16. Kandang

388 52 6
                                    

"Jadi...."

"Ada apa kau memanggil kami kemari tengah malam seperti ini?"

Lelaki jangkung dengan surai hitam-abu yang bernama Bokuto itu bertanya kepada Osamu dengan tatapan heran.

Lelaki lainnya dengan surai hitam berantakan yang memiliki nama Kuroo itu menganggukkan kepalanya setuju dengan pertanyaan Bokuto.

"Benar, apa lagi kau menyuruh kami membeli semua barang-barang ini...." Kuroo berkata sambil beralih melirik beberapa kayu yang sudah di potong, paku, cat, triplek, kuas dan peralatan lainnya.

Suna mengangguk mendengar perkataan Kuroo dan Bokuto. Dia juga heran. Tidak biasanya Osamu mengundang mereka kerumahnya. Terlebih tengah malam seperti ini.

Osamu tadi menelfon mereka bertiga dan mengatakan bahwa "Ada hal penting, cepat ke rumahku." dan berkat hal itu mereka bertiga pun segera bergegas ke sana.

Osamu menyilangkan kedua tangannya di depan dada kemudian menatap datar ketiga bawahannya itu lalu menganggukkan kepalanya.

"Aku butuh bantuan kalian."

Ketiganya menyerngit heran mendengar Osamu mengatakannya dengan nada yang sangat serius.

"Bantuan? Bantuan apa?" tanya Bokuto.

"Katakan saja, kami akan membantumu." saut Kuroo.

Osamu berhenti menyilangkan kedua tangannya dan menatap ketiga bawahannya itu dengan tatapan seriusnya. "T-tolong."

"Tolong bantu aku membuatkan kandang untuk rubah."

~

Tak

Tak

Tak

Suara palu yang terus menerus berbenturan dengan paku menghiasi malam yang sunyi itu.

Keempat lelaki yang tengah sibuk membuat sebuah kandang untuk seekor rubah tinggal lah yang menghasilkan suara itu.

"Ku kira hal penting apa yang kau maksud, ternyata membuatkan kandang untuk rubah." Bokuto mencibir di sela-sela kegiatannya.

Osamu yang mendengar cibiran itu pun membalas. "Aku akan menambah gaji kalian, jadi tidak perlu khawatir."

"Bukan masalah kau akan menambah gaji kami atau bukan Osamu! Ketika kau menelfon apakah kau tahu? Aku sedang HS dengan Kenma dan aku meninggalkannya!!"

TAK

Kuroo berkata sambil memukul keras paku yang ada di sana. Dan berkat hal itu paku itu tertancap rapih di kayu yang ada di hadapannya.

Suna yang mendengar itu tertawa renyah. "Aku yakin kau baru saja memulainya."

Kuroo mengangguk antusias mendengar itu. "BENAR! DAN BISA-BISANYA OSAMU MEMANGGIL HANYA UNTUK MEMBUATKAN KANDANG!!"

"Jika tahu seperti ini aku tidak akan datang ke mari." ujar Kuroo sambil kembali menatap kayu di hadapannya.

"Jika kau tidak datang ke mari, aku akan mematahkan semua senapan kesayanganmu itu Kuroo." Osamu membalas perkataan Kuroo dengan senyuman seramnya. Membuat sang empu bergidik beberapa saat akibat hal itu.

"Tapi Kuroo benar, aku bahkan baru saja menginjakkan kaki di rumah sehabis menyelesaikan misi dan kau langsung menelfon. Apakah kau tidak memikirkan perasaan Keiji yang rindu padaku?!" Bokuto juga ikut mengeluarkan kekesalannya.

"Ya, kan Suna? Kau pasti tadi juga baru saja memeluk Shin, kan?"

Suna menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Bokuto yang mengajaknya untuk protes kepada atasannya itu.

"Tidak. Aku sedang menjalankan misi tadi."

"Tapi karena Osamu yang menelfonku tiba-tiba aku harus menuntaskan misiku dengan cepat dan karena hal itu aku jadi belum sempat menyingkirkan mayatnya."

"Sudahlah kalian semua bisa melakukan itu nanti."

Tak

Osamu memukul paku terakhir agar semua bagian kayu itu menempel kemudian dia menatap hasil karya mereka berempat yang di buat diiringi dengan keluhan dan juga cibiran.

"Selesai." Kuroo berkata sambil mundur dua langkah, begitu pula yang lainnya.

Mereka memperhatikan hasil karya mereka.

Dan satu yang terlintas di otak mereka.

Kandang rubah, memangnya seperti ini?

"Kandang itu apa?" Bokuto menyeletuk ketika melihat hasil karya mereka.

Jika mendengar kata kandang apa yang pertama kali terlintas di benak kalian?

Sesuatu yang bisa di jadikan tempat berteduh dan bernaung?

Sesuatu yang dapat berdiri kokoh?

Kandang itu.... Kata lain dari rumah, kan?

Rumah memiliki atap, tembok, berdiri tegak, dan dapat di jadikan tempat berteduh ketika panas dan hujan, kan?

Tetapi....

MENGAPA KANDANG YANG MEREKA BUAT TIDAK SEPERTI ITU?!

Mereka hanya memaku kayu satu dengan yang lainnya dan itu tidak memiliki atap. Dan tentu saja kandang yang mereka buat tidak bisa di jadikan tempat berteduh.

Osamu menghela nafas menyaksikan itu. Memang tidak ada bakat menjadi kuli ternyata.

Suna mengendus menyaksikan itu dan menoleh pada Bokuto. "Bisakah kau meminta Akaashi agar dia membuatkan kita cetak biru sebuah kandang?"

Osamu yang tadinya kehilangan harapan langsung melihat secerah cahaya mendengar hal itu.

"Ah benar! Ayo minta Akaashi untuk membuatnya!"

Bokuto yang mendengar itu bergidik beberapa saat. Sesungguhnya dia ingin menolak perkataan Osamu dan juga Suna. Dia takut jika dengan permintaan agak nyeleneh ini Akaashinya jadi kurang tidur.

Tetapi....

BOKUTO SUDAH MUAK COSPLAY JADI KULI GAGAL SEPERTI INI.

Dan karena hal itulah tangannya bergerak untuk merongoh saku celana kemudian mengeluarkan sebuah benda kotak bernama handphone dan mulai mengotak-atiknya.

Tak lama setelahnya handphonenya malah berdering dan menampilkan wajah lelaki bersurai hitam yang tengah terkekeh geli yang tak lain dan tak bukan adalah Akaashi.

Bokuto yang menyaksikan itu langsung melengkungkan kebawah bibirnya seolah meminta pertolongan dari istrinya itu.

"KEIJI!! TOLONG BIKININ AKU CETAK BIRU KANDANG RUBAH!!!"

Terdengar kekehan halus dari sana akibat perkataan Bokuto. "Hahaha, iya aku bikinin."

"Apa mau aku arahin sekalian juga? Biar kamu cepet pulang?"

Suna dan Kuroo beserta Osamu yang mendengar penawaran emas itu sontak mengangguk dan berkata secara bersamaan.

"IYA!"

Sweet Life • Osaatsu[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang