4. Obat Nyamuk

848 100 4
                                    

Pisah.

Anak sekolah dasar pun mengerti apa maksud dari kata itu.

Kata lain dari, "Kita cerai saja."

Tentu saja itu adalah kata-kata tabu yang sangat tidak ingin di dengar oleh Atsumu. Kata-kata yang tidak pernah ingin di dengar dan di ucap oleh Atsumu. Tak hanya Atsumu. Semua orang yang sudah menjalin pernikahan yang di landaskan 'cinta' juga sudah pasti sangat enggan mendengar dan menyebut kata-kata itu.

Tetapi mengapa.....

Osamu menyebutkannya dengan jelas dan lantang pagi tadi?

Atsumu memeluk lututnya, membiarkan air matanya mengalir deras membasahi pipinya akibat perkataan yang terlontar dari mulut suaminya itu.

"Samu..."

"Kenapa kamu ngomong gitu?"

Atsumu berkata lirih di sela-sela tangisnya kemudian membenamkan wajahnya pada lutut mulusnya itu.

Kepalanya pusing akibat mendengar itu. Dadanya terasa sesak dan air mata tak kunjung berhenti mengalir dari matanya.

Jika di pikir-pikir.

Bagaimana dia bisa mencintai Osamu?

Kenapa dia mencintai Osamu yang notabenya adalah kembarannya sendiri?

Bagaimana itu bisa terjadi?

Lagi pula....

Mengapa mereka bisa menjalin hubungan lebih dari sekedar saudara kembar?

Atsumu tidak tahu.

Dia tidak mengingat bagaimana awalnya.

Tetapi dia tidak peduli.

Karena nyatanya dia memang jatuh cinta pada saudara kembarnya itu.

Osamu adalah satu-satunya orang yang selalu ada di sampingnya.

Hanya Osamu.

Benar-benar hanya Osamu.

Lalu jika Osamu pergi darinya....

Ia akan sendirian, kan?

Atsumu merinding ketika memikirkan itu, isak tangisnya makin kencang akibat pikiran negatifnya.

"Gak...."

"Gak ma-u..."

"Gak m-au sen-diri...."

Atsumu tidak suka sendiri.

Sendiri itu menyakitkan.

Dia butuh Osamu.

Osamu tidak boleh meninggalkannya.

Dari pada Osamu yang meninggalkannya, lebih baik dia saja yang meninggalkan Osamu, kan?

Atsumu mendongakkan kepalanya akibat pemikirannya. Mata sembabnya yang di penuhi air mata memperhatikan sekeliling kamarnya yang gelap, sepi dan sunyi itu. Mencoba mencari suatu benda yang bisa membuatnya meninggalkan Osamu.

Hingga akhirnya, pandangannya tertuju pada sebuah botol kaleng panjang yang bertuliskan obat nyamuk.

Atsumu selalu menanyakan ini.

Mengapa nyamuk di beri obat bukannya sembuh malah mati?

Atsumu perlahan bergerak turun dari kasurnya, mencoba mendekat pada botol obat nyamuk yang dia letakkan di atas meja riasnya.

"Aku bakalan dapetin jawabannya, kan?"

•••••

Lelaki bersurai hitam dengan mata sipit itu melemparkan tatapan herannya ketika melihat bosnya alias Osamu yang sedari tadi menekuk wajahnya sambil terus menghisap sebatang nikotin di tangan kanannya.

Dia sudah melakukannya sedari tadi pagi. Bahkan dia sudah menghabiskan 2 bungkus rokok hari ini.

"Bukankah kau sudah berhenti merokok karena Atsumu tidak menyukainya?" lelaki itu mulai memberanikan dirinya mendekat pada Osamu. Mengabaikan aura hitam mencekam yang sedari tadi terus ia keluarkan.

Osamu mendelik ketika bawahannya itu menyebut nama teman hidupnya. Dia segera mematikan rokoknya dan menatap bawahannya yang bernama Suna itu dengan tatapan tajam.

"Jangan sebut nama dia lagi."

Suna menyerngit beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk. Ah.... Dia paham. Pasti sedang terjadi sesuatu dengan mereka berdua.

"Bertengkar?"

"Kurang lebih, dan dia yang memulainya."

"Apa yang kalian ributkan?" Suna bertanya sambil menghempaskan bokongnya pada sofa yang ada di sana.

"Dia selingkuh." Osamu menjawab cepat tanpa menatap Suna.

Suna terkejut mendengarnya. Wow, Atsumu selingkuh? Terdengar tidak mungkin, mengingat Atsumu sangat menyayangi Osamu.

"Serius? Itu terdengar mustahil..."

"Hal yang terdengar mustahil itu baru saja terjadi."

"Sudah lah, jangan membahasnya. Malam ini siapa klien kita?"

"Pemimpin perusahaan Shiratorizawa. Kita harus mengawalnya untuk menghadiri sebuah acara penting, tentu saja ini adalah acara rahasia yang hanya sedikit orang mengetahuinya."

Osamu mengangguk dan bangkit dari duduknya. "Baiklah, aku akan turun malam ini."

"Jika kau turun tangan kau tidak akan bisa menemani Atsumu-mu itu malam ini." ujar Suna dengan nada mengejeknya.

Osamu meliriknya sesaat kemudian melangkahkan kakinya. "Meninggalkannya seorang diri semalam bukanlah suatu hal yang buruk."

"Lagi pula dia sendiri yang mengatakan bahwa dia bukan lagi seorang anak kecil."

"Jika itu memang benar, harusnya dia tidak apa-apa sendiri malam ini." Osamu berkata hingga akhirnya menghilang dari pandangan Suna.

Sweet Life • Osaatsu[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang