18. Baby Kian

5K 521 19
                                    

~Happy Reading~

"Iyaa iyaa." Acara mandi Rama sore ini tidak bisa berlalu dengan tenang sepertinya, karena apa?

"Hoaaa hoaaa." Karena tangisan Kian menghantuinya, bayi itu sih menangis sepenuh hati kecewa terhadap Ayahnya sore ini.

Rama sampai resah sendiri dalam kamar mandi,"Ya Allah, sebentar nak." Entah bersih atau tidak tapi dia harus segera mengakhiri sesi mandinya segara.

Bukanya mereda, bayi 3 bulan ini semakin melengking,"Aaaaaa." Rama dengan terburu-buru segara keluar kamar mandi masih dengan handuk di atas rambutnya.

"Eh, sudah," Kata Laras terhadap bayi di sebelahnya, dari tadi keberadaan nya memang tak di anggap, si bayi sibuk menangisi sang Ayah yang tengah mandi.

Laras mengarahkan untuk Kian tepuk tangan dengan tangan kecilnya,"Yayyyy." Seolah tau, Kian tertawa memperlihatkan gusi-gusi pinknya.

"Kita lihat keluar yuk." Rama mengambil alih, karena setiap hari jam segini pasti Rama muncul di depan Kian dan anak itu sudah muli hafal wajah-wajah orang terdekatnya, tadi sepulang kerja Rama sengaja menyapanya yang tengkurap di karpet kamar sambil bermain.

Tapi setelah itu Rama beranjak membersihkan diri, meninggalkan Kian yang senyum-senyum menatap Ayahnya, membuat anak itu meraung-raung.

Rama berbalik menatap Laras yang mengikutinya,"Aku tadi beli sesuatu, sana cek."

"Buat aku?" tanya Laras kali ini memegang ujung kaos putih suaminya.

Rama mengangguk dengan senyum,"Iyalah."

"Wah terima kasih." Di meja makan ada bingkisan asing, berisikan roll cake strawberry yang memiliki warna dan motif lucu, Laras pasti suka.

"Dimakan ya, kamu nyantai aja dulu." Laras memotongnya ke piring kecil, membawanya keluar untuk dinikmati sambil mengawasi Ayah dan anak nya di sana.

Di jam sore hingga malam nanti biasanya Laras akan lebih santai, karena Kian akan menempel Ayahnya kemana-mana, dan mulai mencari Laras ketika merasa mengantuk, lapar atau haus, lebih tepatnya mencari sumber hidupnya kali ya.

"Kaaaahahaha." Sesekali Laras tertawa melihat Kian menggeliat di pelukan Ayahnya, karena godaan atau ciuman Rama sendiri.

"Paket." Semuanya menoleh, bahkan ibu Laras yang sedang dadah-dadah dengan Kian dari seberang pagar pun ikutan menoleh.

"Yang," panggil Rama mengintruksikan untuk segara menemui kurir di depan.

"Monggo." Di serahkannya kotak yang tidak terlalu besar ini, tetapi lumayan berat juga ternyata.

Laras tersenyum,"Terima kasih." Setelah beberapa bulan akhirnya dia kembali belanja online lagi.

Wanita itu membawa paketnya ke tempat duduk semula, melihat Rama dan Kian mendekat,"Ayo Kian kita unboxing paket punya Kian." Dan sekalinya membeli sesuatu, untuk Kian tidak boleh ketinggalan.

"Apa itu?" Rama mendekat namun masih dengan jarak aman, istrinya sedang memegang benda tajam untuk membuka paket.

Laras mengeluarkan beberapa,"Buku baruuu, yang ini buat Kian yang ini buat Bunda." Buku-buku mini itu tampak lucu, dengan gambar warna-warni pula, namun setelah itu di susul 2 buku tebal yang Rama yakin untuk istrinya sendiri.

Rama sih senang-senang saja, toh berarti Laras masih semangat untuk membaca dan memperluas wawasan nya walaupun dia tau harus mencuri waktu untuk membacanya. Satu buku fiksi dan satu non-fiksi, tapi yang Rama sering dengar dari Laras dari apapun yang dibaca, semua memiliki pembelajaran.

"Tumben." Dalam ingatan Rama, entah kapan terakhir kali kurir menyambangi rumahnya ini.

Laras tersenyum, menikmati bau-bau buku baru yang wangi,"Nemu review nya katanya bagus, beli aja dulu." Agak tidak baik untuk menumpuk buku baru, tapi yang penting sudah beli, nanti pasti dibaca haha.

"Nanti Mas baca dulu," kata Rama setelah melihat deskripsi singkat di belakang buku, mungkin di sela jam istirahatnya bisa mencuri waktu.

"Boleh nanti jelasin aja ke aku." Pinta Laras di angguki Rama, Laras paling suka ketika mereka bertukar informasi terkait buku atau pemikiran masing-masing dengan serius.

***

"Widih, bacaannya broh." Padahal Rama sedang menikmati sisa waktu istirahat siangnya, bisa-bisanya ada suara tengil mengganggunya.

Rama menatap sekilas rekannya,"Istriku yang beli." Melanjutkan acara membacanya.

Temannya ini heran,"Lah kamu yang baca?"

"Belum sempet dia baca, Kian merebut semua perhatiannya," jawab Rama di sahuti tawa rekannya.

"Termasuk perhatian buat kamu?" tanya lelaki yang sudah duduk saja di kursi depannya.

"Nggak apa-apa, untung dia lucu." Rama melirik layar smartphone yang menunjukkan foto Kian sebagai lock screen nya, dengan tawa khasnya yang membuat mata bayi itu menyipit.

Rama rela menjadi yang nomor dua kalah dari bayi, mahluk lucu gembul itu tidak bisa membuatnya kesal, Kian senyum sedikit saja Rama rasanya meleleh.

Lelaki itu berhasil menyelesaikan 2 bab sampai malam ini, lumayan lah hasil curi waktu kosongnya. Rama menutup buku meletakkannya di atas nakas, lalu tubuhnya condong ke sebelah, mengintip istrinya yang mencoba menidurkan Kian.

"Kian udah tidur?" tanyanya, dan yang dia lihat justru Kian yang sedang menyusu dengan mata yang masih berbinar terang, belum juga ada tanda-tanda tidur.

"Aaaaa," teriak bayi itu melihat wajah Ayahnya.

"Mas..." Laras dengan putus asa menatap lelaki itu sebal, dia sudah dari tadi menepuk-nepuk Kian, sebelumnya juga di ajak berjalan-jalan sambil di timang-timang, tapi malah gagal ketika anak itu kembali semangat melihat Ayahnya.

Rama menggaruk tengkuknya,"Maaf." Dia kira sudah selesai karena sudah cukup lama anak di keloni Bundanya.

"Ihh." Kian merespons, anak itu memang sudah pintar merespon sesuatu, berkat Laras yang cerewet mengajak Kian berbicara dan sesekali membaca buku untuk terus meningkatkan kemampuan bicaranya.

"Sudah ayo tidur." Laras menatap bayi yang malah senyum-senyum menatapnya, Wanita itu menghela nafas, sudah mengaku kalah saja dengan keimutan Kian.

"Sini mau dibacain dongeng sama Ayah?" tawar Rama karena merasa istrinya sudah lelah mencoba menidurkan bayi itu.

Rama bangkit mengambil buku anak, menggoyangkan benda itu di hadapan Kian,"Mau?" Tangan kecilnya terangkat, tertarik dengan benda di tangan Ayahnya.

"Okey." Akhirnya Laras memindah Kian ke tengah, karena awalnya anak itu dalam boxnya yang menyatu dengan kasur di sebelah Laras tidur.

Laras sekarang hanya memperhatikan keduanya, Kian yang sok serius melihat Ayahnya yang membacakan buku dan Rama yang beneran serius membaca, tidak ada nada-nadanya, dia kira membacakan anak usia berapa?.

Dan akhirnya Kian terlelap setelah 5 menit Rama bacakan cerita, mereka memutuskan membiarkan Kian di tengah-tengah mereka.

BERSAMBUNG....
Bagi yang mau baca duluan bisa ke Karyakarsa yaa, disana update lebih dulu dan babnya lebih panjang daripada yang aku upload di wattpad.
Karena ini cerita sehari-hari juga jadi gak baca di Karyakarsa juga kalian tetep nyambung kok kalau baca di wattpad ajaa, pilihan ada di kalian yaa 😗

Dan agak lama juga karena device yang aku pake ngetik error semua 😌 udahlah ini hp suka lag, laptop aku untuk kesekian kalinya masuk kang serpis lagi wkwk, doain cepet kelar yee biar semangat lagiii huhuu
See you next part
Salam

Kuncup Peony 🌷💐

BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang