Sudah dapat tiga jam Osamu mengelilingi kota untuk mencari Atsumunya itu. Bahkan dia sampai menanyakan ke beberapa orang tentang Atsumu. Tetapi tak ada satu pun yang melihatnya. Dan tentu saja itu membuat Osamu panik dan ketar-ketir.
Osamu berhenti berlari kemudian memegang lututnya yang terasa lemas itu. Nafasnya terengah-engah akibat berlari tanpa henti sedari tadi. Dia mendongakkan kepalanya, menatap langit biru yang sangat cerah dan terasa panas itu dengan tatapan lelahnya. Dan sesekali berdoa kepada Tuhan untuk mempertemukannya dengan Atsumu.
"Ya Tuhan, kumohon pertemukan aku dengan Atsumu..." mohonnya dalam hati sambil terus menatap langit yang cerah itu.
Drrtttt....
Tuhan mengabulkan do'anya.
Awalnya itu yang Osamu pikirkan ketika merasakan handphonenya bergetar yang menandakan ada panggilan masuk. Dia segera merongohnya kemudian menatap handphonenya itu berseri-seri sebelum akhirnya dia mendesah pelan karena itu tidak sesuai dengan pikirannya.
Yang tertulis di handphonenya buanlah nama Atsumu, melainkan nama bawahannya, Kuroo.
Dengan rasa enggan dan penuh kekecewaan dia mengangkat panggilan itu dengan terpaksa dan mendekatkan handphone genggamnya pada daun telinga agar bisa mendengar dengan jelas apa yang Kuroo katakan. Barangkali tidak masuk akal dan Osamu bisa segera membanting handphone itu dan memukulnya besok.
"Jika kau ingin meminta libur agar bisa bersama dengan Kenma, aku tidak akan mengizinkannya." Osamu menjawab dengan nada datarnya.
Sementara di seberang terdengar decakkan sebal berkat ucapannya. "Aku tidak akan meminta itu!!! Lagi pula sedang berada di mana kau sekarang? Apakah kau bersama dengan Atsumu?"
Osamu menyerngit heran mmendengarnya. Kenapa tiba-tiba Kuroo menanyakan itu? Terlebih nada bicaranya terdengar sedikit panik dan khawatir.
Osamu menggeleng mendengar itu. "Tidak, kurasa Atssumu marah denganku dan dia kabur. Sudah dari tiga jam yang lalu aku mencarinya. Tetapi aku tak kunjung menemukannya."
"Sial, hey! Di mana posisimu saat ini? Apakah ada Running Text di sekitarmu?"
"Running Text?" Osamu mengerlingkan pandangannya kesekeliling dan mencari apa yang Kuroo maksud kemudian mengangguk. "Ya, ada. Running Text yang berisi tentang produk kecantikan."
"Lagi pula mengapa kau menanyakan itu? Kau ingin kubelikan kosmetik?"
"Tentu saja tidak! Diam dan perhatikan baik-baik Running Text itu."
Osamu sebenarnya tak paham kenapa Kuroo menyuruhnya seperti itu, tetapi dia tetap melakukannya dan memperhatikan Running Text itu dengan serius.
"Apakah?" Osamu bergumam pelan sambil membaca Running Text itu.
"Kau?"
"Mencarinya, Osamu?"
"Si pirang?"
"Dengan?"
"Perut?"
"Buncit?"
"Kesayanganmu ini."
Osamu membulatkan matanya ketika dia membaca Running Text itu. Terlebih dengan logo anjing liar bewarna hitam. Itu logo yang sangat tidak asing di matanya. Logo yang sangat ia benci dan tidak ingin ia lihat.
Dan kenapa Atsumunya bisa sampai ditangan orang-orang itu.
Osamu meremas handphonenya kuat-kuat dan mengeluarkan aura membunuhnya, dia mendekatkan handphonenya pada daun telinganya lagi dan berbicara. "Kuroo, perintahkan Kenma untuk membajak seluruh cctv kota ini dan lacak keberadaan Atsumu. Aku akan menghajar si brengsek itu."
"Aku dan Kenma sudah mencoba membajaknya sejak tadi. Tetapi ada yang menendang kami ketika kami melakukannya."
"Brengsek, Sakusa sialan itu......" Osamu membatin geram.
"Lakukan dengan cara lain. Aku tidak peduli apa caranya. Kalian harus bisa melacak Atsumu. Kumpulkan semua anggota di markas dan aku akan tiba dalam 10 menit. Kita akan menyerbu markas si brengsek Sakusa itu.'' Osamu memerintah, dan tanpa menunggu balasan Kuroo dia mematikan panggilan itu dan berlari cepat kearah markasnya, sambil terus menyumpah serapahi Sakusa.
Sementara itu di sebuah tempat yang hanya dapat sedikit penerangan terdapat dua orang lelaki yang sedang tertawa puas ketika menyaksikan apa yang mereka lihat di monitor.
Di monitor terdapat Osamu yang terlihat sangat kesal dan berlari dengan cepat kearah markasnya.
"Lihat, si bodoh itu memakan umpanku." Sakusa berkata dengan tatapan puasnya.
Lelaki satunya yang kerap di panggil Hinata malah ikut tertawa nyaring. "Ya kau benar, kurasa dia akan tiba sekitar—tiga puluh menit lagi?"
Sakusa menatap Hinata dengan tatapan datarnya kemudian menggeleng. "Mana mungkin si bodoh itu membiarkan istri tercintanya berada di sini lama-lama. Sudah pasti dia akan datang lebih cepat dari itu."
"Aa... Kurasa kau benar."
Ceklek
Suara pintu yang terbuka menggema di telinga mereka. Membuat perhatian mereka teralihkan sepenuhnya kearah pintu. Di sana terdapat lelaki jangkung dengan surai hitam yang tengah berjalan mendekat kearah mereka.
Orang itu berhenti tepat di sebelah Hinata kemudian mengusap lembut pipinya dan mendekatkan wajahnya pada Hinata.
Hinata yang menyaksikan tingkah orang itu hanya terkikik geli kemudian mengecup pipinya singkat.
"Kage lama banget ngecek dia doang......" ucap Hinata diiringi rengekan kecil.
Orang yang di panggil Kage itu menatap lembut Hinata dan mengusap surainya pelan. "Dia merepotkan, terlalu banyak berteriak maka dari itu aku memberinya obat bius terlebih dahulu tadi."
Sakusa yang mendengar itu tersenyum miring. "Kageyama, bukankah kau terlalu kejam pada Miya pirang itu? Bagaimana jika nanti dia datang dan mengamuk di sini?"
Kageyama ikut tersenyum mendengar perkataan sarkas Sakusa. "Ayolah Sakusa, bukankah tidak masalah? Lagi pula mereka akan terbunuh juga nantinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Life • Osaatsu[✔]
RastgeleJodoh itu bukan cerminan diri sendiri, melainkan kembaran sendiri.