36. Gak Bisa

265 37 10
                                    

Osamu terdiam. Permintaan Atsumu terdengar sangat menyakitkan ditelinganya bahkan berhasil menyayat hatinya.

Tetapi, Osamu malah menatap kosong Atsumu yang masih menangis tersedu-sedu itu dihadapannya dan perlahan kepalanya menggeleng pelan ke kanan dan ke kiri.

"Gak bisa Tsum...."

Mata Atsumu terbelalak ketika mendengar jawaban yang pelan itu.

"Aku gak bisa berhenti bunuh orang, maaf...." ucapnya sambil terus menafap Atsumu dengan kosong dan mengatakannya dengan penuh penyesalan dan rasa bersalah.

Atsumu terdiam beberapa saat mendengar itu sebelum akhirnya berbicara. "Ke-kenapa?"

Cengkramannya semakin menguat ketika mengatakan itu dan dia segera mengguncang kuat tubuh Osamu. "Kenapa?!"

"KENAPA KAMU GAK BISA BERHENTI NGEBUNUH ORANG?!"

"KAMU UDAH KECANDUAN?! IYA?!"

Atsumu mulai berteriak dan mengeluarkan semua yang terlintas diotaknya tanpa berpikir terlebih dahulu.

Sementara Osamu hanya bisa diam dan menyaksikan Atsumu yang mulai meneriakinya dan mengguncang tubuhnya dengan penuh emosi.

Osamu bingung.

Tidak tahu harus berbuat apa.

Apa yang sebaiknya dia lakukan?

"CUMAN BERHENTI DOANG! BERHENTI! INI SALAH! KAMU TAHU ITU DAN KAMU MALAH BILANG KALO KAMU GAK BISA BERHENTI?!" Atsumu mulai terengah-engah dan suaranya mulai serak.

"Dimana otak kamu?! Kamu punya otak, gak?!"

Osamu menghela nafas ketika menyaksikan Atsumu yang mulai memelankan suaranya. "Punya Tsum...."

"Dan karena aku punya, aku gak bisa berhenti ngebunuh." Osamu berkata dengan yakin dan menatap Atsumu dengan tegas.

"Ini sumber pencarian aku, aku dapet duit dari sini. Kalo aku berhenti kita bakalan gak bisa bertahan hidup!" jelas Osamu, mencoba membuat Atsumu mengerti.

Atsumu menggeleng. "Kamu bisa cari kerja lain! Dan kamu pikir aku bakalan seneng kita punya duit banyak tapi hasil kamu ngebunuh orang?! Enggak!"

"Kerjaan lain banyak Sam! Gak harus ngebunuh!" ucap Atsumu sambil terisak pelan.

"Uang yang didapat dari pekerjaan itu gak sebanyak yang aku dapetin sekarang Tsum." Osamu kembali membantah, tatapan yakinnya tak kunjung memudar.

"Terus apa masalahnya?!" Atsumu berhenti mencengkram pundaknya dan mengusap wajahnya dengan kasar. "Apa masalahnya sama itu?!"

"Kamu lebih milih uang banyak hasil kerjaan gak bener dari pada uang sedikit tapi hasil kerjaan bener?!" Atsumu menatapnya sinis dan tak percaya. "Gak beres Sam, ada yang gak beres sama kamu."

Perkataan Atsumu berhasil menyinggung hati Osamu akan hal itu.

Padahal Osamu melakukan ini agar dia bisa hidup enak, damai, aman, tentram dan terkendali.

Tetapi kenapa dia malah tidak menghargainya?

Tangan Osamu mengepal erat mendengar itu. Mencoba menahan emosinya agar tidak keluar. Tatapan yakinnya berubah menjadi tatapan kesal.

"Semua yang ada di dunia ini butuh uang!" Osamu tiba-tiba saja membentaknya dan itu membuat Atsumu sedikit tersentak dan berhenti menangis.

"Kita hidup sehari-hari butuh uang Tsum! Dan sebentar lagi kita juga bakalan punya anak! Biaya ngurus anak itu gak kecil!"

"Dan itu tanggung jawab seumur hidup! Belum lagi bayar persalinan dan yang lain. Kamu pikir itu semua gak butuh uang?!"

"Semuanya butuh uang! Dan aku gak mau anak kita nanti hidup susah!" nafas Osamu menderu tak beraturan ketika dia selesai mengatakan itu. Dapat dia lihat Atsumu sedikit takut dan kaget atas tindakannya.

Dia menghela nafas menyaksikan itu dan mulai menenangkan dirinya agar tidak lepas kendali.

Tetapi ketika dia ingin menenangkan diri, Atsumu sudah mulai berbicara lagi. "Kamu pikir aku sama anak kita bakal seneng makan uang hasil ngebunuh orang?"

Teng!

Otak Osamu kosong mendengar itu. Dia bahkan sampai membeku karena tidak tahu harus merespon apa.

Dia tidak pernah memikirkan itu, sama sekali tidak.

Habisnya....

Osamu yakin, kalau segalanya butuh uang. Dan dia juga yakin bahwa mereka tidak masalah dari mana asal uang itu, asal nominalnya banyak. Mereka akan senang.

"Enggak. Kita gak bakalan seneng bertahan hidup dari uang hasil ngebunuh orang." Atsumu melanjutkan perkataannya sambil mengubah posisinya menjadi menghadap kedepan. Menatap mobil-mobil yang masih berbaris rapih dihadapannya.

Keheningan melanda mereka sejak itu.

Tidak ada yang membuka suara, hanya suara AC dan beberapa suara langkah kaki orang yang sedang berjalan disekeliling area parkir.

Hingga akhirnya suara serak Atsumu memecahkan keheningan itu. "Gini aja."

Osamu menoleh padanya, raut wajah heran terukir diwajahnya.

"Kalo kamu gak mau berhenti ngebunuh." Atsumu menjeda perkataannya dan menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. "Kita cerai aja."

Do you get deja vu, Osamu?

Sweet Life • Osaatsu[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang