10. Suami friendly

6.1K 775 22
                                    

~Happy Reading~
Tandai jika ada typo atau kesalahan

"Ini Mas Rama beli bubur ayam dimana sih?"

Hari ini itu hari minggu, hari bersantai dan biasanya memang di pagi hari pasangan ini memutuskan membeli bubur ayam. Dan hari ini Rama suka rela berangkat sendiri membeli bubur ayam, dan sepertinya memperbolehkan lelaki itu pergi sendiri keputusan yang salah, nyatanya sudah satu jam lebih tidak kembali juga.

"Assalamualaikum." Nah, akhirnya yang di tunggu-tunggu datang juga.

Laras keluar dari kebun samping, menyudahi aktifitas menyiram tanaman-tanamannya, "Waalaikumsalam, habis beli bubur di mana sih?"

"Di tempat biasa kok." Rama berjalan menuju dapur, diikuti Laras dibelakangnya untuk segera sarapan bersama.

"Tapi lama banget perasaan." Kali ini Laras tinggal duduk manis saja menunggu Rama menyajikan dua bubur ayam, khusus hari libur lelaki itu mengambil alih beberapa tugas rigan, katanya meringankan beban Laras di rumah.

Lelaki itu hanya menggaruk tengkuknya dengan wajah tidak enak,"Tadi ngobrol dulu sama penjual mainan yang lagi sarapan di sana."

Salah satu kebiasaan Rama yang agak membuat Laras sering kesal tapi tidak bisa kesal, itu adalah Rama yang sering kali mengajak berbicara orang asing. Entah penjual, pegawai pom bensin, mbah-mbah di pasar atau sekedar orang random yang biasa mereka temui di luar rumah.

Dengan mahasiswa boleh saja tidak banyak bicara, tapi dengan orang tua random lelaki itu bisa ngobrol hal apapun sampai kemana-mana. Terkadang Laras sampai bosan menunggu suaminya itu bersosialisasi, tetapi di sisi lain itu suatu hal yang bagus.

Seperti ketika ke pasar beberapa hari yang lalu, Rama yang katanya lelah mengikuti Laras yang terus memutari pasar luas itu akhirnya memutuskan menunggu di tempat parkir, tetapi ketika Laras selesai dia tidak menemukan Rama di sana, dia pikir lelaki itu sedang membeli sesuatu, jadi memutuskan menunggu di tempat parkir juga.

"30 menit, motornya di sini, nggak mungkin dia pulang duluan." Laras celingak-celinguk dari berdiri, duduk di kursi kosong di sana, sampai berdiri lagi saking lamanya dia menunggu sang suami.

Sampai Lelaki paruh baya menghampiri nya,"Ojek mbak?"

Wanita itu menggeleng, menolak dengan sopan,"Nggak pak, saya nunggu suami saya."

"Lah kemana? tak lihat-lihat mbaknya sudah setengah jam duduk sendiri di sini." Si bapak ojek di hadapan Laras saja sampai bingung juga melihat sekitar, tidak ada tanda-tanda ada lelaki mengenal wanita di hadapannya itu.

"Nggak tau nih dia kemana, katanya tadi nunggu di sini." Laras lama-lama sebal juga menunggu suaminya ini.

"Pulang duluan kali mbak suaminya." Wanita itupun tak yakin dengan opini lelaki di hadapannya, masa iya dia pulang dengan ojek online, tega sekali meninggalkan istrinya.

"Ini motornya." Tunjuk Laras mada motor matic mereka, dia yakin tidak salah motor kok.

Karena mereka pergi ke pasar pagi sekali, tidak sarapan terlebih dahulu jadi daripada kesal dengan keadaan lapar, lebih baik Laras mencari jajanan pasar, berbelanja makanan enak untuk melampiaskan rasa kesalnya,"Ya allah." gumam Laras setelah melalui belokan menuju penjual jajanan.

Dia melihat Rama tengah duduk bersama dan memakan klepon langsung di depan nenek penjualnya, keduanya tampak asik mengobrol.

"Mas," panggil Laras menyadarkan Rama, dari obrolan panjangnya.

"Sudah?" Hah, bahkan Laras sudah tidak memiliki tenaga untuk menjawab lagi, setelah pulang  dan Laras tanya sedang membicarakan apa sampai seseru itu dengan nenek penjual klepon.

Dan katanya,"Awalnya membahas tentang apa saja nama jajanan yang beliau jual,  perbedaan tekstur, rasa, bahkan sampai sejarah makanan itu masing-masing, aku tadi nyobain masing-masing juga hehe." 

Dan mulai saat itu Laras mulai mengetahui kebiasaan Rama yang satu itu, yang kata mama Rani baru diketahui karena sebelum menikah lelaki itu memang jarang sekali keluar bersosialisasi jika tidak memiliki alasan tertentu.

***

Siang ini mereka memutuskan pulang ke rumah orang tua Laras, biasanya mereka akan kembali hari Sabtu tetapi menyambut libur beberapa hari mereka akan mengawalinya dengan piknik sore ini, di sebuah tempat wisata yang akan mereka lewati sebelum pulang.

Sambil melihat jalanan, Laras membuka obrolan mereka,"Kadang tuh aku bingung sama kamu mas."

"Kenapa?" Rama menanggapi masih dengan fokus ke jalan raya.

"Kadang irit ngomong, kadang friendly banget." Awal-awal menikah memang banyak sekali kejutan nya, entah sifat yang baru terlihat atau kebiasaan yang baru muncul setelah menikah.

"Tergantung lawan sih sebenarnya, dan bobot obrolannya, dari orang-orang baru kita juga bisa dapat insight baru." Contohnya ketika bercerita dengan orang berbagai profesi tentang pekerjaan nya, kita belajar hal baru dari ahlinya dan terkadang mendapat tentang pandangan hidup dari sudut pandang lain, membuat kita bisa saja lebih bersyukur dan penuh kekaguman.

Laras mengangguk, ada benarnya juga,"Tapi kamu inii bener-bener betah bangetttt."

"Kalau sebentar ngobrol nya, mungkin antara gak ada waktu atau kita tidak terlalu nyaman dengan lawan bicara." Bahkan bicara pun ada seninya, beberapa orang memiliki cara bicara yang membuat semua orang nyaman dan ada juga sebaliknya, itu tidak didapatkan percuma atau keturunan.

"Kita sampai," kata Rama setelah berhasil mendapatkan tempat parkir.

Sudah terlihat hamparan air dan rumput hijau dari mobil mereka, Laras mengambil Tote bag dari belakang yang berisi makanan, minuman serta karpet untuk berpiknik menunggu sunset di sana.

Mereka bergandengan mencari tempat yang tidak terlalu dekat antar pengunjung lain yang juga berpiknik.

"Kapan-kapan kita piknik kayak mereka kayaknya seru." Rama melirik sebuah keluarga kecil yang tengah berpiknik, membawa kompor portable untuk memanggang makanan.

"Bolehhhh, seru ya kayaknya." Laras tersenyum sambil menata makanan mereka.

Kali ini pikniknya dengan persiapan matang, tidak seperti saat berpacaran dulu, Laras sudah menyiapkan potongan buah semangka dan strawberry, lalu mille crepes cake dan terakhir ada onigiri.

"Eh." Mereka menoleh dari arah mana bola bergambarkan bintang itu berasal, keluarga di sebelah mereka juga menatap dan terutama anak kecil yang menggigit jarinya takut.

Gadis cilik itu dengan ibunya berjalan mendekat,"Say Sorry sama tante dan omnya Naya."

"Naya minta maaf." Laras gemas sekali ketika tangan mungil itu meminta salim ke arahnya dan juga Rama, sopan sekali anak sekecil ini, Laras kagum dengan parenting orangtuanya.

"Iya, ngak apa-apa." Rama mengembalikan bola Naya disambut senyuman anak itu, Laras mengigit bibirnya, ini terlalu gemas.

Naya berlalu-lalang di sekitar mereka, bermain sendiri.

"Naya mau strawberry?" Laras menawari anak itu ketika sedang mengambil bunga rumput di dekat tikar mereka, Naya melihat jauh ke kedua orang tuanya terlebih dahulu seolah meminta izin.

Dan berakhir dengan kedua keluarga ini bertukar makanan, dan kedua bapak-bapak itu asik ngobrol sana-sini sampai sunset yang mereka tunggu datang.

BERSAMBUNG...
Ketemu egennnn
Jadi rencana hari Selasa jadwal aku up novel ini yaa, dan hari Jumat jadwal up Flower romance hehe
Balik lagi kayak dulu nih, mulai aktif dan produktif xixixi, ditunggu kelanjutannya yaaa
BTW jangan lupa beli versi novel nya sebelum mas Rama san Laras menikah nihh (kali aja ada pembaca yang langsung baca ini, nggak dari pak pacar ehehe)
See you next part atau di novel flower romance
Salam

Peony 🌷

BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang