-nepuk pipi Atsumu cukup kuat.

"Tsumu.... Ayo bangun...."

Tidak ada balasan.

Bibir itu masih terkatup rapat bahkan terus mengeluarkan busa.

Osamu menggeram kesal akan hal itu. Dia segera membopong tubuh Atsumu keluar dari sana. Berniat membawanya ke rumah sakit terdekat. Berharap, bahwa Atsumu masih bisa di selamatkan.

Sweet Life • Osaatsu[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang