17. Ayah

4.7K 530 23
                                    

~Happy Reading~
Tandai jika ada kesalahan ya...

"Assalamualaikum." Rama memasuki rumah dengan ransel di pundaknya berisi berkas dan laptop, lengan kemejanya sudah digulung hingga siku. Dia masuk lewat pintu samping yang langsung menuju dapur, setelah melewati taman kecil.

"Wa'alaikumsalam." Laras menjawab dengan senyuman namun dia masih sibuk menumis sesuatu, Rama mampir sekilas mencium pipi istrinya.

Lalu menghampiri bayi di baby bouncer tidak jauh dari sang ibu, supaya tetap bisa mengawasi sambil menyiapkan keperluan si Papa sepulang kerja,"Hai, nemenin masak ya?" Bayi itu tersenyum lebar menunjukan gusinya, tangan dan kakinya bergerak tidak beraturan mengetahui dia di ajak berinteraksi.

"Mau mandi atau makan dulu?" tanya Laras selesai dengan menu untuk malam ini, wanita itu cuci tangan dan mengulurkan tangan untuk menyalami suaminya.

Rama masih jongkok di depan baby bouncer, belum berani memegang Kian karena tubuhnya masih kotor,"Mandi, Bunda sudah makan?" Wanita itu sudah tampak segar sih, dengan daster rumahannya.

"Makan bareng ya," kata Rama menepuk pucuk kepala istrinya, sekarang rambut Laras sudah lebih pendek dengan alasan tidak ingin terlalu ribet dan gampang gerah semenjak hamil tua dan menyandang status ibu baru sekarang.

Ketika Rama keluar dari kamar mandi sudah tersedia baju gantinya di tas ranjang, padahal sebelum mandi di sana belum ada apapun, berarti Laras sempat ke kamar untuk menyiapkan dan keluar lagi menyiapkan yang lain.

Benar saja, Laras sudah di tempat makan menyiapkan makanan mereka, kadang Rama bingung sendiri melihat pergerakan Laras yang serba cepat.

Pandangannya teralih ke Kian yang memperhatikan mainan di baby bouncer nya,"Anak Ayah lagi apa? serius banget." Anak satu bulan itu seperti melakukan observasi pada mainan berbentuk dinosaurus di atasnya.

Dengan iseng Rama menangkap kedua kaki mungil itu, menciuminya gemas,"Aduh." Dan berujung mendapatkan hadian tendangan, dari anak laki-lakinya.

"Ayo makan." Ajak Laras setelah selesai menyiapkan semuanya, mereka duduk berhadap-hadapan dan Rama menangkap ada yang berbeda dari istrinya.

Laras mengernyit heran menyadari tatapan Rama,"Kenapa?" tanya Laras akhirnya.

Wanita itu jadi merasa insecure sendiri,"Oh sebentar." Dia beranjak mencari sesuatu, mengaplikasikan lip cream yang dia simpan di dekat sana.

Rama sendiri kaget melihat barang yang biasa di kamar sekarang nyangsang di ruang makan,"Kamu dari kapan nyimpen lipstik disana juga?"

"Ini lip cream." Tunjuk Laras pada benda di tangannya, menyahuti pertanyaan suaminya.

Rama sempat ngeblank sesaat,"Iyaaa, itulah." Bukan itu pointnya, walaupun memang sampai sekarang dia masih bingung dengan make-up istrinya, yang penting dia hanya menyediakan dana saja, sisanya urusan Laras sendiri.

"Bukan tempatnya loh, kenapa sih?" tanyanya lagi, bukan Laras sekali tiba-tiba menyimpan hal seperti itu di tempat yang tidak seharusnya, sebenarnya karena Rama sendiri greget melihat yang tidak sesuai.

Dengan cengiran istrinya itu menjawab,"Biar sat set kalau Mas pulang." Rama semakin berfikir, apa hubungannya?.

Laras menghela nafas melihat Rama belum paham, dan belum memakan makanan-nya juga,"Katanya nyambut suami itu yang cantik."

Lelaki itu berdecih,"Siapa sih yang ngomong? pasti nggak gitu ngomongnya, di omongin apa?"

Perasaan selama ini dia tidak menuntut Laras harus selalu cantik membahana, ketika pulang kerja sampai dia mau tidur saja Laras selalu ada yang di urus, belum pagi dan selama Rama pergi bekerja. Rama memang membantu tapi tidak banyak menurutnya, dan yang perlu di ingat Laras juga memiliki penghasilan sendiri jadi mereka sama-sama bekerja sebenarnya.

BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang