28. Gigi

2.9K 451 13
                                    

Aku lupa kalau janji up malam minggu huhu, jadi up jam segini gapapa kali yahhh, selamat membacaaa
~Happy Reading~

Pagi ini ketika merapikan buku-buku nya yang semalam dia tinggal di meja depan TV keningnya mengkerut heran.

Daripada kebingungan sendiri dia memutuskan memanggil istrinya,"Yang, buku ku kok ada bekas gigitan gini, kayak bekas kena air juga." Sambil masih melihat secara teliti ujung buku nya.

Laras turut melihat dengan seksama, "Ketumpahan teh kamu kali." Tapi sebenarnya tidak sebasah ketumpahan sesuatu.

Dan Rama menyadari itu,"Nggak mungkin sih." Seingatnya semalam tidak membawa minum saat mengerjakan pekerjaan di sini.

Atau susu dari dot Kian? Atau kuah mie yang Laras makan? Semalam keduanya juga ada di tempat yang sama.

Tapi disela dengan tepukan dari Laras di lengannya,"Udah jam 7 loh, belum nanti kalau macet." Mengingatkan untuk segera pergi bekerja.

Dengan segera dia merapikan bawaan-nya,"Yaudah aku berangkat sekarang, kalau ada apa-apa kabarin." Tidak lupa mencium kening istrinya sebagai pamitan pagi ini.

"Iya." Laras membalas dengan mencium tangan kepala keluarga kecilnya ini.

Lelaki itu menghampiri Kian yang sudah bermain di playmat, "Dadah Kian, yang baik ya sama Bunda, jangan buat bunda pusing." Sejenak menciumi  pipi anak itu dengan gemas.

"Cing." Anak itu mengulag kata akhir Ayahnya, Kian memang lebih aktif meniru dan membeo sekarang ini.

Rama tertawa kecil,"Iya pusing, makanya kamu main yang baik, baca-baca buku aja kek atau main puzzle," katanya menunjuk rak berisi buku dan puzzle milik bayi itu.

"Ahhh." Balas anak itu singkat, melihat Ayahnya dengan mulut terbuka. 

Laras tertawa melihat interaksi keduanya,"Dadahh Ayah, hati-hati di jalan," katanya dengan suara kecil, mewakili Kian yang menatap kepergian Ayahnya.

Setelah melihat hingga kendaraan suaminya tidak terlihat lagi, Laras menoleh ke arah Kian yang sibuk mengunyah kuping mainan berbentuk kelinci. Bukanya Kian yang membuat bundanya pusing, tetapi bundanya sendiri yang akhirnya mencari-cari.

"Kian mau main masak-masak di luar nggak?" tawar Laras dengan senyum lebar, mumpung belum mandi biarlah anak itu eksplorasi dengan alam.

Yang dipanggil hanya,"Haaaa." Tapi tangan anak itu terangkat, pertanda minta untuk segera di gendong.

Laras meletakkan anak itu di atas rumput taman, membawa serta mainan masak-masakan mini,"Hari ini kita masak sup ayam."

"He'eh." Kian mengangguk-angguk seolah paham saja.

Dengan daun yang Laras  ambil dari sekitar, dia mengajak Kian memotong daun dengan pisau mainan super mini,"Ayo dipotong sayurnya cheff."

Kian sih nurut-nurut saja,"Mam mamam," gumamnya menatap daun yang dipotong-potong.

Wanita itu menganguk,"Masak dulu, baru..." ucapannya sengaja di gantung untuk mendengar lanjutan dari Kian.

"Mamaaammm," teriak anak itu semangat.

Mendengar teriakan itu Laras juga semakin semangat, dia bernyanyi random dengan kata,"Potong potong potong." Masih sambil memotong daun dengan pisau mainan mini berwarna pink.

"Huihhh yurr ayur." Kian ini memang cerewet sekali jika sedang dalam mood bagus.

"Masukin sini." Laras memberikan panci mini juga, masih dalam set mainan masak-masakan.

Tapi malah anak itu diam memperhatikan daun yang selesai dia potong, perlahan tangan gempal itu meraup daun dan mengarahkan nya ke mulut.

"Ehhhh." Untunglah sebelum masuk ke dalam mulut, Laras sudah menyadarinya dan menarik tangan itu menjauhi mulut.

"Sini, itubukan buat dimakan." Laras menunjuk panci mainan di hadapan anak itu.

Anak itu menoleh ke arah Bundanya yang duduk di belakangnya, dengan wajah yang menyiratkan, 'Sayur kok bukan buat di makan? Bunda ini gimana?'

"Sudah yuk, mandi terus makan beneran." Akhirnya wanita itu menyerah, mengangkat Kian untuk kegiatan lain.

Anak itu meronta-ronta tidak terima, "Ihhhhhhh." Tapi seketika berhenti ketika di letakkan dalam tempat mandinya yang sudah di isi air dan beberapa mainan.

"Nah diem kan tuh." Hafal sekali kalau Kian akan diam anteng jika ada air dan mainan, pokoknya dia harus punya proyek yang bisa dikerjakan (dihancurkan).

"Betah banget dia di air, kayak titisan mermaid." Menyabuni dan menyampo anak itu adalah perihal yang mudah, yang susah adalah mengangkat anak itu.

Setelah mandi dan rapi Laras meletakkan anak itu di kursi makan bayi,"Kian tunggu di sini," pesan Laras.

Wanita itu memberikan sendok dan semangkuk bubur pada Kian,"Ini sendoknya." Untuk anak itu main sendiri di mejanya.

"Bunda masak dulu, buatin ice cream buat Kian, disini aja ya," ucap Laras seolah anak itu akan merayap ke mana-mana.

Selagi cuaca masih adem anak itu akan anteng saja, berbeda jika memasuki siang hari.

Outfitnya akan diganti hanya dengan popok dan kaus dalam, merayap ke sana kemari dengan outfit nyaman di musim yang super panas ini.

Kalau kata Rama,'Tuyulnya bunda, targetnya Ayah.' dan Laras cuma bisa tertawa mendengar itu, kalau dipikir-pikir betul juga.

Laras baru membebaskan anak itu setelah urusan makannya selesai, dan begitu bebas anak itu merayap kemana saja dimana ada hal yang bisa dia jangkau.

Tapi baru saja ditinggal untuk membereskan bekas makan anak itu,"Kiaaannn," teriak Laras panik melihat anak itu menggigit remot tv di meja ruang keluarga.

Segera dia ambil benda itu dari tangan anaknya,"Lohhhh, haduh itu bukan makanan." Dan tentu saja berakhir dengan tangis pilu Kian, saking pilunya terdengar seperti Laras melakukan hal jahat sekali.

Untuk mengalihkan perhatian anak itu, Laras memilih mengajaknya bermain boneka tangan dalam playmat saja, seperti kata Rama supaya dia tidak pusing-pusing amat.

"Hihihi." Sesekali anak itu tertawa, dan sejenak membuat Laras tertegun.

Laras memutuskan melihat lebih dekat ke mulut kecil Kian, tersenyum lebar dengan apa yang dia lihat, "Ehhhh ada giginya, mini-mini."

"Sudah besar anak Bunda," katanya gemas menciumi wajah anak itu brutal, pantas saja setiap minum ASI nya anak itu sering kali menggigit tiba-tiba yang membuatnya kesakitan.

"Mammm." Itu adalah alarm jam menjelang siang.

BERSAMBUNG...
Lebih lengkapnya bisa di cek di Karyakarsa ku yahhh, sebulan ini agak slow update 😭 masih pusing ngatur jadwal antara kerja dan nulis lagi huhuuu
Bisa kali semangatin dengan vote dan komen, jangan lupa mampir di cerita baru yakk 😘 See you next part...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang