Atsumu perlahan membuka matanya. Kesadarannya mulai kembali ketika efek obat biusnya habis. Matanya mengerling untuk melihat situasi sekelilingnya. Hingga akhirnya terpaku pada dua orang yang asyik bercumbu ria di depan pintu ruangan itu..
Atsumu mendesis menyaksikan itu. Er.... Dua orang ini..... Apakah dia tidak punya malu?
Tetapi, bukan itu yang harus ia pikirkan. Dia harus memikirkan cara agar dia bisa melepaskan tali yang mengikat kaki dan tangannya ini.
"Em.... Bisa tolong lepasin aku?" Atsumu berkata dengan suara yang pelan, ada rasa takut dalam dirinya ketika dia mengatakan ini.
Kedua orang itu sontak berhenti melakukan kegiatan mereka kemudian mendelik kearah Atsumu.
Si surai hitam—Kageyama malah berdecak sebal dan menatap Atsumu dengan tajam. Berkat ucapan Atsumu itu, dia jadi harus berhenti mencumbu omega manisnya itu.
Sementara Hinata, omega milik Kageyama itu malah terkekeh geli dan membelai lembut pipi Kageyama kemudian mendekat pada Atsumu.
"Eh... Udah bangun? Gimana tidurnya? Nyenyak gak?" tanya Hinata sambil berjongkok agar setara dengan Atsumu.
Atsumu menggeleng pelan mendengar itu. "E... enggak...."
Tatapan Hinata berubah menjadi heran ketika mendengar itu. "Kenapa? Kok gak nyenyak?" sesaat setelahnya tatapan herannya berubah menjadi tatapan remeh dan mengejek. "Ah..... Pasti karna gak ada Osamu, ya?"
Atsumu terkejut mendengar itu. Dia.... Dia mengenal Osamu?
"Ke—nalannya Osamu?"
Hinata tertawa renyah mendengar itu kemudian mengangguk. "Kurang lebih."
Mata Atsumu berbinar mendengar itu. Jika dia kenalannya Osamu dia pasti akan membantu Atsumu untuk melepaskan diri dari sini, kan?! Iya, kan?!
"Benarkah? Kalau begitu tolong lepaskan tali ini! Aku.... Aku.... Ingin bertemu Osamu."
Sekali lagi Hinata tertawa renyah kemudian menatap langsung ke mata Atsumu dengan tatapan datar dan dinginnya. "Tidak bisa. Jika aku melepaskanmu si brengsek itu tidak akan ke sini."
Atsumu membeku ketika mendengar itu dari Hinata. Jantungnya berdegup kencang karena ketakutan. Bahkan tangannya saja gemetaran.
"B-brengsek?" Atsumu mengucap kata itu tanpa sadar.
"Ah maaf, kau tidak mengenalinya jika aku menyebutnya brengsek, kan?" Hinata bangkit dari jongkoknya dan mendekat pada Kageyama. "Maksudku Osamu. Miya Osamu. Suamimu itu adalah orang brengsek yang ku maksud."
Mata Atsumu membulat ketika mendengar itu. Tangannya yang diikat mengepal kuat. Ada rasa tidak terima di dalam dirinya ketika Osamunya di sebut brengsek oleh orang itu.
"Osamu gak brengsek! Jaga ucapanmu!" balas Atsumu dengan cepat.
"Kau yang seharusnya menjaga ucapanmu, bodoh." Kageyama berkata sambil merangkul Hinata dengan erat. "Jika dia tidak brengsek, seharusnya dia tidak membunuh Tuan Arito."
"Apa maksudnya dengan membunuh?!" Atsumu berkata dengan tatapan tak percayanya. "Osamu tidak pernah membunuh siapapun!"
Kageyama menatapnya dengan tatapan menjijikan. Dia merasa mual ketika mendengar Atsumu mengatakan itu. Bisa-bisanya dia berkata bahwa Osamu tidak pernah membunuh. Dia seperti...
Menyemprot parfum pada tumpukan bangkai.
"Dia membunuh Tuan Arito, brengsek!" Hinata berkata dengan nada yang cukup tinggi. Dia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Menahan semua emosinya di sana.
"Tidak! Osamu tidak membunuhnya!" bantah Atsumu.
Karena memang itulah yang Atsumu tahu.
Osamu tidak pernah membunuh siapapun. Dia hanya orang berhati baik yang terkadang tidak bisa mengendalikan emosinya.
"DIA MEMBUNUHNYA!"
"OSAMU MEMBUNUHNYA!"
"SI BRENGSEK TAK TAHU DI UNTUNG ITU MEMBUNUH TUAN ARITO!"
Hinata memekik kuat-kuat. Nafasnya bahkan terengah-engah akibat hal itu. Sementara Atsumu malah membeku. Tidak percaya dengan apa yang Hinata katakan.
Dia tidak percaya, benar-benar tidak percaya. Tetapi... Ekspresi Hinata saat mengatakannya. Emosi yang Hinata keluarkan. Bahkan tatapan matanya saja seolah-olah mengatakan bahwa seperti itulah adanya.
Osamu membunuh orang yang bernama Arito ini.
"G-gak.... Samu... Samu gak bunuh orang...." Atsumu masih berusaha membantah. Kali ini suaranya menciut.
"Dia membunuh orang. Tidak hanya satu. Dia membunuh banyak orang demi bertahan hidup. Demi dia bisa bertahan hidup di dunia ini." Kageyama berkata sambil meremas bahu Hinata yang dia rangkul. "Kau bahkan tidak mengetahuinya? Apakah si brengsek itu benar-benar menganggap kau adalah istri serta keluarganya?"
Otak Atsumu seketika kosong berkat pertanyaan yang di lontarkan oleh Kageyama. Otaknya seketika berhenti bekerja. Tidak memproses apapun. Bahkan dia tidak tahu harus merespon seperti apa saat ini.
BRAKKKK
"KEPARAT! KELUAR KAU SAKUSA!"
Ketika mereka bertiga di landa keheningan tiba-tiba saja mereka mendengar suara Osamu yang berteriak kencang. Mereka yakin, Osamu baru saja mendobrak pintu masuk secara paksa.
"Dia datang." Kageyama berkata sambil tersenyum miring. Dia melepaskan rangkulannya pada Hinata kemudian menatapnya dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Aku akan bergabung dengan yang lain. Kau harus menjaga si pirang ini."
Hinata mengangguk mendengar itu kemudian melambaikan tangannya ketika perlahan Kageyama mulai pergi dari pandangannya.
"Samu....."
Hinata yang mendengar perkataan lirih Atsumu sontak membalikkan badannya. "Tenang saja, kau akan kembali bersama Osamu lagi."
Sudut bibirnya terangkat lebar, membentuk seringai jahat di wajahnya. "Tetapi kali ini di neraka, oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Life • Osaatsu[✔]
DiversosJodoh itu bukan cerminan diri sendiri, melainkan kembaran sendiri.