14. Hiu

5.6K 623 40
                                    

~Happy Reading walaupun judulnya agak mencurigakan~

"Assalamualaikum." Tumben sekali kepulangan Rama tidak disambut dengan istrinya yang menonton tv di ruang keluarga, hampir saja Rama keluar rumah dan menengok ke rumah mertuanya, kali saja Laras disana.

"Waalaikumsalam, aku di dapur, kamu ganti baju dulu," jawab Laras membuat Rama kembali berbalik, tumben sekali masih di dapur jam segini.

Bukan bau yang familiar yang Rama cium kali ini, lelaki itu melihat apa yang Laras lakukan, menuang adonan dalam cetakan di atas kompor,"Apa itu?"

"Pengen coba buat kue pukis." Senyum istrinya tampak cerah sekali, pertanda moodnya sedang bagus.

Dengan kesadarannya Rama menawarkan bantuan,"Perlu dibantu?" Peluh Laras terlihat sekali, pasti gerah berada di depan kompor apalagi ibu hamil dengan perut besar biasanya mudah sekali gerah.

Laras menggeleng, juga mengisyaratkan Rama untuk sedikit menjauh memberinya ruang gerak,"No no."

"Pakettt." Keduanya kompak saling melihat, tetapi tidak ada yang beranjak berdiri.

Dengan cengiran-nya Laras meminta tolong pada suaminya itu,"Mas tolong ambilin."

Rama membuka pintu, menerima paket sedang dari kurir yang sudah dia hafal sekali,"Terima kasih."

Lelaki itu menunggu sampai kurir pergi, tetapi nyatanya masih diam di tempat sambil menatapnya,"Ng... Mas itu paket COD." Rama mengembalikan paket ke tangan kurir, tanpa banyak bicara masuk kembali mengambil sejumlah uang dan membayarnya.

Begitu kembali memasuki rumah, Laras sudah duduk di ruang makan dengan wajah murung, matanya berkaca-kaca,"Kenapa?" Tentu ini gawat untuk Rama sebagai suami, yang paling terdampak dari mood Laras.

"Nggak enak," kata Laras sebelum menangis di meja makan.

Rama menggaruk tengkuknya bingung, lalu mencoba kue buatan istrinya, senggak enak apa sih sampai istrinya menangis,"Enak kok." Dia tidak berbohong, rasanya sama seperti pukis biasa, hanya sedikit ada bau telur.

Laras menjauhkan piring dari jangkauannya atau Rama,"Bohong, nggak enak gitu." Dan melanjutkan tangisnya.

"Yaudah ayo beli," tawar Rama berniat memperbaiki kondisi suasana hati istrinya.

Laras berjalan menuju kamar, meratapi makanan buatannya yang tidak sesuai keinginan ngidam-nya,"Nggak."

"Mau mas beliin aja?" Rama masih tidak menyerah memperbaiki mood istrinya.

Lelaki itu mendekat pada Laras yang merebahkan diri menghadap tembok,"Mau makan apa malam ini?"

"Nggak tau." Nadanya masih begitu ketus, padahal Rama tidak tau menau bagaimana ceritanya pembuatan kue pukis itu.

Rama keluar kamar, memiliki ide bagus sekali,"Ohiya, paketnya nggak mau dibuka?" Dia kembali membawa paket yang baru datang tadi, sebelum tragedi kue pukis.

"Oh." Laras membalikkan badan, seolah baru mengingat sesuatu dan mendekat pada Rama meminta paketnya untuk dibuka.

Rama melongo melihat isinya, berbeda dengan Laras yang begitu antusias melihat isinya, wanita itu mengangkat barangnya tinggi-tinggi,"Wahhh, bagus kan?"

"Banyak amat beli 2?" Barang yang dibeli bukan barang yang cepat habis, tapi barang awet yang tidak habis begitu saja.

"Kan sama Mas." Rama yang sedang mengusap sisa air mata istrinya sontak berhenti.

Rama harus memakai sandal warna biru itu? bukan, bukan warnanya yang menjadi masalah tetapi bentuknya,"Hah?" Sandal itu berbentuk ikan hiu.

"Iya biar kita kembaran." Perasaan Rama mendadak tidak enak.

BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang