15. Hai!

5.4K 576 41
                                    

~Happy Reading~

"Adududuh, ibuuu." Dengan tertatih Laras keluar dari kamarnya, dia yang awalnya santai menulis dari pagi memang merasakan kontraksi, dan siang ini semakin intens.

Ibu Laras memang lebih sering di rumah anaknya semenjak Laras hamil tua, mengawasi anak itu terlebih ketika suaminya bekerja,"Loh udah mau lahiran?"

"Kayaknya maju deh buk, udah sakit banget ini." Perkiraan Hari Persalinan sebenarnya masih besok, itu kenapa Rama hari ini baru mengajukan cuti untuk beberapa hari kedepan, tetapi sepertinya semua diluar kendali mereka.

Wanita paruh baya itu buru-buru mengambil tas yang sudah dipersiapkan untuk dibawa ke Rumah sakit saat persalinan, "Yaudah ayo, kabarin Rama sambil jalan aja."

"Cucumu mau keluar, ayo cepet anter Laras ke Rumah Sakit." Ayah Laras yang awalnya santai di teras sambil ngopi akhirnya tersedak juga, apalagi istrinya panik sekali.

"Hahhh huhhhh." Laras sebisa mungkin mengatur pernafasannya, selagi mereka sudah dalam perjalanan menuju Ruma Sakit.

Dia harus tenang, wanita itu berusaha mengalihkan rasa sakit dengan mengingat bahwa sebentar lagi akan bertemu anaknya. Yang perlu dilakukan selanjutnya adalah menghubungi Ayah si bayi, harus dengan tenang supaya calon bapak baru itu juga tidak panik di sana.

Sekali telepon Rama langsung mengangkat panggilannya, "Mas... Baby dah mau keluar," ucap Laras langsung pada intinya.

Di seberang sana Rama baru saja keluar dari kelas yang di ajar siang ini, "Apa sayang?" tanya-nya lagi, memastikan.

"MAS BABY MAU KELUAR." Kesal Laras mendengar reaksi suaminya, orang sudah kesakitan malah suaminya loading lama.

Rama menghentikan langkahnya,"HAH? INI KAMU DIMANA?"

"Di jalan, di antar ibu sama ayah ke Rumah Sakit." Jarak rumah sakit dan rumah hanya 10 menit setelah keluar dari desa, tapi butuh lebih dari 30 menit dari kampus tempat Rama mengajar.

Di kampus, Rama berbelok ke arah tangga untuk turun ke ruang dosen, daripada melewati lift yang menurutnya lama sekali, "Oke, Mas sebentar lagi kesana yaaa, sabar."

"Pelan-pelan aja, hati-hati dijalan mas," kata Laras menyadari suaminya gemrusuk di seberang sana, lelaki itu mungkin sedang buru-buru menyusulnya.

Sampainya di Rumah Sakit, terlebih dahulu Laras di cek keadaanya untuk melanjutkan persalinan, nyatanya pembukaan baru memasuki tahap 6. 

"Huhhhh."Untuk mengurangi rasa sakit sesekali Laras menarik dan menghembuskan nafasnya secara teratur, merilekskan diri.

"Nunggu Ayah ya dek? sabar yah bu." Canda bidan yang menanganinya, supaya pasiennya pun bisa lebih tenang menghadapi persalinan, apalagi dia tau Laras adalah ibu muda dan ini adalah kehamilan pertamanya.

"Assalamualaikum." Rama datang dengan buru-buru, menghampiri istrinya yang terbaring di brankar rumah sakit sambil mengelus perutnya dan sesekali meringis.

Lelaki itu duduk di kursi sebelah brankar, berulang kali menyeka peluh istrinya dan sesekali mengusap perut wanita itu,"Aduhhh, makin sakit." 

Setelah kedatangan Rama bukanya semakin tenang tapi Laras merasa bayinya semakin ingin keluar,"Panggil bidan-nya lagi, biar di cek pembukaannya." Saran Ibu juga mendekat.

"Lama banget bu bidannya, ini udah mau keluar." Sewot Laras pada Rama, padahal baru beberapa detik lelaki itu selesai memencet tombol.

Laras dibawa ke ruang bersalin dengan pakaian khas rumah sakit, begitu juga Rama yang turut akan mendampingi istrinya di dalam.

BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang