19. Bunga Sakura

367 43 8
                                    

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.

Dua Miya tau akan hal itu. Dan karena itulah mereka melangkahkan kaki keluar dari rumah kesayangan mereka demi bisa bersosialisasi dan berbaur dengan manusia lain yang sedang melakukan berbagai macam aktivitas.

Tidak, itu hanya omong kosong belaka. Keduanya berada di luar saat ini hanya karena Atsumu ingin menyaksikan bunga sakura yang bermekaran padahal ini baru musim gugur. Belum waktunya bunga cantik nan indah itu untuk mekar.

Entah apa yang di pikirkan Atsumu sehingga ingin menyaksikan itu. Osamu pun tak tahu. Tetapi hebatnya, Osamu mau menuruti permintaan Atsumu yang sedikit tidak mungkin ini.

"Sam. Kok mobilnya gak berhenti-berhenti dari tadi? Kita kan mau ngeliat bunga sakura." Atsumu menatap Osamu dengan tatapan herannya.

Sungguh, Atsumu yakin. Sudah ada kurang lebih 45 menit bokong semoknya itu menempel pada jok mobil dan tak kunjung bangun. Tetapi herannya.... MEREKA TAK KUNJUNG SAMPAI KE TUJUAN!! Bagaimana jika bokong Atsumu jadi tepos? Bukankah itu hal yang gawat?!

"Sabar Tsum, aku lagi nyari tempat yang bagus buat ngeliat bunganya." tentu saja ini hanyalah dusta yang keluar dari bibir Osamu agar omeganya itu tetap duduk tenang dan tidak merengek.

"Tapi tempatnya jauh banget Sam... Emangnya kita mau liat dari mana sih?!" Atsumu berkata diiringi decakan sebalnya.

Dia sudah muak duduk di mobil terus menerus.

Ingin rasanya Atsumu loncat saja dari mobil dan berlari bebas.

Er.... Tapi itu sedikit agak—

Atsumu bergidik atas pemikirannya sendiri. Dia kembali mengalihkan pandangannya dari Osamu yang masih fokus menyetir dan mengabaikan perkataannya. Atsumu menatap kearah jendela. Memperhatikan tiap kendaraan, orang serta beberapa hewan yang berlalu lalang.

Hingga akhirnya pandangannya terpaku pada anak kecil yang memegang sebuah balon berbentuk persegi panjang seperti bus dengan warna biru.

Pandangannya benar-benar terhenti pada anak itu. Atsumu menatap anak itu dengan tatapan penasaran bercampur berbinar. Bahkan hatinya saja berdebar hebat hanya karena sebuah balon.

Dan sebuah keinginan kembali muncul di dalam dirinya.

"Samu!!! Aku mau terbang naik balon!!!"

Osamu mendesis tepat setelah Atsumu mengatakan hal itu dengan semangat dan menatapnya berseri-seri.

Terbang?

Menggunakan balon?

JANGAN BERCANDA TSUM, OSAMU MASIH MAMPU MENYEWA HELIKOPTER DAN JUGA PESAWAT! MENGAPA HARUS BALON?!

Osamu menggeleng keras mendengar itu. Oh ayolah jangan bercanda. Bagaimana jika terjadi sesuatu terhadap Atsumu dan bayinya ketika terbang menggunakan balon. Lagi pula butuh berapa banyak balon untuk menerbangkan seorang manusia yang mempunyai dosa sangat banyak semasa hidupnya?

"Aku mau terbangnya pake balon bus warnya biru!! Ya Samu ya!! Ayo kita terbang!! Gak usah liat bunga sakura. Aku mau terbang aja!!"

TIDAK!!

TIDAK BOLEH!

"Tsum, tolong jangan ngaco gitu..... Manusia mana bisa terbang make balon..." Osamu berusaha untuk meyakinkan Atsumu dengan lembut.

"Bisa kok! Bisa! Aku nonton film apa gitu balon malah bisa nerbangin orang!"

"Ayolah Samu!! Emangnya kamu gak mau ngeliat pemandangan dari atas?!" Atsumu masih bersikukuh dengan ucapannya.

"Kan bisa pake pesawat, atau helikopter Tsum... Ah! Kalo gak naik balon udara aja, mau?" tawar Osamu.

Atsumu menggeleng. "Gak mau, aku takut. Maunya naik balon bus biru aja!!"

KEBALIK!!

HARUSNYA KAU TAKUT JIKA MENAIKI BALON BUS BIRU ITU MIYA ATSUMU!!!

Osamu menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan.

Osamu menoleh kemudian menatap lembut Atsumu. "Aku sayang kamu Tsum."

"Tapi jangan mentang-mentang aku sayang kamu, kamu minta aku maki-maki kayak gini, ya." Osamu berkata sambil mengeluarkan senyum tipis bercampur horornya.

Atsumu yang menyaksikan senyum itu bergidik sesaat sebelum akhirnya menundukkan kepalanya seolah tak berani menatap Osamu.

"Papah kamu jahat banget nak, masa dia gak bolehin Mamah naik balon bus biru. Nanti kalo udah gede kamu jangan jadi kayak Papah kamu, ya." Atsumu berkata sambil mengusap lembut perut ratanya itu.

Osamu yang mendengar itu sontak berhenti tersenyum dan malah melotot. "Hey! Tsumu, jangan bicara seperti itu! Bagaimana jika nanti dia mendengarnya?!"

Atsumu meliriknya sekilas kemudian tersenyum. "Gak papa, kan itu tujuan aku. Biar anak kita tau kalo Papahnya jahat."

Jleb

Oh...

Jadi ini, ya definisi dari kalimat 'pernah sakit tapi tak pernah sesakit ini'.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Oke cok gwe pen beri inpo, kalo beberapa hari—minggu kedepan gwe gk bakal up dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oke cok gwe pen beri inpo, kalo beberapa hari—minggu kedepan gwe gk bakal up dulu. Pertama mulai hari ini dan kedepannya gwe jadi manusia yg miskin internet a.k.a gk punya paket+wipi. Kedua karena minggu depan dh mulai puasa jdi stop dulu cerita blnya😘. Gwe akan up lagi abis lebaran. Oke babay, sampe jumpa habis lebaran~

Sweet Life • Osaatsu[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang