35. Alasan

211 31 2
                                    

Sudah dapat 4 hari Osamu tidak berbicara dengan Atsumu dan tentu saja itu membuatnya kesal dan juga sedikit panik. Bahkan dia hanya melihat Atsumu sekilas. Itu pun ketika dokter memeriksa kondisinya dan setelah itu Osamu akan kembali keluar dan menunggu di depan ruangannya sambil menggerutu sebal.

Hingga akhirnya hari ini Atsumu diperbolehkan pulang.

Tentu saja ini adalah kabar bahagia bagi Osamu. Dia jadi bisa melihat Atsumu lebih sering dan berbicara dengannya lagi seperti dulu.

Itu yang dia harapkan.

Tetapi...

Sepertinya tidak akan berjalan sesuai harapannya.

Atsumu hanya duduk diam di ranjang rumah sakit sambil terus memperhatikan Osamu yang tengah mengemas barang-barangnya.

Dia terus diam sedari tadi. Tidak mengatakan sepatah katapun.

Begitu pula Osamu.

Bahkan Osamu sampai merasa canggung berkat keheningan ini.

Hingga akhirnya dia menghela nafas dan satu kata lolos dari mulutnya. "Maaf.."

Atsumu tidak membalasnya. Dia hanya diam dan malah turun dari ranjang itu dan berjalan untuk keluar lebih dulu dari pada Osamu. "Aku tunggu di luar."

Mata Osamu membulat mendengar itu. Dia segera mempercepat mengemasi barang-barang Atsumu dan segera berlari menyusulnya.

Takut jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada Atsumu seperti sebelumnya.

Osamu berhasil mengejarnya. Tetapi dia berjalan dibelakangnya dengan dengan sedikit terengah-engah.

Osamu menarik nafas dan menghembuskannya lagi. Dia melakukan ini secara berulang untuk menenangkan diri dan mengatur nafasnya hingga akhirnya dia mengumpulkan keberanian untuk bertanya.

Osamu menggenggam kuat-kuat tas yang ada ditangannya untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia bisa mengatakan sesuatu pada Atsumu.

Sesuatu.

Apa saja.

Osamu ingin berbicara pada Atsumu.

"Atsumu, kamu marah sama aku?"

Bahu Atsumu sedikit tersentak mendengar pertanyaan itu. Sementara Osamu malah mengutuk dirinya karena melontarkan itu.

Kenapa?

Kenapa?!

DARI SEKIAN BANYAKNYA KALIMAT MALAH ITU YANG DIA LONTARKAN?!

Langkah Atsumu yang tadinya buru-buru kini sedikit melambat dan mulutnya terbuka untuk menjawab perkataan Osamu. "Menurut kamu?"

Nafas Osamu tercekat mendengar pertanyaan itu.

Atsumu marah, itu yang terlintas dibenaknya.

Bahu Osamu perlahan turun mendengar perkataan Atsumu matanya bahkan tampak lesu dan bersalah saat ini.

Osamu menganggukkan kepalanya. "Kamu marah......"

Tidak ada jawaban dari Atsumu ketika Osamu mengatakan itu. Hingga akhirnya mereka tiba di parkiran dan masuk kedalam mobil.

"Aku gak marah..." ucap Atsumu pelan. "Cuman bingung aja.... Kenapa kamu nutupin ini dari aku."

Osamu menghela nafas dan menundukkan kepalanya. "Karena aku gak mau kamu benci aku..."

"Aku tahu Tsum... Kamu pasti bakalan ngelarang semua kelakuan aku ini kalo kamu tau dari awal."

"Kamu bakal ngelarang aku buat bunuh orang...."

"Aku ngelarang kamu karena kelakuan kamu salah!" Atsumu merespon dengan cepat dan meninggikan suaranya ketika mendengar perkataan Osamu.

"Aku tau Tsum.... Aku tau..."

"Aku tau kalo ini salah..."

Osamu menoleh dan menatap langsung ke mata Atsumu dengan tatapan bingung. "Tapi aku bisa apa pas itu?!"

"Aku gak bisa apa-apa. Yang aku bisa cuman nurutin kemauan dia!"

"Lagi pula aku bunuh banyak orang juga biar kita bisa sama-sama terus."

"Aku bunuh dia juga karena dia bunuh Mamah sama Papah. Semua ada alasannya Tsum...." perlahan tatapan bingungnya berubah menjadi sendu.

"Aku..."

"Aku gak nungkin bunuh orang tanpa alasan."

"Iya aku tahu.... Tapi kenapa kamu gak ngomong sama aku?! Kenapa gak ngasih tau aku?! Sedikit aja... Kamu ngomong, 'aku tahu siapa yang bunuh Mamah sama Papah' ngomong gitu aja Sam. Ngomong gitu aja ke aku. Kita bisa seret dia ke penjara. Gak harus sampe bunuh dia." balas Atsumu dengan sedikit terengah-engah dan air mata yang berlinang di matanya.

Osamu menggeleng mendengar itu. "Gak bisa Tsum..."

"Nyawa harus di bayar sama nyawa." Osamu menatap Atsumu dengan tatapan kosong. "Dia bunuh Mamah sama Papah. Berarti dia juga harus aku bunuh."

Badan Atsumu membeku mendengar Osamu mengatakan itu tanpa ekspresi. Dan beberapa saat setelahnya dia menggerakkan tangannya untuk memegang bahu Osamu.

"Kamu kejauhan." dia meremas bahu Osamu pelan seolah memberitahunya untuk berhenti melakukan itu.

Air mata perlahan mulai terjun bebas membasahi wajah Atsumu. "Aku sayang kamu Sam, jangan ngelangkah terlalu jauh. Jangan pergi ketempat yang gak bisa aku jangkau."

Osamu mengerjap beberapa kali ketika mendengar dan merasakan remasan Atsumu semakin kuat di bahunya.

"Aku gak bisa nerima fakta kamu udah bunuh banyak orang."

"Aku gak bisa Sam.... Maaf... Maaf...." Atsumu menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan air matanya. Tetapi tangannya terus meremas kuat bahu Osamu.

"Maaf udah buat kamu nanggung ini sendirian."

"Aku... Aku.... Aku gak berguna banget sampe ngebiarin kamu nanggung semua ini sendirian." isak tangisnya makin kuat seiring dia berkata.

Sementara Osamu hanya membulatkan matanya ketika menyaksikan Atsumu menangis terseru-sedu dihadapannya.

"Maaf Sam..." Atsumu mendongakkan kepalanya dan menatap Osamu dengan tatapan lembut dan sendunya.

"Tapi aku gak bisa ngebiarin kamu ngelangkah lebih jauh lagi."

"Kamu berhenti ngelakuin ini, ya?" pinta Atsumu dengan suara seraknya.

Sweet Life • Osaatsu[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang