~Happy Reading~
"Bareng aku aja nanti, kalau bawa Kian kan pasti bawa banyak barang." Rama menatap istrinya yang melamun masih dengan mukenanya, sehabis sholat subuh Laras bercerita jika semalam mendapat kabar salah satu teman dekatnya di rumah sakit.
Mereka tidak bisa tiba-tiba menitipkan Kian pada orang tua Laras atau Rama, karena orang tua mereka pun masih produktif hingga sekarang.
"Hm?" Dahi Laras berkerut bingung, yang dia pusingkan bukan sekedar berangkat ke rumah sakit, tetapi Kian bahkan masih 7 bulan dan batas minimal anak-anak memasuki rumah sakit adalah 12 tahun.
Mereka masih duduk di mushola rumah, Kian bagaimana? tenang ada baby monitor yang memantau pergerakan dan suara anak itu yang Laras akses dari smartphoene-nya.
"Kalau kamu ke Rumah Sakit, Kian biar sama aku dulu, toh hari ini pulang cepet kan." Karena jadwal Rama di hari Jum'at pun tidak begitu padat.
Laras menatap suaminya tidak yakin,"Serius?"
"Bisa, kadang juga mahasiswa pada bawa anak kok," jawab Rama percaya diri, sudah biasa terjadi memang di kampus-kampus.
Melihat wajah yakin Rama membuat Laras juga berusaha yakin,"Nanti aku nggak lama kok Mas."
"Santai aja, Kian juga biasanya betah aja sama aku." Bapak Rama masih dengan kepercaya diri-an nya, dia emang termasuk Ayah yang dekat dengan anaknya sih, kita lihat saja nanti bagaimana.
Laras sudah mempersiapkan matang-matang, membawa balita berarti harus siap dengan segala konsekuensinya, Laras menyaipkan semua dalam satu ransel serba guna. Dia memesan ojek online untuk ke rumah sakit, meninggalkan Kian bersama Ayahnya yang juga harus bekerja itu dengan wajah tidak yakin.
Rama memegang tangan kian, melambaikan tangan gemas anaknya dengan bahagia,"Dadah Bunda."
"Kian baik-baik ya, Bunda nanti balik lagi." Laras bahkan memperhatikan mereka sampai akhirnya tertutup gedung, Rama akan membuktikan bahwa dia bisa menjaga Kian.
Rama memanggil Mario, penanggung jawab mata kuliah yang akan dimulai sebentar lagi, untuk datang ke ruangan.
Anak itu sempat kaget ketika memasuki ruangannya,"Pak, ada yang bisa dibantu?"
Rama mengangguk,"Tolong bawa ini ke kelas ya, sebentar lagi saya ke atas." Dia menyerahkan ransel perlengkapan bayi pada Mario.
Terlihat sempat menggaruk tengkuk bingung, tetapi tetap mengambil ranselnya,"Baik pak."
Kedatangan Mario di kelas membuat semua menoleh,"Apa?" tanya-nya heran, padahal penampilannya dengan tas dengan gantungan boneka itu juga mengherankan.
"Cebelapa lucu cih Mario, cebelapa-" Suara salah satu temannya terhenti karena Mario menimbuk mulut itu dengan kertas laporannya.
Mario menaruh ransel hijau dengan gantungan tedy bear itu di meja dosen,"Lihat aja kejutan hari ini."
"Selamat pagi," sapa Rama dengan suara lebih lembut dan ceria hari ini.
Mood semua mahasiswa mendadak ikut baik,"Pagi."
"Saya izin ngajar sambil bawa anak, karena istri lagi ada keperluan." Lelaki itu menaruh ransel pribadinya, menyerahkan buku absen pada mahasiswa untuk mulai tanda tangan absen.
"Namanya siapa pak?" Sepertinya semua jadi tertarik dengan bayi 7 bulan itu.
Rama tersenyum melihat Kian yang sibuk menggigit teether bentuk dinosaurus, senada dengan tema pakaiannya hari ini,"Namanya Kian."
"Hai Kian," sapa mereka bersama-sama.
Antara kaget atau apa anak itu mulai membik-membik,"Eeeee."
"Cuma di sapa kok, tenang." Rama memutuskan duduk menepuk-nepuk punggung anaknya, menenangkan.
"Silahkan di mulai, siapa yang berani presentasi hasil duluan?" Se ramah-ramahnya dia hari ini, tetap saja pertanyaan itu terdengar mengerikan.
Mereka saling melirik, dalam hati berdo'a ada yang mengajukan diri atau memberi kode teman yang lain untuk presentasi lebih dulu,"Saya." Dan Mario menyelamatkan mereka.
Kian di dudukan di meja masih dengan tangan Rama yang tidak lepas darinya, anak itu sepertinya sudah mulai terbiasa sekarang dia sudah bisa tolah-toleh di tempat asing ini.
"Haaa!" Kian tiba-tiba berteriak ke arah Mario dengan kedua tangan terangkat, menyela Mario yang sedang presentasi.
Lelaki itu salah tingkah, memegang dadanya dan bersandar pada tembok di sebelahnya,"Akh."
Yang lain turut memekik,"Terlalu gemas."
Rama tertawa sejenak, tetapi kembali mengingatkan untuk fokus kembali,"Ayo di lanjut."
"Ohiya, baik pak." Mario kembali menjelaskan dengan serius pekerjaanya.
Di tengah diskusi serius dalam ruang kelas, terdengar suara bubling lucu yang menarik atensi semua orang,"Bababibu brrr bii biii." Tangan Kian berada di atas laporan Mario, anak itu menatap laporan bersampul biru itu.
Lagi-lagi Rama cuma bisa tertawa,"Lagi baca itu ceritanya."
Mereka melanjutkan diskusi dan mata kuliah 2 SKS ini dengan sesekali ada interupsi dari Kian, tidak ada yang keberatan selagi anak itu justru lebih mencairkan suasana.
Selesai dengan kelas mereka Mario mencoba mendekat, dosennya ini juga pasti butuh bantuan membawa bawaanya, "Boleh di ajak pak?"
"Kamu perokok?" Mario menggeleng, jangankan menghirup asap langsung, Rama juga menjaga Kian dari orang yang kemungkinan selesai merokok.
Bahayanya itu bukan hanya pengkonsumsi atau menghisap asap langsung saja, bahkan dari baju yang terkena paparan asapnya pun bisa membawa penyakit apalagi pada bayi. Seberbahaya itu, bahkan untuk mereka yang tidak mengkonsumsi dapat sekali terkena dampaknya.
"Yasudah coba aja." Tanpa di duga anak itu mau-mau saja di angkut oleh Mario dan di ikuti teman-teman yang lain, ada yang suka rela membawakan ransel berat Kian juga.
Rama tertawa melihat segerombolan mahasiswa laki-laki ini berusaha bermain dengan Kian sambil mengikuti Rama turun ke bawah, ke ruangan-ya.
Kian menyodorkan teether pada Mario yang menggendongnya, lelaki it meggeleng dan tertawa,"Nggak, kakak ngak suka dinosaurus."
"Tunjukin bakat mu Din." Radin yang di tunjuk menoleh, lelaki dengan rambut gondrong itu bersiul.
Kian mencari sumber suara dengan bingung, Mario menghadapkan-nya pada Radin dan,"Nghahahaha." Kian tertawa begitu melihat Radin bersiul.
Pintu lift terbuka, ternyata Laras sudah di depan sana mungkin ingin menyusul ke kelas dimana Rama mengajar, Rama tersenyum,"Halo bunda."
Laras terkejut anaknya dikerubungi mahasiswa suaminya, apalagi terlihat anak itu tertawa,"Sama siapa?" tanya Laras pada bayi itu basa-basi, mengulurkan tangan tetapi Kian tetap pada posisinya di gendongan Mario.
"Kakaknya mau sholat Jum'at loh, sini sama Bunda." Bujuknya lagi.
Mario mengangguk,"Iya, kami harus datang untuk nasi gratis setelah Jum'atan, maaf ya Kian," katanya yang spontan mendapatkan pelototan dari Rama.
Salah satu dari mereka menepuk pundak Mario, mengungkapkan pembelaan,"Eh bercanda Pak." Padahal memang perihal nasi gratis mereka selalu paling depan, tapi tidak boleh memberikan contoh buruk pada bayi.
BERSAMBUNG...
Hari ini tema OOTD Kian dinosaurus wkwk
Aku merasa lumayan produktif nulis minggu ini, tapi kemaren ternyata sempet salah upload juga hahaha, aku berusaha lebih teliti lagi dahhh
Disaat stress begini emang pelarian terbaik itu nulis sih haha, aku masih jobseeker udah 6 bulanan :') pas buka job portal rasanya pusing banget tapi nggak boleh nyerah wkwk
Kalian yang sedang mengusahakan sesuatu, semangat juga yaaa, aku tau perjalanan itu nggak mudah, tapi pasti bisaaa, pasti terlewatiii
Semangat...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama
RomancePak pacar season 2 Hanya kehidupan random Mas Rama dan Laras setelah akhirnya mereka menikah, dan karena menginjak jenjang baru berarti harus belajar dan berjalan bersama-sama karena tujuan mereka tidak akan sampai pada satu hal, banyak hal yang har...