BAB 16: Boneka Awan Putih

1.2K 230 11
                                    


Ersa tidak menyangka bahwa apartemen Sadam tidak begitu jauh dengan tempat tinggalnya.

Perempuan itu hanya membutuhkan waktu dua puluh menit untuk sampai di tempat Sadam. Mungkin, apabila perjalanannya lancar, Ersa hanya membutuhkan waktu sepuluh menit.

Begitu sampai di lobi apartemen, Ersa berjalan ke arah resepsionis, mengatakan ke mana dia akan pergi. Setelah itu, Ersa menuju lift dan menuju lantai tempat Sadam tinggal.

Begitu sampai depan pintu apartemen Sadam, Ersa menekan interkom yang ada di depan pintu apartemen itu. Tak lama kemudian, Sadam muncul di balik pintu apartemen dengan pakaian rapi.

"Akhirnya ...." ucap Sadam. "Masuk," katanya.

"Siang, Pak," sapa Ersa.

Sadam menyunggingkan senyum, "Siang."

Ersa melangkahkan kakinya ke apartemen Sadam dengan canggung. Di belakangnya, Sadam menutup pintu lalu berjalan mendahului Ersa.

"Duduk," pinta Sadam. Dia mempersilakan Ersa untuk duduk di sofa yang ada di apartemennya. Ersa menurut.

Apartemen yang dihuni oleh Sadam tipe apartemen dengan dua kamar. Di bagian depan terdapat ruang tamu, meja makan, dan dapur. Lalu, ada dua kamar, kamar mandi, dan ruangan kecil sebagai gudang.

Ersa meletakkan berkas yang diminta oleh Sadam ke atas meja, lalu menyusul boneka yang dibelinya dari Bali.

"Wah, terima kasih," ucap Sadam. Dia ikut duduk di salah satu sofa. "Aku mengganggu hari liburmu, ya? Maaf." Dia berkata begitu, tetapi ekspresinya tidak menunjukkan wajah menyesal sama sekali. "Sejujurnya, aku ingin minta tolong."

"Apa?" sahut Ersa.

"Tolong jaga Salsa," ucap Sadam lagi. Kedua bahunya mengendur. "Aku tahu, kamu nggak ingin ada urusan denganku lagi," Sadam mengambil jeda. "Tapi, aku benar-benar belum bisa percaya pada orang lain untuk menjaganya, sedangkan aku harus ke kantor sekarang."

Itu sebabnya Sadam sudah berpakaian rapi. Dia percaya diri bahwa Ersa akan menuruti keinginannya.

"Mau, ya?" tanya Sadam lagi.

Ersa mengendurkan bahunya. "Apa Salsa baik-baik saja?"

"Dia baik-baik saja, tetapi dia butuh istirahat. Dia ada di kamar," katanya. Lalu, Sadam melihat jam di pergelangan tangannya. "Harusnya, sekarang dia sudah bangun. Aku akan memperkenalkanmu padanya."

Mendengar itu, dada Ersa berdetak dengan cepat. Dia tidak tahu apa penyebabnya. Ersa hanya akan bertemu anak kecil dan anak itu merupakan keponakannya.

"Bagaimana?"

"Tentu," jawab Ersa, akhirnya.

"Terima kasih," ucap Sadam. "Aku akan membawa Salsa ke sini."

"Biarkan dia istirahat," sahut Ersa. "Dia baru keluar dari rumah sakit, 'kan?" Dia tiba-tiba cemas.

Sadam tersenyum, "Tenanglah. Dia baik-baik saja."

"Oh ...."

Sadam meninggalkan Ersa di ruang tamu, lalu masuk ke salah satu kamar tidur. Dia mendengar suara Sadam, beberapa menit kemudian lelaki itu muncul dengan Salsa yang berjalan di sebelah Sadam dengan memegang jari ayahnya. Kedua matanya terlihat mengantuk dengan rambut kusut masai.

"Salsa, ini tante Ersa," kata Sadam. Ersa menelan ludah.

"Hai ...." sapa Ersa. Dia canggung. Ersa tidak tahu cara menghadapi perempuan kecil seperti Salsa, terlebih lagi dia adalah keponakannya yang tidak pernah ditemuinya.

Life After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang