4. Hobi Baru

7.2K 1K 26
                                    

~Happy Reading~
Bab 7 cerita ini udah up di karya karsa loh, yang penasaran bisa cek ke sana yahh, di Karyakarsa up lebih cepat

"Masuk!" kata Rama ketika mendengarkan ketukan di pintu ruangannya, padahal dia sudah siap istirahat makan siang.

Ternyata Adrian yang masuk membawa sebuah kotak dari salah satu brand makanan dekat universitas, Rama menyernyit heran,"Lo bawa bekal juga sekarang?" 

Tanpa menunggu persetujuan Adrian sudah duduk di kursi seberang tempat duduk Rama, "Nggak, sejak lo nikah gue nggak ada temen makan di kantin, jadi gue beli lewat ojol."

Sedangkan Rama tertawa mendengar itu, sembari dia juga menyiapkan bekal makan siang yang dia bawanya,"Kemaren makan di luar tuh sama Bu Hani." 

Rama tersenyum mengejek ketika melihat wajah canggung,"Yaelah," jawab Adrian tidak bisa berkata apa-apa. 

"Apa yaelah-yaelah?" Rama tentu mengetahui desas-desus kencan temannya ini walaupun orangnya belum mengakui, katanya sih mulai akrab ketika Rama cuti menikah beberapa minggu lalu.

"Eh gue liat perut lo makin keliatan kayak bakpao aja, roti sobeknya abis?" Upaya pengalihan topik Adrian berhasil. 

Rama melihat kebawah dan mengusap perutnya yang memang dia akui sedikit mengembang,"Masa sih?"

Adrian menatap aneh pada teman karibnya itu yang sekarang senyum-senyum sendiri,"Istri gue punya hobi baru Dri." 

"Apa hubungan-nya?" Apa efek menikah sebegitu besarnya? sampai membuat perut sixpack Rama menjadi one pack.

"Hobinya masak, tiap hari ada aja resep baru." Rama tampak berfikir, mengingat-ingat apa saja yang pernah istrinya masak entah yang gagal atau berhasil dengan presentase rendah hingga tinggi.

Adrian tertawa,"Dan lo target-nya?"

Rama mengangguk,"Tentu, mertua-mertua gue nggak terlalu suka manis dan makanan aneh-aneh, jadi semua lari ke sini."

"Look." Rama menunjukkan kotak makannya pada Adrian, ada nasi dengan chicken katsu serta sayur juga buah, lengkap sekali.

"Makanan enak tuh." Adrian menatap penuh minat, tetapi Rama menarik kotak makannya dan menutup itu, menjauhkan dari jangkauan Adrian.

Tetapi mengeluarkan sekotak cookies,"Nih ada camilan juga."

"Kayaknya lo harus mulai GYM." Saran Adrian sambil menyemili cookies yang baru di hidangkan Rama, bisa-bisa setoples habis olehnya.

Rama mengangguk,"Gue cari info ntar." dan mulai membuka kotak makannya lagi, mulai memakan makan siangnya sebelum kembali ke aktivitas mengajar dan lain-lain.

***

"Mas, lihat!" Laras memasuki kamar membawa nampan berisi satu potong kue dan segelas teh hangat, lelaki itu baru saja keluar dari kamar mandi setelah membersihkan diri sepulang kerja.

Wanita itu duduk di salah satu tempat duduk yang ada dalam kamar, menaruh nampannya pada meja,"Taraaa." 

Rama duduk di sebelah Laras "Apa itu?"

Laras justru berdiri ketika suaminya duduk, mengambil alih handuk yang ada di pundak Rama, dan mengeringkan rambut lelaki itu,"Crepe cake." Sementara Rama mencoba  kue buatan Laras.

Masih berdiri di belakang Rama dengan tangan yang mengusap rambut suami dengan handuk, Laras mencoba melihat lebih jelas wajah suaminya ketika memakan kue,"Enak?"

Rama mengangguk,"Masih banyak? ayah sama ibu mau gak?"

"Nggak doyan mereka." Laras pergi menjemur handuk ke tempatnya, lalu kembali dengan sisir berwarna pink hitam dan mulai menyisir rambut Rama.

"Kirim ke Mama aja, besok kita kan mau ke sana," kata Rama setelah Laras kembali ikut duduk di sofa sebelahnya.

Wanita itu mengangguk, sedikit berfikir lalu berkata dengan semangat,"Jangan lupa belanja lagi."

"Kamu ada resep apa lagi?" Laras merebahkan diri ke pangkuan Rama, biasanya seperti saat seperti ini digunakan untuk bercerita banyak hal tentang hari ini dan sebagainya.

"Ada deh." Rama memencet kedua pipi istrinya karena gemas dengan jawaban yang diberikan, bibir Laras mengerucut akibat itu dan hanya bisa tertawa sebisanya.

Rencana ke rumah mama mertua seperti yang di bilang Rama kemarin adalah rencana dari dua minggu lalu yang selalu tertunda, Laras sampai tidak enak sendiri. Tetapi hari ini dia bawakan cake buatannya berharap mama Rani suka, karena dari dulu dia selalu membeli untuk dia bawa.

Reaksi wanita paruh baya itu terlihat meyakinkan, mengangguk-angguk dengan terus perlahan menyuapkan potongan berikutnya,"Gimana Ma?" tanya Laras memastikan.

"Enak, kamu sering buat beginian?" Laras mengangguk, hobi baking nya berguna saat-saat dia menganggur sekarang, sudah banyak dan lama dia mengirim surat lamaran tetapi belum mendapat jawaban pula,apalagi mempertimbangkan status baru yang disandangnya sekarang, sebagai seorang istri.

"Pantes Rama cari tempat gym." Mama Rani tertawa mengingat ketika suaminya bercerita tentang kekagetannya saat bertemu anak lelakinya pertama kali setelah menikah.

Laras memandang Mama Rani heran, Rama belum menceritakan apa yang lelaki itu rencanakan,"Mas Rama ngeGym?"

"lIat tuh." Mereka melihat ke arah Rama yang sedang berbaring di sofa dan menonton TV, terlihat   perutnya tidak se rata dulu, Laras tertawa kecil atas itu, oke sepertinya dia alasan utamanya.

"Kenapa nggak coba kamu jual aja kue-kue kamu?" Laras yang awalnya sudah ikut menikmati acara TV yang barusan Rama simak akhirnya menoleh, menatap ibu mertuanya.

Sebenarnya sudah ada masukan yang sama dari ibunya sendiri, hanya saja rasanya Laras masih mengharap mendapat panggilan dari beberapa perusahaan incarannya,"Belum kepikiran."

"Atau mau buka toko kue aja?" tawar Rama yang sekarang duduk menghadap ke arahnya.

Wanita itu tersentak dengan ide suaminya, menggeleng tidak setuju,"Hah, nggak dulu."

"Kenapa?" Kalau di tanya kenapa, kalau misal Laras jelaskan bagaimana kira-kira respon nya? Dia sebenarnya bukan ambisius sekali harus bisa masuk dalam perusahaan impiannya, tetapi dia adalah tipe manusia yang akan memperjuangkan hal yang di inginkan selagi bisa.

"Aku pikir-pikir dulu," jawab Laras akhirnya, sebenarnya dia pun sedang sibuk mempersiapkan surat lamaran ke tempat lain, dia memang memiliki plan B, tetapi Laras masih belum menemukan titik dimana dia harus menyerah dengan planning pertamanya.

"Kenapa sih? nggak mau cerita?" Hari ini mereka memutuskan menginap, Rama memberondong pertanyaan ketika lelaki itu telah menyusulnya ke dalam kamar.

"Aku mau cari pengalaman kerja sama orang lain juga, kalau pun nggak di perusahaan incaran aku, nanti kalau aku rasa harus pakai plan B aku bakal bilang kok ke mas." Laras tersenyum menatap Rama yang sekarang duduk di sebelahnya, bersandar pada kepala ranjang.

"Okey, perlu bantuan?" lagi-lagi Laras menggeleng, dia tidak terlalu memilih pekerjaan sebenarnya, tetap kembali lagi kepada statusnya yang sudah menikah dan memiliki tanggung jawab di rumah.

"Ohiya, mas jadi cari tempat gym?"

Rama menggeleng,"Nggak, mungkin bakal beli beberapa alat olahraga di rumah." Jika di pikir-pikir banyak yang bisa dilakukan di rumah, dan baiknya lagi dia masih bisa melihat istrinya seliweran.

"Kenapa?" Laras sedikit mengerutkan keningnya.

"Mager." Astaga, Laras membeku sesaat, apa Rama mulai terpapar hal negatif miliknya? salah satunya mageran?.

Bersambung....
See you next part yaoo
Makasih udah unggu yak, selamat berpuasa gais, wkwk
Nanti malam lebaran aku kasih update an dehhh

BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang