BAB 12: Rekan Kerja

1.4K 220 6
                                    

Seminggu kemudian, Ersa dan tim berangkat ke Bali.

Ersa dan Yukio duduk berdampingan di pesawat, sedangkan Sadam berada tidak jauh darinya. Lelaki itu sibuk dengan iPad di tangan, mengerjakan sesuatu. Ersa dan Yukio mengobrol mengenai artis Korea yang tengah terkena masalah. Lalu, obrolan terhenti ketika keduanya merasa lelah dan tertidur.

Satu jam kemudian, mereka sampai di bandara Ngurah Rai.

Ersa dan Yukio segera turun, disusul oleh Sadam. Ketiganya ke hotel menggunakan taksi.

"Kalian istirahat dulu," kata Sadam, begitu mereka turun dari taksi. "Kita bertemu ketika makan malam."

Yukio mengangguk. Mereka berjalan ke lobi hotel, kemudian menuju meja resepsionis. Mereka segera ke lift untuk menuju kamar masing-masing. Yukio dan Ersa berada di kamar yang sama, sedangkan kamar Sadam ada di seberangnya.

"Ah, enak sekali, ya!" seru Yukio. Dia melemparkan tubuhnya ke atas ranjang, menggerak-gerakkan kedua tangannya seperti sedang berenang.

Ersa melakukan hal yang sama. Perempuan itu melihat ke arah langit-langit kamar, perjalanan ke Bali cukup menyenangkan. Sejujurnya, dia tidak terlalu lelah juga, sebab selama perjalanan dia lebih banyak tidur.

"Ini pertama kali kita kerja di luar bareng, ya?" ucap Yukio dari ranjangnya.

"Benar," sahut Ersa.

"Aku berharap menyenangkan," tambah Yukio.

Ersa tersenyum tipis. Dia berharap hal yang sama. Perjalanan bisnis yang dia lakukan sebelumnya, dia datang seorang diri atau bersama atasannya. Tidak ada Yukio maupun rekan kerja lainnya. Terkadang, Ersa keteteran mengurus hal ini. Namun, dia mengingat lagi bahwa pekerjaan ini dia inginkan sejak lama.

Satu bulan pertama dia mulai bekerja di perusahaan ini, Ersa sering menangis sendirian di kamar. Dia merasa tidak cocok dan tertekan. Hatinya luar biasa sakit tanpa tahu penyebabnya. Perintah dari atasannya membuat Ersa sakit hati, sebab menurutnya atasannya terlalu banyak menuntut. Sekarang, Ersa sudah terbiasa dengan hal itu. Nyatanya, bukan atasannya yang banyak menuntut, Ersa saja yang kurang meluaskan dadanya.

"Aku harus mandi," ucap Ersa. Dia memaksakan tubuhnya untuk bangun. Paling tidak, dia bisa istirahat dengan tubuh bersih.

***

Sekitar jam tujuh malam, Ersa dan Yukio keluar kamar.

Mereka mendapatkan pesan dari Sadam bahwa dia sudah di restoran hotel dan meminta mereka segera turun. Malam ini mereka hanya akan meeting bertiga saja, persiapan untuk besok. Paling tidak, besok mereka akan bertemu dengan tim marketing dari dua perusahaan yang ada di Bali.

Selesai meeting dan makan malam, Yukio dan Ersa memutuskan untuk jalan-jalan sebentar. Kebetulan, hotel yang mereka tempati berada di dekat Jalan Legian, Bali.

"Pak Sadam mau ikut?" tanya Yukio ketika keduanya hendak keluar hotel.

Sadam tidak langsung menjawab. Lalu, dia melihat jam di pergelangan tangannya. Dia mengulum senyum. "Kalian saja. Aku mau istirahat."

Yukio mengangguk. Lalu, dia dan Ersa berjalan keluar hotel. Mereka memutuskan untuk jalan kaki, sebab memang lokasi Jl. Legian tidak jauh. Sejak tadi, Yukio menggandeng lengan Ersa, gadis itu tersenyum sepanjang perjalanan. Dia menceritakan mengenai kekasihnya saat ini.

"Kamu tahu, dia kekasihku yang ke tiga selama aku hidup," ceritanya. "Biasanya, aku bersama laki-laki yang banyak bicara, spontan, dan menyenangkan. Kali ini, berbeda."

"Bedanya di mana?" tanya Ersa.

Yukio tersenyum malu-malu. Terlihat pipinya bersemu merah. Dia menunduk, lalu melihat ke arah Ersa. Kedua matanya berbinar, "Dia sangat pemalu. Sangat lucu. Satu lagi ..." dia mengambil jeda. "Dia sepertiku ... orang Jepang."

"Ah ...." sahut Ersa. "Menyenangkan, ya, bertemu dengan teman sekampung?"

Yukio menggerakkan kedua tangannya, "Begitulah. Meskipun aku bukan orang Jepang asli." Dia tertawa.

Ersa dan Yukio terus berjalan di trotoar. Sesekali, mereka menghindari orang asing yang sedikit oleng di trotoar. Terlihat jelas, mereka mabuk. Ersa menarik tangan Yukio agar menjauh dari orang itu.

"Mau makan sesuatu?" tawar Ersa. Yukio mengangguk. Lalu, keduanya masuk ke salah satu kafe di jalan tersebut.

Tentu, kafe yang mereka pilih bukan kafe yang ramai dengan orang asing dan minuman keras. Keduanya memilih kafe yang terlihat sepi dan cocok untuk bersantai. Setelah keduanya memesan makanan dan minuman, Ersa dan Yukio duduk di salah satu meja.

"Pak Sadam lagi apa, ya?" ucap Yukio. Ersa hanya mengangkat bahu. "Apa perlu dia diajak ke sini?"

Ersa menarik kedua alisnya. "Dia menolak, 'kan?"

Yukio mengangguk.

Tak lama kemudian, pesanan mereka datang. Keduanya sibuk berbincang mengenai pekerjaan besok. Satu jam kemudian, Yukio dan Ersa kembali ke hotel.

***

Hari ini sangat melelahkan bagi Ersa.

Yukio dan Ersa bertemu calon sponsor serta perusahaan yang akan ikut andil dalam acara mereka. Tak hanya Ersa dan Yukio, pun Sadam melakukan hal yang sama. Ketiganya baru berhenti ketika sudah sore.

Sadam mengakhiri kegiatan hari itu dengan makan malam, lalu mereka pamit ke kamar masing-masing.

Begitu sampai di kamar hotel, Ersa mengecek ponselnya. Sejak siang, dia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi. Perempuan itu fokus dengan pekerjaannya, sampai-sampai mengabaikan pesan yang masuk ke dalam ponselnya, kecuali itu pesan mengenai pekerjaan.

Salah satu pesan yang didapatkan dari perempuan itu adalah pesan dari Rendra. Lelaki itu bertanya kegiatan Ersa hari ini. Ersa menjawab bahwa dia sedang perjalanan bisnis.

Ke mana?

Ersa membalas.

Bali.

"Astaga!" Yukio tiba-tiba berteriak.

"Ada apa, Kio?" tanya Ersa. Dia segera meletakkan ponselnya ke atas ranjang. Dia melihat Yukio memandangi ponselnya, lalu melihat ke arah Ersa.

"Pacarku ada di Bali," katanya. Ersa menarik napas lega. "Benar-benar, deh. Dia penuh kejutan sekali, ya?" Ersa tersenyum simpul. Lalu, Yukio berkata, "Aku harus siap-siap."

"Siap-siap?"

"Mau ketemu dia, Ersaaa ..." ucap Yukio sedikit gemas.

"Ah, benar."

"Eh, maaf," tambah Yukio. "Kamu di hotel sendirian, ya? Kamu sama Pak Sadam saja."

"Jangan khawatirkan aku," ucap Ersa. "Tenang saja."

"Ah, oke!" seru Yukio. Perempuan itu segera ke kamar mandi dengan wajah ceria.

***

Pukul enam sore Ersa sudah merasa lapar. Maka, dia segera turun dari kamar hotel ke lobi. Sejak tadi Yukio sudah keluar hotel bersama kekasihnya. Maka, malam ini dia akan menikmati Bali seorang diri.

Memang, dia bisa saja menemui Sadam untuk makan malam bersama. Tapi, dia tidak ingin melakukannya. Ketika malam, Ersa maupun Yukio bebas ke mana saja. Maka, mereka menganggap sedang liburan.

Begitu Ersa keluar dari lift, langkah kakinya terhenti. Dia melihat Sadam baru saja keluar dari lift di sebelahnya.

"Pak Sadam," sapa Ersa.

Sadam mengangguk. "Mau cari makan malam?"

"Iya, Pak."

"Yukio mana?"

"Ehm, dia keluar."

"Kamu nggak ikut dia?" tanya Sadam lagi. Ersa menggeleng sebagai jawaban dan tidak menjelaskan lebih lanjut. Sadam hanya mengangguk. Lalu, dia berjalan mendahului Ersa. Tidak lama kemudian, Sadam membalikkan tubuhnya.

"Kamu mau ikut?"

"Hah?"

"Ikut saya cari makan malam," tambah Sadam. Ersa tidak langsung menjawab.

Melihat Ersa yang tidak langsung menjawab, Sadam menambahkan. "Makan malam antar rekan kerja. Jangan berpikir terlalu jauh."

Life After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang