BAB 18: Kali Ini Saja

1.4K 214 19
                                    


Sadam memarkirkan mobilnya, lalu berjalan ke arah lift.

Begitu pintu lift terbuka, dia bertemu dengan Ersa. Perempuan itu sama terkejutnya dengan Sadam.

"Pagi, Pak," sapa Ersa, dengan canggung.

"Pagi," balas Sadam. Dia mengangguk sebentar, lalu berjalan. Sedangkan Ersa berjalan ke arah lain. Selang beberapa langkah, Sadam menghentikan langkahnya, lalu memanggil Ersa.

"Iya, Pak?" Ersa membalikkan badan, menghadap ke arah Sadam. Saat ini kantor masih sepi, beberapa orang sudah masuk ruangan. Di lorong ini, hanya ada Sadam dan Ersa.

"Semalam pulang dengan selamat?" tanya Sadam. Dia mengirim pesan pada Ersa, tetapi perempuan itu tidak membalas pesannya. "Kamu nggak membalas pesanku."

"Ah, ya," sahut Ersa. Dia merasa bersalah. "Maaf, saya kelupaan."

Sadam mengangguk.

"Bagaimana keadaan Salsa?" pertanyaan itu keluar begitu saja.

"Dia baik-baik saja," jawab Sadam. "Sementara, aku menitipkannya ke sepupuku," cerita Sadam.

"Sepupu?"

Sadam mengangguk. "Kebetulan, dia sedang ambil cuti."

"Ah," sahut Ersa. "Syukurlah." Keduanya diam.

"Oh, ya," kata Sadam. Dia berjalan mendekati Ersa sambil mengeluarkan ponsel. "Terima kasih untuk bonekanya. Berapa?"

"Ah, itu," sahut Ersa, "tidak perlu."

"Apa? Kenapa? Aku yang memintamu ...."

"Anggap saja itu permintaan maaf saya," tambah Ersa.

"Permintaan maaf?"

"Saya yang memberi informasi mengenai pengasuh itu."

Sadam mendesah. Dia memang merasa kecewa dengan pengasuh yang dipekerjakannya untuk menjaga Salsa, tetapi itu tidak sepenuhnya salah pengasuh tersebut.

"Itu bukan salahmu," sahut Sadam. "Yang penting sekarang Salsa baik-baik saja."

Ersa mengangguk. "Tetap saja, nggak perlu, Pak," ucap Ersa. "Anggap saja itu boneka hadiah dari saya ...." dia mengambil jeda dan menelan ludah, "sebagai tante Salsa."

Rasanya aneh mengatakan hal itu dengan kedua bibir Ersa. Akan tetapi, dia tidak memiliki alasan lain untuk meyakinkan Sadam bahwa dia tidak perlu mengganti uang untuk boneka tersebut.

"Oke," sahut Sadam.

"Saya permisi dulu."

Sadam mengangguk. Kali ini, dia melihat Ersa berjalan ke arah lift dan masuk ke dalamnya.

***

Sepupu yang dimaksud oleh Sadam pastilah Pras.

Satu-satunya sepupu yang dekat dengan Sadam. Pras seusia dengan Ersa. Dulu, ketika Ersa masih bersama Sadam, dia sering bertemu dengan Pras. Sadam memang lelaki yang suka bergaul, tetapi teman dekatnya bisa dihitung dengan jari. Selain dengan Ersa, Sadam sering pergi dengan Pras.

Dalam hati Ersa, dia bertanya-tanya, bagaimana kabar Pras saat ini? Dia menyesal tidak menanyakan hal itu langsung pada Sadam.

Ersa ingat, Pras memiliki postur tubuh tinggi, lebih tinggi dari Sadam. Badannya kurus, kedua matanya seperti bulan sabit dan kedua alisnya samar.

Menjelang pulang, Ersa mendapatkan pesan dari Sadam. Pesan itu hanya berisi tiga kata, namun tetap membuat Ersa merasa tidak nyaman.

Bisa bicara sebentar?

Life After YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang