BAB 28

701 144 14
                                    


Nyatanya, Ersa tidak benar-benar bisa lepas dari Sadam.

Laki-laki itu mengejarnya sampai di pintu apartemennya, memegang kembali tangannya.

Selanjutnya, Sadam mengatakan sebait kalimat seperti permohonan. Namun, Ersa yakin, Sadam mengatakan itu dengan perasaan penuh perintah.

"Jangan dekat dengan Rendra," katanya. Mengingat hal itu, membuat Ersa muak. Dia mengenyahkan ingatan kejadian itu dengan keras.

"Dasar gila," umpatnya. Kini, Ersa sudah berada di apartemennya. Dia merebahkan tubuh, memandang langit-langit kamarnya. Dia baru saja sampai dan masih merasakan sentuhan bibir Sadam di bibirnya.

Ersa menelan ludah.

Dadanya bergemuruh. Dari banyaknya waktu berlalu, nyatanya Ersa masih bisa merasakan detak jantungnya ketika Sadam memperlakukannya seperti ini. Apa karena mereka dulu pernah memiliki kisah?

Ketika dia mengingat kenangan-kenangan itu bersama Sadam, Ersa merasakan sensasi aneh dalam tubuhnya. Dengan cepat, dia mengenyahkan pikirannya itu, lalu segera ke kamar mandi. Ersa membersihkan tubuhnya.

Begitu selesai, Ersa memutuskan untuk melanjutkan istirahatnya. Namun, ada pesan masuk. Tidak hanya satu, tetapi dua pesan masuk. Kedua pesan itu dari Sadam dan Rendra.

Alih-alih membalasnya, Ersa justru mengabaikan pesan itu dan memutuskan untuk tidur.

***

Ersa merasakan sesuatu menyentuh dadanya. Perlahan, perempuan itu membuka matanya. Mungkin tidak terlalu lebar, sebab dia melihat kepala seseorang dengan samar berada di dadanya. Kedua alisnya bertaut, alih-alih mendorongnya jauh, Ersa membiarkan orang itu tetap berada di sana.

Tanpa sadar, Ersa mengeluarkan suara perlahan, rintihan manja yang khas. Apa yang dia pikirkan? Kenapa dia diam saja ketika seseorang diam-diam menyentuhnya? Lalu, dia melihat orang itu mengangkat kepalanya.

Sadam.

Ersa mengenali laki-laki itu meskipun pandangannya masih samar. Lelaki itu tanpa busana, sama seperti dirinya. Sadam mendekatkan kepalanya lagi. Kali ini, bukan di dadanya, melainkan di dekat telinganya.

"Sayang ...." katanya perlahan. "Aku ingin ...."

Lalu, Sadam menciumnya dengan penuh emosi. Ersa masih tidak melawan atau dia tidak bisa melawan. Rasanya, tubuhnya luruh, seakan-akan Sadam menghipnotisnya.

Ersa merasakan Sadam mulai menggigit kecil bibirnya, kemudian turun ke lehernya. Pikiran Ersa memberontak. Dia tidak boleh melakukan ini lagi. Tapi, perempuan itu tidak melakukan apa-apa.

Kemudian, Ersa membuka matanya dengan lebar. Dia melihat ke sekeliling. Ersa masih berada di kamar apartemennya dan di kamar itu tidak ada Sadam. Lalu, dia menyentuh tubuhnya. Ersa masih mengenakan pakaian yang sama.

Ersa menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya.

Mimpi itu terasa amat nyata.

Ersa masih menginginkan Sadam, lebih dari yang dibayangkan.

***

Mimpi itu memberikan perasaan tidak nyaman pada Ersa. Dia kembali mengingat bagaimana dia melakukan hubungan dengan Sadam beberapa waktu lalu. Hal yang disesalinya, sekaligus hal yang .... diinginkannya.

Tidak ada yang tahu mengenai ini. Ersa masih sering bermimpi berhubungan badan dengan Sadam, bahkan sebelum mereka kembali bertemu. Namun, hal itu hilang seiring dengan berjalannya waktu, sampai dia melupakan keberadaan laki-laki itu. Tapi, kini mimpi itu kembali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Life After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang