8. Pilihan

733 79 3
                                    

Melangkah.

Jika Atsumu melakukan itu sedikit saja, dia akan kehilangan keseimbangannya dan terjatuh. Setelah itu tujuan utamanya akan selesai.

Ya, benar.

Dia hanya perlu melangkah.

Tetapi....

Ada apa dengannya?

Mengapa dia sangat takut untuk melangkah?

Bahkan kakinya saja mati rasa saat ini. Dia seperti tidak menapak rasanya.

Atsumu memegang tangannya yang gemetar dan mendingin itu. "Maju doang...."

"Aku cuman perlu maju sampe gak nginjek beton ini."

"Habis itu selesai." Atsumu berkata lirih, berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri.

Namun, meskipun dia sudah meyakinkan dirinya.

Kakinya tetap mati rasa, dan jantungnya berdebar hebat menyaksikan orang-orang yang ada di bawah sana.

Jika ia lompat, mereka semua pasti akan langsung mengerubunginya. Lalu setelah itu apa yang terjadi?

Entahlah, Atsumu juga tidak tahu.

Tetapi, dia sangat takut saat ini.

Dia takut untuk melangkah. Dia takut jika dia akan terjatuh dari sana. Dan dia juga takut.

Jika dia akan mati.

Tetapi....

Ini pilihan yang ia ambil.

Mengapa dia harus takut?

Maju, atau lompat saja. Itu akan mempermudah semua masalah. Kau tidak perlu berdebat lagi dengan Osamu. Lau tidak perlu menerima perkataan yang membuat hatimu terasa sakit itu.

"Tapi...." Atsumu mendongakkan kepalanya. Menatap langit yang mulai menggelap seolah hujan akan turun. "Kalo aku mati, aku bakalan kehilangan Osamu."

BRAKK

Suara itu menggema keras di gendang telinganya. Membuatnya mengalihkan pandangannya, menatap ke sumber suara.

Dan di dapatinya Osamu yang sedang berdiri di pintu dengan nafas yang terengah-engah dengan raut wajah panik, bersalah serta khawatir.

Pupil Atsumu mengecil akibat Osamu yang berada di hadapannya. Tangannya makin gemetar hebat ketika menyaksikan Osamu yang perlahan mulai mendekat kearahnya.

"JANGAN MENDEKAT!"

Osamu berhenti melangkah ketika mendengar Atsumu memekik kencang dengan raut wajah yang sulit di gambarkan.

"Aku gak bakalan mendekat, tapi kanu harus turun dari situ." ucap Osamu dengan lembut, berusaha untuk membujuk Atsumu agar dia mengurungkan niatnya.

Atsumu menggeleng mendengar itu. "Gak! Aku gak bakalan turun!"

"Kamu harus turun.... Kamu bisa jatuh kalo berdiri di situ." ucap Osamu dengan intonasi yang sangat lembut.

"Itu emang tujuan aku." balas Atsumu dengan nada yakinnya.

Meskipun dia mengatakannya dengan yakin, air mata yang sedari tadi membasahi pipinya tak kunjung berhenti. Kini malah semakin deras akibat kehadiran Osamu di sana.

"Aku jatuh dari sini dan habis itu mati."

"Kalo aku mati, kamu gak bakalan bisa pisah sama aku!!"

Tangan Osamu gemetar mendengar perkataan yang terlontar dari mulut Atsumu dengan jelas. Terlebih.... Dia mengatakannya sambil menangis.

Membuat Osamu semakin merasa bersalah dan takut.

Takut jika Atsumu memang benar-benar akan melakukan apa yang ia ucapkan.

"Aku gak ngizinin kamu mati!" balas Osamu dengan lantang.

"Aku gak butuh izin kamu biar aku bisa mati Sam." Atsumu berkata dengan mata yang menatap sendu kearah Osamu.

"Kamu aja gak percaya sama aku."

"Kamu selalu nuduh yang enggak-enggak."

"Bahkan kamu juga mau pisah, kan sama aku?"

"Kenapa aku harus dapet izin dari kamu dulu?"

"YA KARENA AKU SUAMI KAMU TSUMU!!" Osamu memekik dengan sekuat tenaganya. Emosinya tercampur aduk menjadi satu saat ini.

"AKU ALPHA KAMU DAN KAMU OMEGA AKU! KITA SEPASANG SUAMI-ISTRI YANG PERNAH NGUCAP SUMPAH SETIA!"

"DAN KAMU MASIH NANYA KENAPA?!"

Osamu terengah-engah setelah mengatakan itu dengan sangat keras. Bahkan dia merasa kerongkongannya sakit akibat berteriak dengan kencang.

"Itu hal dasar Tsum, dan aku rasa kamu tahu itu." Osamu mengatakannya dengan intonasi yang lebih rendah dari sebelumnya.

Atsumu diam mendengar semua ucapan Osamu.

Ya, Atsumu tahu itu.

Atsumu tahu bahwa Osamu adalah alphanya dan mereka berdua adalah sepasang suami-istri.

Atsumu tahu.

Tetapi....

Kemarin Osamu berkata dia ingin berpisah, kan?

Bukankah itu artinya hubungan suami-istri mereka kini telah berakhir?

"S-selesai.." Atsumu berkata lirih sambil menundukkan kepalanya.

"Tsum, ayo turun." Osamu kembali berkata. Dia tidak mendengar lirihan Atsumu akibat angin kencang yang menerpa mereka berdua.

"Jangan bunuh diri, itu gak baik."

"AKU HIDUP JUGA GAK BAIK SAM!!"

"KAMU UDAH GAK SAYANG LAGI SAMA AKU."

"KAMU MAU NINGGALIN AKU."

"AKU GAK PUNYA SIAPA-SIAPA LAGI SELAIN KAMU."

"DAN KAMU MALAH MAU NINGGALIN AKU?!"

"AKU GAK MAU.... AKU GAK MAU...."

Osamu kembali melangkah dengan perlahan. Mencoba untuk mendekat pada Atsumu yang menangis sambil berteriak histeris itu.

"Aku sayang sama kamu Tsum... Aku sayang banget."

"Dan aku gak bakalan ninggalin kamu."

"Aku juga cuman punya kamu di dunia ini."

"Kamu harta aku satu-satunya, kenapa aku harus ninggalin kamu?"

Atsumu menggeleng mendengarnya. "Kamu yang bilang sendiri kalo kamu mau pisah sama aku Sam kemarin."

Osamu berhenti melangkah tepat di hadapan Atsumu. Dia menggeleng dan mendongakkan kepalanya agar bisa menatap wajah Atsumu.

"Enggak."

"Aku gak benar-benar mau pisah sama kamu."

"Itu bohong."

"Mulut aku kelepasan."

"Aku gak niat ngomong gitu ke kamu."

"Maaf.."

"Maafin aku." sesal Osamu sambil menatap Atsumu dengan tatapan memohonnya.

Atsumu menggigit bibir bawahnya dengan kuat mendengar penuturan Osamu.

Jangan seperti ini.

Jika Osamu seperti ini, Atsumu jadi sulit untuk melakukan niat awalnya.

"Ayo turun... Kita selesaiin baik-baik." ucap Osamu dengan lembut.

Tetapi bukannya menuruti perkataan Osamu. Atsumu malah bergerak mundur dengan perlahan sambil menggelengkan kepalanya.

"Enggak."

"Enggak..."

"Tsumu berhenti. Jangan mundur lagi." titah Osamu ketika menyaksikan Atsumu yang makin bergerak mundur.

Seolah tidak mendengar perkataan Osamu, Atsumu malah berkata. "Aku cinta kamu Sam, meskipun kamu gak cinta aku lagi. Aku tetep cinta kamu." Atsumu mengatakan itu dan tanpa aba-aba menjatuhkan badannya kebelakang.

Sweet Life • Osaatsu[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang