15. Nangis

434 59 7
                                    

Osamu yang sedang tertidur pulas bahkan sedang bermimpi indah. Tiba-tiba saja terbangun dari mimpinya akibat mendengar suara isakan tangis dari sebelahnya.

Bukan hantu apa lagi setan.

Ini adalah suara tangis Atsumu.

Osamu langsung membuka matanya lebar-lebar akibat pemikiran itu. Dia menoleh ke sebelah kiri dan di dapatinya Atsumu yang tengah menyeka air matanya sembari memeluk selimut.

Bahkan selimut itu sudah sedikit basah akibat ulahnya.

Osamu yang menyaksikan itu tentu saja panik. Apa yang terjadi dengannya? Mengapa dia menangis tersedu-sedu seperti itu?

Osamu mengubah posisinya menjadi duduk menyila dan menatap Atsumu dengan tatapan khawatirnya.

"Kamu kenapa Tsum? Ada yang sakit?" tanyanya dengan lembut di sertai nada kekhawatiran.

Atsumu berhenti menyeka air matanya. Dia menoleh kepada Osamu dengan kondisi yang masih terisak kuat.

"A-aku a-HUAAA SAMU!!!"

Osamu yang mendengar jeritan itu tentu saja khawatir dia segera meraih pundak Atsumu dan mengecek seluruh tubuh istrinya itu.

Tetapi tidak ada apa-apa.

Hanya tubuh mulus seperti biasa dengan beberapa tanda kepemilikan.

"Kamu kenapa?" Osamu mengulang sekali lagi pertanyaannya sambil mengusap pundak Atsumu.

"Tenang dulu, habis itu ngomong pelan-pelan."

Atsumu menganggukkan kepalanya dan mencoba menenangkan dirinya sendiri. Ketika dia sudah merasa tenang dia pun mencoba kembali berbicara.

"TSUNE!!"

Osamu menyerngit mendengar itu.

Ada apa dengan rubah yang tiga hari lalu mereka beli itu?

Mati?

Atau hilang?

"Kenapa? Tsune di ambil orang?"

Atsumu menggeleng. "B-bukan!! Ta-tapi—Tsune kasian gak punya rumah!!!!"

Osamu berhenti menyerngit ketika mendengar itu. Perlahan tatapan herannya berubah menjadi tatapan penuh dengan rasa lelah.

Atsumu, menangis malam-malam begini hanya karena Tsune tidak memiliki rumah?

Oh Tuhan, yang benar saja.... Jangan membuat Osamu naik pitam di tengah malam seperti ini.

Osamu menarik nafasnya kemudian menghembuskannya. Tangannya yang sedari tadi menggenggam pundak Atsumu perlahan mulai terjatuh bebas.

"Rumah yang kita tinggalin kan rumah Tsune. Kenapa kamu bilang Tsune gak punya rumah?"

"T-tadi sebelum tidur aku ngeliat di instagram kalo rumah rubah itu beda sama rumah kita."

"Terus ada rubah yang gak punya rumah habis itu dia nangis."

"Aku awalnya kasian tapi karena ngantuk aku tidur. Terus di mimpi aku mimpiin Tsune nangis nangis ke aku sambil minta bikinin rumah."

"KASIAN BANGET SAM!!"

"AKU GAK TEGA!!"

Osamu memekik kencang sambil menggoyang-goyangkan bahu Osamu dengan kuat. Membuat Osamu yang sudah lelah itu terombang-ambing kesana kemari.

Osamu menganggukkan kepalanya. "Iya... Besok aku beliin rumah buat Tsune!"

Atsumu berhenti menggoyangkan pundaknya kemudian menggeleng. "GAK MAU! JANGAN BELI! AKU MAUNYA KAMU BIKIN BUAT TSUNE!!"

Osamu bergidik mendengar itu.

Bikin

Rumah

Untuk

Seekor

Rubah?

Oh ayolah, Osamu tidak segabut itu.

Jika bisa beli kenapa harus bikin? Ya, kira-kira ini yang terlintas di benak Osamu.

"Beli aja, kalo bikin lama jadinya."

Atsumu menggelengkan kepalanya. "GAK MAU! POKOKNYA AKU MAU KAMU YANG BIKININ!"

Osamu mendesis mendengar itu dan mulutnya kembali terbuka untuk mencoba bernegosiasi dengan Atsumu.

Namun belum sempat sepatah kata terlontar dari mulutnya, Atsumu malah kembali berkata.

"Pokoknya pas aku bangun nanti rumahnya harus ada!"

"Dan kalo itu rumah hasil beli.... Kamu parah banget sih Sam, gak mau nurutin kemauan aku sama anak kamu. Jahat kamu jahat."

"Gak cocok jadi Bapak."

"Resign aja jadi manusia kalo bikin rumah rubah aja gak sanggup." Atsumu berkata sambil mengalihkan pandangannya kearah lain seolah marah dengan Osamu.

Osamu yang hatinya tertohok berulang kali tentu saja mau tidak mau menganggukkan kepalanya dan berkata.

"I-iya iya aku bikinin!"

Sweet Life • Osaatsu[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang