5. Quality time katanya

8.7K 997 27
                                    

~Happy Reading~
Selamat berlebaran, mohon maaf lahir dan batin yah

"Mas." Sayup-sayup Rama mendengar suara Laras memanggilnya, tetapi dia tidak cukup yakin itu mimpi atau nyata.

Sedangkan melihat Rama hanya merenggangkan tubuh lalu berbalik membelakanginya membuat wanita itu berdecak kesal,"Mas bangun."

"Cepetan katanya mau olahraga." Laras menarik selimut tebal yang membungkus tubuh suaminya.

Merasa kehilangan kehangatan, Rama meringkuk agar tetap hangat walaupun sia-sia saja karena udara di rumah mertuanya ini begitu dingin,"Masih gelap."

"Iya, makanya ayo pergi biar bisa lihat sunset di bukit." Laras masih saja menarik-narik tangan suaminya, selesai sholat lelaki itu tertidur kembali dengan alasan hari ini adalah hari libur, sedangkan Laras sudah membuat rencana untuk menaiki bukit untuk olahraga.

Mau tak mau Rama bangkit dari tidurnya, dia duduk mengumpulkan nyawanya melihat Laras yang nampak sudah rapi, setidaknya sudah tidak memakai baju tidurnya. Lelaki itu segera bersiap, mengganti pakaiannya dengan celana panjang dan melapisi kaos putihnya dengan sweater hangat.

"Ayok." Laras sudah siap dengan satu tumblr di tangannya dan tidak lupa membawa smartphone milik Rama, alasannya karena dirasa hanya butuh satu untuk pencahayaan jalan.

Rama bergidik kedinginan,"Dingin banget." Dilihatnya Laras juga menggunakan outer rajut tebal dan kulot andalannya, cukup aman juga dari hawa dingin apalagi istrinya itu lebih tahan dingin daripada dirinya.

"Mumpung kamu libur, sambil refreshing juga kan? nggak bosen apa lihat gedung mulu?." Laras memimpin jalan dengan penerangan dari samartphone suaminya.

Rama malas sekali bergelut dengan hawa dingin seperti ini, apalagi sekarang mereka akam berjalan di alam,"Tapi ini dingin."

Jalanan di depan mulai sempit karena memasuki persawahan, Laras berhenti sejenak memberikan tumblr yang berisi air hangat pada Rama,"Pegang ini."

Mereka melanjutkan jalan dan Laras masih memimpin jalan, dia yang tau jalan mereka akan ke mana sekarang,"Ini kalau ada uler nggak keliatan sih yang." 

"Ya nggak usah di lihat." Tangan Laras menangkap genggaman tangan suaminya, menggendeng lelaki di belakangnya itu supaya tetap pada jalurnya.

Semakin berjalan lama, semakin juga jalan yang di lewati itu menanjak dan lama-kelamaan cahaya alami dari matahari terlihat, membuat jalan mereka tidak sesulit sebelumnya. Langit berwarna pink kebiruan ketika mereka mencapai tempat tujuan, pas dengan matahari yang mulai muncul dan masih terlihat beberapa bintang bahkan bulan, cantik sekali ciptaan tuhan.

Rama membantu Laras duduk di pagar pembatas yang cukup lebar, sementara wanita itu fokus dengan kekagumannya pada langit,"Aku sampai nggak tau mau ngomong apa." 

"Nggak perlu bicara, cukup syukuri saja bisa melihat pemandangan begini indahnya," ucap lelaki itu ikut menikmati langit mulai berubah warna si setiap menit yang dilalui, nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan?.

Laras menerima uluran tumblr dari suaminya, sudah tidak sehangat sebelumnya tapi bagus lah masih ada untuk mengatasi haus setelah melewati tanjakan,"Banyak sekali hal yang bisa kita syukuri dari pemberian tuhan, yang terkadang luput dari kesadaran kita sebagai manusia."

"Ada jalan yang bagus begini dan kamu ngajak aku lewat jalan kayak tadi?" tanya Rama tidak menyangka, mereka akhirnya mulai perjalanan pulang menyusuri jalan mulus yang pemandangannya masih saja indah, tidak terlalu menanjak atau menurun seperti jalan yang mereka lewati sebelumnya.

"Tadi lebih deket," jawab Laras begitu enteng, rencananya memang seperti itu, mengajak Rama pergi dengan jalan pintas yang sedikit ekstrem agar lebih cepat.

Terdengar sang suami menghela nafas lelahnya, seoanjang jalan beberapa kali mereka mendapatkan sapaan dari orang yang dikenal, satu hal yang membuat Rama awalnya cukup bingung adalah rasanya dia harus menghafal semua orang di desa ini setelah menikah, setiap dia keluar rumah selalu ada yang menyapa tetapi dia sendiri selalu bingung yang menyapanya termasuk tetangga yang mana atau saudara jauh yang mana, banyak sekali.

Jam menunjukkan pukul enam kurang 10 menit, tidak terasa saampai kawasan rumah warga kembali dan melihat para warga sudah mulai bekerja bahkan di sebuah kebun bunga sedang sibuk panen pagi. 

"Wah, habis jalan-jalan ya." sapa satu lelaki yang berdiri di tepi jalan, sepertinya baru keluar dari greenhouse dengan seikat besar bunga di pelukannya.

Rama tertawa mendengar sapaan dari Satria,"Wah, iya sat, olahraga dikit, produktif banget nih weekend-weekend." Mereka baru benar-benar kenal setelah acara pernikahan Laras dan Ra,ma ketika menyadari mereka sekarang menjadi tetangga, bukan hanya sesama dosen dari satu kampus yang sama.

"Ya gini deh, refreshing lihat bunga-bunga dan dapet duit." Iseng Satria melempar satau tangkai bunganya pada Rama, dan untung di tangkap dengan baik oleh suami Laras itu.

"Iya bener, kalau nggak ada duit weekend pun pusing." Laras tertawa kecil mendengan dua lelaki di hadapannya bercanda ala bapak-bapak, mereka mengobrol banyak hal sampai Laras bosan sendiri menunggu, bahkan Satria berakhir hanya mengawasi proses panen sambil mengobrol dengan Rama.

Saking lamanya tukang sayur yang biasanya berjualan di jam 7 pagi pun sudah menjajakan dagangannya, sepertinya hampir satu jam obrolan Rama dan Satria tadi,"Mau makan apa, sekalian belanja."

"Apa aja deh." Kenapa sih? ini para lelaki apa tidak tau sulitnya menentukan menu makanan sehari-hari, tiap hari mikir menu terus.

Laras mengambil sebuah tempe,"Mendoan kayaknya enak."

Rama mengerutkan keningnya heran,"Yang kita abis olah raga masa makannya gorengan." Sedangkan sang istri hanya tertawa saja, lupa dengan fakta satu itu, jadi mereka memutuskan membeli beberapa sayur dan daging saja.

Sampainya di rumah pun di lanjut dengan acara melihat koleksi bunga milik Laras yang mulai bermekaran, membantu istrinya memindah ke pot yang lebih besar untuk tanamannya dapat bertumbuh lebuh baik, bukan hobi Rama tapi rasanya sama saja seperti saat dia harus membantu mamanya di kebun dulu.

"Ini kalau gedean lagi taroh depan sana bagus kali ya mas." Dengan bangga Laras menyentuh-nyentuh daun Hydrangea, melihat bunga cantik itu sedang mekar.

"Pernah lihat di internet, itu bisa gede banget pohonnya yang, taroh pojok aja." Akibat hobi istrinya, Rama juga harus mempelajari hal semacam ini supaya lebih mengerti ketika wanita itu bertanya.

Lagian Laras ini masih saja nekat bertanya padanya, padahal tau suaminya bukan hobi tanaman juga, tetapi Rama juga bukan tipe langsung menyerah begitu saja, seringnya dia akan mengajak Laras menonton edukasi dari youtube atau membaca artiket terkait.

Mengingat gambar bunga serupa di media sosial, Laras menyadari sesuatu,"Tapi bunganya nggak bisa gede kayak yang dijual ya."

"Titipin Satria aja, pasti bisa subur." Laras menatap Rama yang sibuk menyesap teh hangat, suaminya tidak salah juga, tetapi bukan begitu maksudnya.

Sadar di pandangi, lelaki itu menoleh,"Apa? bener kan?" 

"Udah deh, mau ngapain lagi setelah ini?" Laras menyerah, sepertinya mereka harus sudah pindah pada kegiatan lainnya.

"Mau nonton berita?" tawar Rama, melirik TV yang masih hidup sudah menampilkan berita.

Laras masih diam, lalu Rama menyarankan hal lain lagi,"Baca buku?"

Dan tidak lama lelaki itu kembali menyarankan satu kegiatan,"Atau eksperimen di dapur?"

Sebenarnya Laras ingin menyarankan kegiatan belanja online melewati smartphone lelaki itu saja, sepertinya seru sekali.

Bersambung...
Update flower romance nya besok, soalnya belum sempat ngetik dikarenakan malam ini sibuk nurutin ponakan ikut pawai keliling kampung wkwk

BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang