Atsumu tersenyum lebar sambil menatap kagum lukisan yang baru di dapatkan Osamu tiga hari yang lalu itu.
Lukisan yang tadinya hanya bisa ia lihat di handphone, kini berada tepat di hadapannya. Bahkan terpajang rapih di dinding kamarnya itu.
"Aku tau kamu suka sama lukisan itu, tapi berhenti dulu ngeliatin lukisan itu, oke?" tiba-tiba saja Osamu mendekat kearah Atsumu sambil membawa tote bag berukuran sedang di tangan kirinya.
Atsumu menoleh mendengar itu kemudian mengerucutkan bibirnya. "Kok berhenti sih? Aku kan masih mau ngeliatin lukisannya!!"
Osamu berhenti tepat di hadapan Atsumu kemudian mengacak surainya dengan lembut. "Nanti lagi, kita harus USG hari ini."
Atsumu bergidik mendengar itu dan segera menggeser badannya agar sedikit menjauh dari Osamu.
"J-jangan hari ini dong Sam.... Aku lagi agak gak enak badan..." ucap Atsumu dengan tampang memelasnya.
Osamu menyerngit heran mendengarnya. "Kamu kelihatan se-"
"Uhuk uhuk." Atsumu menutup mulutnya sambil berpura-pura batuk.
"Oke... Dan karena kamu sakit, makanya kita harus USG, takut kondisi kamu makin parah dan anak kita ikutan sakit."
Atsumu sontak berhenti batuk mendengar itu. Dia menatap Osamu dengan tatapan kikuknya dan menggeleng sekali lagi.
"Aku sibuk Sam hari ini, jadi gak bi-"
"Kamu dari minggu kemarin aku ajak USG selalu bilang gak bisa mulu. Emangnya kenapa?" sela Osamu sambil menatap Atsumu dengan tatapan herannya.
Atsumu bergidik mendengarnya kemudian mengerlingkan pandangannya kearah lain.
Menyaksikan tingkah Atsumu yang aneh ini membuat Osamu menghela nafasnya kemudian mendekat kepadanya lalu menggenggam tangan kiri Atsumu.
"Kenapa? Bilang aja sama aku."
"Aku..... Gak mau USG...." ucap Atsumu dengan suara pelan yang makin lama makin kecil hingga akhirnya menghilang.
Osamu terdiam sejenak mendengar itu dan kembali berkata. "Kenapa emangnya kok gak mau USG? Rumah sakitnya gak enak?"
Atsumu menggeleng sebagai jawaban.
"Dokternya gak ramah?"
Atsumu menggeleng lagi.
"Terus kenapa Tsum?"
Atsumu menatap Osamu dengan tatapan lesunya. "Aku takut Samu.."
"Apa yang kamu takutin? Ada aku di sini. Kamu gak perlu takut."
Atsumu menggeleng. "Meskipun ada kamu, aku tetep takut."
"Aku takut kalo perkembangan anak kita lambat."
"Aku takut kalo anak kita gak sehat."
"Dan... Aku takut pas kita USG nanti, dia udah gak ada di dalem sini." lirih Atsumu sambil menatap perutnya.
"Apa yang ngebuat kamu mikir kayak gitu?" Osamu melepaskan genggaman tangannya pada Atsumu.
"Aku—gak tau..."
"Tsumu... Dengerin aku, dia bakalan sehat! Aku yakin banget! Habisnya dia itu anak kita! Udah pasti dia sehat dan gak mungkin perkembangan dia lambat."
"Dan yang pasti... Dia bakalan masih ada di dalem perut kamu setiap kita USG! Pasti Tsum! Pasti! Lagian tempat itu nyaman, kenapa dia harus pergi dari situ?"
Osamu menatap lembut Atsumu dan kembali berkata. "Maka dari itu, ayo USG Tsumu."
"Kalo kamu gak USG yang ada dia malah jadi gak sehat."
"Kamu mau itu? Enggak, kan?"
Atsumu membalas tatapan lembut Osamu dengan tatapan takutnya. Namun, sesaat setelahnya tatapannya ikut melembut ketika menyaksikan Osamu yang tersenyum padanya.
"Dia anak aku, dan aku gak suka keluyuran. Gak kayak kamu yang suka keluyuran sampe lupa pulang." ucap Osamu dengan nada mengejek diakhir kalimatnya.
Sudut bibir Atsumu ikut terangkat kecil kemudian memukul Osamu pelan. "Dia anak aku juga!! Lagian aku gak suka keluyuran!" Atsumu berjalan lebih dulu dari pada Osamu.
"Yuk kita USG! Kebetulan aku juga mau beli eskrim rumah sakit lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Life • Osaatsu[✔]
DiversosJodoh itu bukan cerminan diri sendiri, melainkan kembaran sendiri.