BAB 2: Sadam Arsyad

2.4K 334 18
                                    


Kehidupan macam apa yang ingin Sadam jalani?

Pertanyaan itu terus menghantui Sadam selama beberapa tahun terakhir. Selama ini, Sadam menjalani hidup penuh dengan tantangan. Dia begitu ambisius dalam mengejar keinginannya

Di masa mudanya Sadam menghabiskan waktu untuk belajar, berkencan, dan traveling. Dia benar-benar menikmati hidupnya dengan baik. Lelaki itu kelahiran Jakarta dan tumbuh besar di Bandung. Sampai akhirnya, setelah lulus SMA Sadam ke Jakarta untuk kuliah S1. Lulus S1, Sadam pergi ke Melbourne Institute of Business and Technology.

Lulus S2 Sadam bekerja di salah satu perusahaan di Melbourne, kemudian pindah ke Jakarta karena harus menikah. Setelah bercerai, dia memilih ke Singapura, sampai akhirnya dia kembali lagi ke Jakarta.

Semua hal itu dilakukan oleh Sadam dengan senang hati, seperti ketika dia masih muda. Bedanya, kini ada anak kecil yang mengikutinya ke mana-mana. Bisa saja dia menyerahkan anaknya itu ke keluarganya untuk diasuh. Tapi, dia tidak tega dan tidak bisa berjauhan dengan Salsa. Maka, Sadam membawa Salsa ke manapun dia pergi.

Hari ini merupakan hari pertama Sadam di kantor barunya. Sejak pagi, Sadam sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuknya dan anaknya yang hampir berusia lima tahun. Lelaki itu sudah terbiasa merawat Salsa seorang diri meskipun mengenai pekerjaan rumah seperti menyapu dan mencuci pakaian dia mempekerjakan pembantu rumah tangga. Namun, pembantu tersebut hanya datang ketika Sadam tidak di rumah untuk membersihkan rumah dan mencuci pakaian. Sisanya, Sadam mengurus sendiri.

Pagi itu, Sadam mengantar Salsa ke sekolah barunya. Anaknya itu baru masuk satu minggu ini. Selama seminggu belakangan, Sadam memberikan sounding pada Salsa mengenai lingkungan barunya, serta kebiasaan dan bahasa yang akan mereka gunakan.

Beruntung, Sadam menemukan sekolah yang tepat untuk Salsa. Di sekolah barunya ini bahasa yang digunakan tidak jauh berbeda ketika di Singapura yaitu bahasa Inggris. Sehingga, Salsa lebih cepat beradaptasi.

"Seperti kemarin, Papa akan menjemput jam lima," kata Sadam pada Salsa. "Mungkin, sedikit telat. Tapi, kamu tidak perlu khawatir. Di sini gurunya baik-baik. Mereka akan menemanimu."

Tak ada jawaban dari Salsa. Sadam tahu, Salsa belum terbiasa berada di Indonesia. Lebih tepatnya, dia harus beradaptasi lagi di sini. Sadam sudah menjelaskan pada Salsa sejak dia usia dua tahun bahwa dia orang Indonesia dan rumahnya di Indonesia. Tapi, untuk anak seusianya, tentu dia belum benar-benar mengerti. Selalu saja ada pertanyaan kenapa dan mengapa di setiap penjelasan Sadam.

Kini, ketika Salsa harus berada di sekolah barunya, gadis kecil itu masih murung dan sepertinya belum menemukan teman baru.

"Salsa sudah punya teman?" tanya Sadam lagi. Tepat saat itu, dia sudah sampai di depan sekolah Salsa. Sadam mematikan mesin mobil, kemudian melepaskan sabuk pengaman. Lelaki itu melihat ke arah Salsa. Gadis kecilnya itu menunduk, kedua alisnya saling bertaut dan bibirnya mengerucut. Pemandangan yang selalu Sadam lihat selama seminggu terakhir.

"Salsa, lihat Papa," katanya. Sadam melihat intens ke anaknya itu. "Salsa ..." panggilnya lagi. Kali ini, Salsa mau melihat ke arahnya. "Dengarkan, Papa. Kamu akan segera mendapatkan teman baru. Kamu ingat, kan, bagaimana cara memperkenalkan diri? Sudah kamu lakukan?"

Salsa mengangguk.

"Sudah dapat teman?"

Salsa menggeleng.

"Kenapa? Ini sudah seminggu."

"Mereka tidak fun," kata Salsa. Sadam mendesah.

Sadam menyentuh kedua tangan Salsa yang mungil. Lalu, lelaki itu tersenyum. "Nanti mereka akan seru, juga."

Life After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang